Liputan6.com, New Delhi - India mencatat 2.710 infeksi virus corona baru dalam sehari sehingga total kasus COVID-19 menjadi 4.31.47.530, sementara kasus aktif naik menjadi 15.814, menurut data Kementerian Kesehatan Union yang diperbarui pada hari Jumat.
Dilansir dari laman Tribune India, Jumat (27/5/2022), korban tewas naik menjadi 5.24.539 dengan 14 kematian baru, data diperbarui pada pukul 8 pagi.
Baca Juga
Kasus aktif terdiri dari 0,04 persen dari total infeksi, sementara tingkat pemulihan COVID-19 nasional tercatat 98,75 persen, kata kementerian itu.
Advertisement
Peningkatan 400 kasus telah dicatat dalam beban kasus aktif dalam rentang waktu 24 jam.
Tingkat positif harian tercatat 0,58 persen dan tingkat positif mingguan 0,52 persen, menurut kementerian.
Jumlah orang yang telah sembuh dari penyakit itu melonjak menjadi 4.26.07.177, sedangkan tingkat kematian kasus tercatat 1,22 persen.
Di antara 14 kematian baru, 12 berasal dari Kerala dan masing-masing satu dari Delhi dan Maharashtra.
Sebanyak 5.24.539 kematian telah dilaporkan sejauh ini di negara itu, termasuk 1.47.858 dari Maharashtra, 69.655 dari Kerala, 40.106 dari Karnataka, 38.025 dari Tamil Nadu, 26.208 dari Delhi, 23.519 dari Uttar Pradesh dan 21.203 dari Benggala Barat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kasus Terus Meningkat
Jumlah kasus virus corona di India meningkat setelah beberapa negara bagian melonggarkan pembatasan COVID-19, termasuk mandat masker pada Maret lalu.
Namun, dengan pihak berwenang yang khawatir akan munculnya kembali infeksi, baik pemerintah pusat maupun negara bagian mengangkat perisai perlawanan mereka lagi.
India sudahh melaporkan 43 juta kasus COVID-19 dengan lebih dari 500 ribu kematian sejak awal pandemi.
Dilansir dari laman Hindustan Times, pemerintah serikat menyarankan lima negara bagian - Uttar Pradesh, Maharashtra, Delhi, Haryana dan Mizoram, yang melaporkan sedikit lonjakan kasus COVID-19 - untuk memantau penyebaran dan mengambil langkah segera.
Pusat tersebut juga menekankan perlunya mempertahankan 'pengawasan yang efektif dan tindakan pencegahan untuk menahan lonjakan yang akan terjadi' dalam sebuah surat ke Kerala, yang, katanya, tidak melaporkan data tingkat negara bagian secara teratur.
Advertisement
Ribuan Orang India Jadi Korban Penipuan Vaksin COVID-19 Palsu
Sebelumnya, kemunculan pusat imunisasi ilegal di kota-kota besar di India ditanggapi tegas oleh pemerintah. Media melaporkan, ribuan warga tertipu dan mendapat vaksin COVID-19 palsu di tengah gelombang infeksi mematikan.
Salah satu kasus yang paling mencolok melibatkan seorang pegawai negeri berusia 28 tahun. Dia dilaporkan menyuntikkan vaksin corona palsu kepada sekitar 2.000 orang, termasuk anggota parlemen partai pemerintah, Bharatia Janata Party (BJP).
Di Kota Mumbai, India lebih dari 2.000 orang juga mengaku mendapat vaksin palsu di sembilan kamp imunisasi ilegal. Polisi melaporkan, semua tabung vaksin yang diberi label Covishield dan Covaxin mengandung Amikacin, sebuah antibiotika untuk melawan infeksi bakteri.
Sejauh ini enam tersangka sudah ditahan oleh aparat keamanan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia.
"Sebuah sindikat yang terorganisasi rapi terlibat dalam vaksinasi palsu ini. Kita harus lebih waspada sekarang,” kata Vishawas Patil, seorang pejabat kepolisian lokal kepada DW.
Pemerintah federal berusaha meredam gejolak politik dan menjamin bahwa kasus ini hanya "pengecualian” yang terisolasi.
"Kita telah memberikan vaksin kepada lebih dari 330 juta penduduk. Vaksin palsu bisa diidentifikasi dengan mudah ketika Anda tidak mendapat pesan dari CoWin (aplikasi corona)," kata Lav Agrawal, Wakil Menteri Kesehatan India.
Lambatnya Laju Vaksinasi di India
Pakar mengkritik laju imunisasi yang lambat dan hambatan birokrasi atau prosedural membuat banyak warga menjadi frustasi. Buntutnya kini Kementerian Kesehatan akan mengkaji ulang panduan vaksinasi nasional.
Pemerintah di negara bagian West Bengal saat ini sudah membekukan izin semua pusat vaksinasi, selain milik pemerintah atau rumah sakit swasta.
"Warga menjadi resah karena insiden ini. Kita harus menggodok ulang pusat-pusat imunisasi dengan lebih waspada,” kata seorang pejabat di Kolkata kepada DW.
Menurut Shally Aswasthi, dokter anak di rumah sakit King George's University di Lucknow, "Ketimpangan vaksinasi menciptakan perpecahan di masyarakat, karena mereka ingin segera mendapat vaksin," kata dia.
Advertisement