Pengamat Ragu Negosiasi Rusia-Ukraina Sukses, Ini Penyebabnya

Pandangan pengamat Rusia-Ukraina terkait potensi gencatan senjata.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Mar 2022, 13:10 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2022, 13:04 WIB
Deretan potret kondisi Ukraina usai diserang Rusia
foto: Aris Messinis/AFP

Liputan6.com, Kiev - Pengamat meragukan gencatan senjata dapat segera tercapai di tengah invasi Rusia-Ukraina. Penyebabnya adalah tuntutan dari Rusia terlalu banyak kepada kedaulatan Ukraina.

Hal itu dijelaskan dalam artikel The Conversation yang ditulis pakar keamanan internasional Stefan Wolff (Universitas Birmingham) dan pakar hubungan internasional Tatyana Malyarenko (Akademi Hukum Universitas Nasional Odesa).

"Prospek-prospek suksesnya negosiasi-negosiasi langsung antara Rusia dan Ukraina terbilang tipis," tulis mereka di The Conversation, dikutip Rabu (9/3/2022).

"Vladimir Putin menuntut demiliterisasi, 'denazifikasi' dan netralitas yang ditorehkan secara konstitusional pada Ukraina, serta penerimaan aneksasi Rusia pada Krimea dan pengakuan daerah-daerah yang diakui Rusia di Donbas sebagai negara-negara merdeka. Itu sama saja dengan menyerah secara penuh," lanjut artikel itu.

Salah satu faktor yang bisa menyukseskan gencatan senjata adalah menyorot siapa pihak yang bisa mempertemukan kedua pihak, mengingat sejauh ini diplomasi belum berhasil. 

Ada empat pihak yang potensial: China, Turki, India, dan Uni Emirat Arab. 

"Turki telah dapat menyiapkan pertemuan antara menteri-menteri luar negeri Rusia dan Ukrania di Antalya pada 10 Maret, yang mengindikasikan sejumlah potensi dari jalur politik untuk negosiasi-negosiasi," tulis Wolff dan Malyarenko.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Diberikan Jari, Mengigit Tangan

FOTO: 2 Juta Orang Melarikan Diri dari Ukraina
Tiga wanita memeriksa ponsel mereka saat beristirahat di pusat penerimaan pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina di Beregsurany, Hungaria, 8 Maret 2022. PBB mengatakan, serangan gencar Rusia telah memaksa lebih dari 2 juta orang meninggalkan Ukraina. (AP Photo/Darko Vojinovic)

Oleksandr Danylyuk, mantan sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, berkata Rusia kesulitan untuk merebut Ukraina. Ia pun menilai Rusia hanya ingin menghancurkan saja. 

"Jika mereka ingin merebut Ukraina, mereka kini tahu mereka tak bisa melakukannya," ujarnya seperti dikutip NBC News.

"Saat saya melihat tingkah laku mereka, mereka tidak memerdulikan ini sama sekali. Mereka tak bisa mengokupasi negara ini, jadi sekarang mereka mencoba menghancurkannya," tambahnya.

Oleksandr Danylyuk juga menyorot ambisi Putin dalam negosiasi. 

"Jika kita memberikannya satu jari, ia akan menggigit seluruh tangan. Hanya ada satu negosiasi: Mereka mundur dari Ukraina dan mengganti reparasi. Itu saja," tegasnya.

Mantan pakar Rusia-Ukraina di Kementerian Luar Negeri AS, Michael Kimmage, menjelaskan bahwa hal ini masih terkait dengan karier politik Vladimir Putin sebagai presiden.

"Putin mempertaruhkan kepresidenan pada tindakan ini, jadi entah ia akan mendapat konsesi besar-besaran dari rakyat Ukraina atau ia akan terus bertarung," ujarnya.

Infografis Invasi Rusia:

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya