Pencuri Bawa Kabur 42.000 Alat Tes Antigen Cepat di Sydney, PM NSW Mengecam

Perdana Menteri New South Wales Dominic Perrottet mengutuk insiden pencurian, yang terjadi saat Australia menghadapi kekurangan tes antigen cepat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 19 Jan 2022, 14:06 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2022, 14:06 WIB
Ilustrasi tes Swab, PCR
Ilustrasi tes Swab, PCR. (Photo by Mufid Majnun on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pencuri membawa kabu 42.000 Rapid Antigen Tests (Tes Antigen Cepat) yang banyak dicari dari depot pengiriman barang di Sydney Australia, kata pihak berwenang pada Rabu 19 Januari 2022.

"Seorang pria memasuki depot barang di pinggiran Kota Maskot pada Selasa 18 Januari sore dan mengambil alat uji cepat COVID-19", kata seorang juru bicara polisi New South Wales, tanpa memberikan rincian lebih lanjut seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (19/1/2022).

"Petugas yang tergabung dalam Komando Area Polisi Sydney Selatan telah memulai penyelidikan atas pencurian Rapid Antigen Tests (Tes Antigen Cepat)," katanya.

Perdana Menteri New South Wales (NSW) Dominic Perrottet mengutuk insiden itu, yang terjadi saat Australia menghadapi kekurangan tes antigen cepat.

"Pada saat semua orang di seluruh negara bagian kita telah melakukan upaya luar biasa dalam menjaga orang tetap aman, dalam berkorban, tindakan yang memalukan," kata Perrottet.

"Polisi akan menangkapmu." 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Australia Setop Pendanaan Tes Gratis COVID-19

Singapura Segera Bagikan Alat Tes Covid-19 Mandiri Secara Gratis
Ilustrasi tes rapid antigen COVID-19. (dok. Mika Baumeister/Unsplash.com)

Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan pemerintahannya tak lagi mendanai biaya tes COVID-19 secara gratis.

Morrison mengatakan pada Senin (3/1) bahwa pemerintah federal tidak mampu untuk melanjutkan pengeluaran guna mencegah penyebaran COVID-19 pada tingkat yang sama seperti pada tahun 2020 dan 2021.

"Kami telah menginvestasikan ratusan miliar dolar untuk membantu Australia melewati krisis ini," katanya kepada stasiun televisi Seven Network, demikian dikutip dari laman Xinhua, Senin (3/1/2022).

"Kita sekarang berada dalam tahap pandemi, di mana Anda tidak bisa membuat semuanya gratis."

Ada laporan luas tentang kenaikan harga Rapid Antigen Test (RAT) di tengah kekurangan pasokan alat tersebut.

Sementara waktu tunggu untuk hasil tes PCR telah meningkat hingga lebih dari 72 jam.

Anthony Albanese, pemimpin Partai Buruh Oposisi, pada Senin (3/1) meningkatkan kritik terhadap tanggapan pemerintah terhadap wabah Omicron, mengklaim sejumlah kasus di negara tersebut tidak terdiagnosis.

"Dengan persiapan berbulan-bulan, dari pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun, sulit dipercaya pemerintah telah mengatakan kepada orang-orang untuk tidak beperhian dan melakukan tes, tetapi untuk menguji diri mereka sendiri dengan tes antigen cepat tidak tersedia, dan tidak terjangkau," katanya.

"Ini adalah kegagalan kebijakan publik yang belum pernah kita lihat di negara ini sebelumnya."

Australia pada Senin (3/1) pagi melaporkan rekor lebih dari 37.000 infeksi COVID-19 yang didapat secara lokal - lebih banyak dari yang dimiliki negara tersebut sepanjang tahun 2020.

Pada akhir tahun 2021, 94,3 persen warga Australia berusia 16 tahun ke atas telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan 91,3 persen telah diinokulasi penuh.


Infografis Tes Massal Deteksi Corona COVID-19

Infografis Tes Massal Deteksi Corona Covid-19
Infografis Tes Massal Deteksi Corona Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya