Liputan6.com, Jakarta - Badan antariksa Amerika sedang menghitung mundur untuk peluncuran roket Bulan raksasa barunya dengan Sistem Peluncuran Luar Angkasa.
Dilansir BBC, Senin (29/8/2022), SLS adalah kendaraan paling kuat yang pernah dikembangkan oleh NASA dan akan menjadi dasar dari proyek Artemis yang bertujuan untuk mengembalikan manusia ke permukaan Bulan setelah 50 tahun menghilang.
Baca Juga
Roket dijadwalkan berangkat dari Kennedy Space Center pada 08:33 waktu setempat (12:33 GMT; 13:33 BST) pada hari Senin.
Advertisement
Tugasnya adalah mendorong kapsul uji, yang disebut Orion, jauh dari Bumi. Pesawat ruang angkasa ini akan mengitari bulan dengan busur besar sebelum kembali ke rumah untuk mendarat di Samudra Pasifik dalam waktu enam minggu.
Orion tidak terlibat dalam demonstrasi ini, tetapi dengan asumsi semua perangkat keras berfungsi sebagaimana mestinya, para astronaut akan naik ke atas untuk serangkaian misi yang lebih kompleks di masa depan, mulai tahun 2024.
"Semua yang kami lakukan dengan penerbangan Artemis I ini, kami melihat melalui lensa apa yang dapat kami buktikan dan apa yang dapat kami tunjukkan yang akan mengurangi risiko misi awak Artemis II," jelas astronaut NASA, Randy Bresnik.
Jadwal Diterbangkan
Badan antariksa AS memiliki beberapa peluang selama minggu depan untuk menerbangkan SLS-Orion, tetapi akan ingin mengambil opsi segera di depannya.Cuaca di sini di Florida sangat dinamis saat ini, dengan badai listrik yang sering melewati pelabuhan antariksa.Memang, menara petir pad telah disambar beberapa kali dalam beberapa hari terakhir.
Pagi hari adalah saat kondisi biasanya paling tenang, yang membuat hari Senin menjadi hari yang baik untuk terbang.
"Pada dasarnya, awal jendela peluncuran, atau tepat setelah pukul 08:30 pagi, memiliki peluang 80% untuk cuaca yang baik," kata ahli meteorologi Melody Lovin.
Namun, jika masalah teknis mendorong peluncuran ke bagian belakang jendela dua jam yang ditentukan, kemungkinan turun menjadi 60%, karena kemungkinan gangguan hujan.
Sementara roket tidak diizinkan untuk lepas landas di tengah hujan.
Advertisement
Rencana Sejak Tahun 2020
Pada 21 September 2020, NASA mengumumkan rencananya untuk mendaratkan astronaut pria lainnya dan astronaut wanita pertama di Bulan pada 2024 mendatang, sejak mengirim manusia untuk pertama kalinya ke Bulan pada tahun 1972.
"Kami akan kembali ke Bulan untuk penemuan ilmiah, manfaat ekonomi, dan inspirasi bagi generasi baru penjelajah," ungkap administrator NASA Jim Bridenstine dalam pernyataannya di situs badan antariksa AS tersebut.
Menurut laporan AFP, proyek tersebut diperkirakan akan mengeluarkan biaya hingga sebesar 28 miliar dolar AS (sekitar Rp.390 triliun).
Namun anggaran proyek yang telah ditetapkan sebagai prioritas utama Presiden Donald Trump itu, harus disetujui oleh Kongres AS.
Saat berbicara kepada wartawan, Bridenstine menerangkan bahwa proyek ke Bulan tersebut masih "berada dalam jalur" jika nantinya Kongres AS menyetujui anggaran 3,2 miliar AS (sekitar Rp. 44,8 triliun) pertama sebelum Natal 2020.
Misi yang dinamai Artemis tersebut akan berlangsung dalam beberapa fase, dimulai pada November 2021 yaitu peluncuran pesawat ruang angkasa Orion NASA.
Kemudian pada fase kedua dan ketiga, para astronaut akan mengelilingi Bulan dan mendarat di permukaannya.
Libatkan 3 Perusahaan Ternama
Misi Artemis disebutkan mirip dengan misi Apollo 11 yang pertama kali membawa manusia ke Bulan pada tahun 1969.
Namun, fase misi Artemis di permukaan bulan akan berlangsung sepekan - lebih lama dari misi Apollo - dan mencakup hingga lima "aktivitas luar angkasa".
Pendaratan pertama akan dilakukan di Kutub Selatan Bulan.
Pesawat ruang angkasa itu akan mendarat di kutub selatan Bulan, demikian menurut pernyataan NASA.
"Tidak ada pemberitahuan lebih lanjut selain itu," jelas Bridenstine kepada wartawan.
Bridenstine juga mengesampingkan kemungkinan bahwa astronaut akan mendarat di lokasi pendaratan Apollo di ekuator Bulan antara tahun 1969 dan 1972.
"Sains yang akan kami lakukan (dalam misi ini) sangat berbeda dari apa pun yang telah kami lakukan sebelumnya," tegas Bridenstine.
“Kami harus ingat selama era Apollo, kami mengira bahwa bulan itu tandus. Kini kami mengetahui bahwa ada banyak air es dan kami tahu bahwa itu ada di Kutub Selatan," tambahnya.
Tidak tanggung-tanggung, NASA bahkan juga menggandeng tiga perusahaan untuk mengangkut para astronaut mereka ke Bulan.
Perusahaan-perusahaan itu di antaranya adalah Blue Origin - perusahaan kedirgantaraan yang didirikan oleh Jeff Bezos dari Amazon yang bekerja sama dengan Lockheed Martin, perusahaan teknologi Northrop Grumman, dan perusahaan penerbangan Draper.
Adapun keterlibatan dari SpaceX milik Elon Musk dan Dynetics.
Untuk modul pendaratannya sendiri, diperkirakan menelan biaya hingga 16 miliar AS (sekitar Rp. 224 triliun).
Advertisement