Liputan6.com, Maguindanao - Lima granat meledak di luar tempat pemungutan suara (TPS) di wilayah bergolak di Filipina selatan, beberapa jam sebelum pemungutan suara dimulai dalam pemilihan nasional, kata polisi Senin (9/5/2022). Sembilan orang terluka dalam peristiwa tersebut.
Pemilihan umum atau Pemilu Filipina adalah waktu yang secara tradisional bergejolak di negara dengan undang-undang senjata yang longgar dan budaya politik yang keras, tetapi polisi mengatakan musim ini relatif damai.
Baca Juga
Quincy Kammeraad, Kiper Filipina yang Gawangnya Kebobolan 7 Kali oleh Timnas Indonesia 7 Tahun Lalu Kini Jadi Pahlawan di Piala AFF 2024
Harga Mentereng Kristensen, Pemain Filipina yang Pupuskan Asa Indonesia di Piala AFF 2024
Piala AFF 2024 Sedang Berlangsung, Tonton Live Streaming Pertandingan Timnas Indonesia VS Filipina di Sini
Mengutip AFP, serangan itu terjadi Minggu 8 Mei malam di Kotamadya Datu Unsay di Pulau Mindanao, surga bagi berbagai kelompok bersenjata mulai dari pemberontak komunis hingga militan Islam.
Advertisement
Beberapa menit kemudian, sebuah granat meledak di kota tetangga Shariff Aguak, tetapi tidak ada korban jiwa. Kedua kota tersebut terletak di Provinsi Maguindanao.
Polisi mengatakan para korban telah berjalan dari desa pegunungan terpencil mereka untuk memberikan suara mereka di balai kota, ketika tempat pemungutan suara dibuka pada hari Senin di seluruh penjuru Filipina pukul 06.00 pagi (Minggu 22.00 GMT).Â
"Adalah kebiasaan mereka untuk turun lebih awal dari desa mereka, yang terletak delapan sampai 12 jam berjalan kaki," kata juru bicara kepolisian provinsi Mayor Roldan Kuntong.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Maguindanao Lokasi Mematikan Kekerasan Politik
Pada tahun 2009, Maguindanao adalah tempat kejadian kekerasan politik paling mematikan di negara itu.
58Â orang dibantai ketika orang-orang bersenjata yang diduga bekerja untuk seorang panglima perang lokal menyerang sekelompok orang untuk menghentikan saingannya mengajukan pencalonannya.
Puluhan korban adalah jurnalis yang meliput kontes tersebut.
Seorang juru bicara Komisi Pemilihan mengatakan mereka mencoba untuk memverifikasi apakah ledakan granat Minggu malam itu terkait dengan pemilihan.
Calon wakil presiden Sara Duterte, yang merupakan mantan wali kota Davao City di Mindanao mengatakan kepada wartawan bahwa dia berharap para pemilih tidak akan "dihilangkan haknya" sebagai akibat dari kekerasan tersebut.
Lebih dari 18.000 jabatan, dari presiden hingga anggota dewan kota, diperebutkan dalam pemilihan.
Â
Advertisement
Putra Mantan Diktator Ferdinand Marcos Favorit
Putra mantan diktator Ferdinand Marcos adalah favorit untuk memenangkan pemilihan presiden, yang akan mengembalikan klan ke puncak kekuasaan politik.
Kelompok hak asasi, pemimpin gereja Katolik, dan penentangnya melihat pemilu sebagai momen yang membuat atau menghancurkan demokrasi negara itu, di tengah kekhawatiran Marcos Junior bisa memerintah dengan tinju yang berat.
Ribuan personel dari kepolisian, angkatan bersenjata dan penjaga pantai telah menyebar di seluruh nusantara untuk membantu mengamankan tempat pemungutan suara dan surat suara, mengawal petugas pemilu dan menjaga pos pemeriksaan.
Hingga Minggu 8 Mei, ada 16 "insiden terkait pemilu yang disahkan" sejak 9 Januari, termasuk empat penembakan dan "sedikit penahanan ilegal", kata juru bicara polisi nasional Brigadir Jenderal Roderick Alba.
Jika dibandingkan selama pemilihan presiden 2016 ada 133 insiden dan 60 dalam pemilihan paruh waktu 2019.
Siapa Ferdinand Marcos
Mengutip DW Indonesia, Ferdinand Marcos Jr., adalah putra diktator yang memerintah Filipina selama dua dekade. Ia unggul dalam jajak pendapat mengalahkan kandidat Leni Robredo menjelang pemungutan suara pada 9 Mei mendatang.
Kandidat berusia 64 tahun itu mengulangi pesan persatuannya di hadapan para pendukung di provinsi Iloilo tengah pada kampanye pertama sebelum serangkaian kampanye berakhir, Sabtu (07/05).
"Kami telah melakukan perjalanan ke seluruh negeri untuk menggalang dukungan melalui gerakan persatuan kami," kata Marcos.
Analis politik mengatakan Marcos terbantu oleh upaya hubungan masyarakat selama beberapa dekade untuk mengubah persepsi tentang keluarganya, bahkan ketika para kritikus menuduhnya mencoba menulis ulang sejarah.
"Mereka memiliki ... keuntungan dari menyusun narasi yang menarik, yang kita tahu mendistorsi fakta sejarah, tetapi entah bagaimana menarik banyak pemilih," kata pensiunan profesor ilmu politik Temario Rivera.
Survei terbaru Pulse Asia yang dilakukan pada pertengahan April 2022, menunjukkan 56 persen dari 2.400 responden mendukung Marcos, 23 persen mendukung Robredo, 7 persen mendukung mantan petinju Manny Pacquiao, dan 4 persen lainnya mendukung Wali Kota Manila Francisco Domagoso.
Salah satu yang menjadi keuntungan bagi Marcos adalah calon wakil presidennya, Sara Duterte-Carpio, yang menunggangi popularitas besar sang ayah, Presiden Rodrigo Duterte, yang pada Senin (02/05) menegaskan kembali bahwa dia tidak akan mendukung calon presiden manapun.
Saat kampanye Marcos pada hari Selasa (03/05), banyak pendukung yang meneriakkan "Duterte! Duterte!" sebelum dia berbicara.
Advertisement