, Berlin - Voice of Baceprot (VoB), grup band metal asal Garut, Jawa Barat, kembali menyambangi Eropa dalam tur konser 2022. Kali ini mereka tampil di "tanah kudus" penggemar heavy metal dunia, Wacken Open Air, Jerman.
Mengutip DW Indonesia, Sabtu (3/9/2022), perjalanan panjang melelahkan mereka lewati sejak akhir Juli, dari Indonesia ke Eropa.
Baca Juga
Dalam hitungan hari, grup band Voice of Baceprot (VoB) tampil berbagai negara: Republik Ceko, Belanda, Denmark dan Jerman.
Advertisement
Meski demikian tiada keluhan letih ataupun lainnya ketika Deutsche Welle (DW) mewawancarai ketiganya di sela jadwal manggungnya di Eropa. Yang ada canda tawa menyelingi perbincangan yang kadang terlalu serius. Misalnya soal bagaimana mereka semakin intensif mengangkat tema hak-hak perempuan dalam lagu-lagu mereka.
"Kami membuat lagu umumnya dari pengalaman sehari-hari. Jadi apa yang kami dengar, apa yang kami lihat, dan apa yang kita alami sendiri," ujar Firdda Marsya Kurnia, anggota VoB, yang dalam gelaran Colours of Ostrava, di Ceko tampil satu panggung dengan artis papan atas seperti grup band rock Franz Ferdinand dan The Killers.
Terinspirasi Komentar di Media Sosial
Ketika mengangkat isu-isu perempuan tersebut, mereka mengaku juga mendapat inspirasi dari komentar-komentar di media sosial. "Nah, yang kita sadari dari apa yang kita lihat sehari-hari adalah bahwa ternyata lingkungan kita belum begitu sehat untuk kehidupan perempuan," papar Marsya.
"Karena kita sadar, kalau kita punya musik yang orang bisa di manapun dia, orang bisa mendengarnya. Dan siapapun dia, bisa dengar itu. Oleh sebab itu kami merasa sayang kalau kita tidak menggunakan suara kita yang bisa didengar banyak orang, untuk menyampaikan pesan yang baik, salah satunya adalah ruang aman untuk perempuan, isu-isu hak perempuan dan sebagainya," tambah vokalis dan gitaris Voice of Baceprot itu.
Mereka tengah dalam jeda tur di Kota Nijmegen, Belanda saat diwawancarai DW.
Bukan Model Hijab, Melainkan Kemampuan Bermusik
Kunjungan mereka ke Eropa ini adalah yang kedua kalinya. Trio musisi ini sempat mereka tidak nyaman ketika sebelumnya ke Eropa, banyak ditanya media soal hijab yang mereka kenakan. "Yang kami tidak suka adalah ketika orang tuh lebih banyak membicarakan itu (hijab), menanyakan itu terus. Sementara, musiknya sendiri itu justru diabaikan," demikian Marsya bercerita.
"Jadi orang habis waktunya untuk membahas (hijab) di media. Akhirnya, ketika isu itu dilempar ke masyarakat luas, beritanya ke masyarakat yang ada di luar sana, yang berkembang adalah kami band yang terkenal cuma karena kita berhijab, menunggangi stigma dan segala macam. Padahal kami selama delapan tahun di musik, bekerja keras untuk memperbaiki kemampuan (bermusik), bekerja keras untuk membuat karya yang bagus untuk dikenal sebagai musisi, bukan dikenal sebagai yang hanya jual penampilan saja," tandas perempuan di awal usia 20 tahunan ini.
Sitti menambahkan, mereka lebih senang ditanya soal musik ketimbang penampilannya. "Karena kami bukan model hijab. Kami datang ke sini mau memperkenalkan karya kami. Jadi, kami tidak mau dilihat dari penampilan yang kami pakai," pungkasnya. Di panggung festival heavy metal dunia Wacken Open Air 2022 di Jerman, ketiganya menggoreskan prestasi.
Advertisement
Perempuan Berhak Atur Tubuh Sendiri
Lagu andalan mereka [Not] Public Property yang dirilis tahun 2022 juga banyak terinspirasi dari pengalaman pribadi anggota VoB.
Pengalaman pribadi yang dirasakan Euis Siti Aisyah terutama di ranah media sosial, "Banyak yang mengatur-atur ke aku pribadi, seperti misalnya: Sitti, tubuh kamu lebih cocok pakai baju begini deh, jangan yang terlalu begini deh! Padahal aku pakai baju apa yang aku suka. Tubuh aku di antara bertiga memang yang paling berisi. Nah, jadi banyak beberapa orang yang menyarankan, Sitti, kamu jangan terlalu pakai baju yang terlalu ketat deh! Yang seperti itu," demikian diungkapkan Sitti, penggebuk drum VoB.
Marsya menambahkan banyak orang yang sering bahkan mengatur soal berat badan mereka. "Kami juga disuruh menaikan berat badan, menurunkan berat badan. Padahal kami nyaman dengan tubuh kami saat ini. Yang penting bagi kami adalah sehat dan nyaman."
Tidak sedikit pula yang mengatakan sebagai artis internasional, mereka harus lebih memperhatikan bentuk tubuh, "Padahal, tubuh kita, ya punya kita. Cuma kita yang punya hak untuk memperlakukan seperti apapun tubuh kita," ujar Marsya. Pada awal mendirikan Voice of Baceprot, ketiga personel VoB masih berusia 14 tahun di tahun 2014.
Sementara itu pemain bass VoB, Widi Rahmawati curhat bagaimana orang-orang sering memperhatikan gerak-geriknya di atas panggung dan mencoba mengatur bagaimana seharusnya ia bergerak. "Misalnya saat saya menginjak-injak sistem audio. Satu kaki naik ke atas sistem kontrol audio itu, lalu ada yang komentar: Widi, kamu jangan menaikkan kaki ke alat sistem kontrol itu, dong! Itu jadi seperti mengangkang. Begitu kata mereka,” demikian dikisahkan Widi.
"Lalu seperti misalnya aku main bass, biasanya suka sedikit melipat ujung lengan panjang bajunya. Nah, itu juga katanya: Tidak boleh dibuka! Itu aurat, katanya. Padahal saya lebih nyaman seperti itu. Soalnya kalau bajunya terlalu panjang, itu bahaya, bisa terselip, bahkan tersetrum. Jadi itu "kararagok” (Ed: bahasa Sunda). Menghalangi buat aku. Tidak bebas (bergerak)," tandasnya.
Personel Voice of Baceprot Pukau Publik Eropa Berbalut Tenun Ikat Garut
Sebelumnya, VoB juga memukau para penggemarnya di Prancis.
Suasana ruangan di sebuah tempat Rennes, Prancis, tampak disesaki penonton. Mereka terlihat sangat antusias saat Voice of Baceprot (VoB) tampil di hadapan mereka.
Dari atas panggung yang gemerlap, band beranggotakan tiga personel, yakni Marsya, Sitti, dan Widi itu menyapa para penonton yang riuh. "Stop war, we hate war! ✊🏾 Are you ready?" (Setop perang, kami benci perang. Apakah kalian siap?)" tanya mereka menyapa penonton.
VoB tampil memukau penonton yang terlihat berjingkrak-jingkrak. Mereka penuh semangat dan kompak dengan suara lantang meneriakan "setop perang, kami benci perang!"
Penampilan VoB sekelumit itu diunggah lewat akun Instagram @voiceofbaceprot, 6 Desember 2021. Tiga musisi berhijab asal Garut, Jawa Barat, sedang tur di sejumlah negara Eropa, seperti Belgia dan Prancis sejak 28 November 2021 lalu.
Tak sekadar bernyanyi dengan penuh semangat, tapi ada hal yang juga cukup penting yang dilakukan mereka di sana. Mereka juga memperkenalkan budaya Garut, berupa tenun ikat warna hitam yang membalut tubuh tiga personel itu.
Hal itu mereka utarakan dalam unggahannya. Mengenakan tenun ikat Garut, tiga personel itu tampil energik dan penuh percaya diri.
Advertisement