Banjir dan Tanah Longsor di Nepal Tewaskan 33 Orang, Ratusan Rumah Rusak

Banjir dan tanah longsor melanda Nepal dan menewaskan sejumlah orang.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Okt 2022, 14:18 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2022, 13:01 WIB
Hujan deras di Nepal barat telah menyebabkan tanah longsor yang fatal dan membuat penduduk setempat terdampar. (UNICEF)
Hujan deras di Nepal barat telah menyebabkan tanah longsor yang fatal dan membuat penduduk setempat terdampar. (UNICEF)

Liputan6.com, Jakarta Banjir dan tanah longsor melanda Nepal dan menewaskan sejumlah orang.

"Sedikitnya 33 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor di Nepal barat dalam sepekan terakhir," media lokal melaporkan seperti dikutip dari BBC, Rabu (12/10/2022).

Hujan monsun terburuk melanda Provinsi Karnali di barat laut, tempat ribuan penduduk dievakuasi, kata para pejabat.

Ratusan rumah rusak akibat tanah longsor dan banjir.

Setidaknya 22 orang masih hilang di seluruh provinsi dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Tim penyelamat telah menggambarkan kesulitan untuk mencapai wilayah pegunungan di tengah hujan yang terus berlanjut.

"Kami telah mengerahkan polisi di lapangan. Kami telah mengatur helikopter untuk penyelamatan udara dari Surkhet," kata seorang juru bicara polisi, dikutip dari Annapurna Post.

"Namun, sayangnya, karena cuaca tidak membaik, penyelamatan tidak seperti yang diharapkan."

Sebagian besar laporan orang hilang datang dari dataran rendah Distrik Kalikot. Ribuan orang dievakuasi dari rumah mereka di sana dalam seminggu terakhir di tengah peringatan hujan lebat.

Di beberapa daerah di provinsi itu, Sungai Karnali telah naik menjadi lebih dari 12 meter (39 kaki), kata otoritas darurat Nepal. Beberapa jembatan gantung di atas sungai juga telah hanyut, media lokal melaporkan.

Pejabat pemerintah telah mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut dengan helikopter.

Sementara itu badan-badan kemanusiaan PBB mengatakan mereka mendistribusikan makanan dan obat-obatan kepada masyarakat yang terkena dampak paling parah di Nepal barat.

Nepal mendekati akhir musim hujan, yang biasanya dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Oktober.

Setidaknya 110 orang tewas tahun ini akibat bencana terkait hujan, menurut Pusat Operasi Darurat Nasional.

Nepal Kerahkan Gajah untuk Selamatkan Korban Banjir

Gajah evakuasi korban banjir Nepal. (The Himalayan Times)
Gajah evakuasi korban banjir Nepal. (The Himalayan Times)

Sebelumnya, puluhan gajah dan rakit dikerahkan untuk menyelamatkan hampir 500 orang yang terjebak banjir di sebuah resor populer di Nepal selatan pada 2017, demikian diinformasikan pihak berwenang.

Seorang pemilik hotel di Sauraha, 155 km (96 mil) barat daya ibukota Kathmandu, mengatakan bahwa gajah telah terbiasa membawa turis ke jalan dan bandara terdekat. Untuk itulah, hewan berbelalai panjang tersebut turut dikerahkan mengevakuasi para korban banjir. 

Beberapa hotel di Sauraha, di Distrik Chitwan terendam banjir dan menjebak para turis, banyak di antaranya orang asing.

"Kami memobilisasi semua sumber daya untuk menyelamatkan banyak orang," kata Kepala Distrik Chitwan, Narayan Prasad Bhatta, seperti dikutip dari BBC, Senin (14/8/2017).  

Perdana Menteri Nepal, Sher Bahadur Deuba menyampaikan belasungkawa atas musibah yang menelan 49 korban jiwa. Ia juga meminta warga untuk tetap tenang.

"Saya sudah menginstruksikan pihak berwenang untuk menyelamatkan korban banjir, memindahkan mereka ke lokasi yang lebih aman, dan segera memberikan bantuan kepada mereka," tutur PM Deuba.

Palang Merah mengatakan, 100.000 orang telah terdampak banjir Nepal. Sementara, jaringan komunikasi dan listrik terputus di banyak wilayah.

Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan jembatan yang ambruk dan jalan terendam atau ditutupi oleh puing-puing akibat tanah longsor, yang menghambat usaha penyelamatan.

Ribuan warga terpaksa meninggalkan rumah yang berada di daerah paling parah terkena dampak. Beberapa pejabat memperingatkan bahwa jumlah korban tewas bisa bertambah. Sejauh ini 17 orang dilaporkan hilang.

Musim hujan yang berlangsung pada Juni dan berakhir September kerap menyebabkan banjir besar di Nepal setiap tahun. Pejabat mengatakan, hujan diperkirakan masih akan mengguyur dalam beberapa hari ke depan.

Sementara itu, di negara tetangga India, 45 orang terbunuh saat tanah longsor menyapu dua bus penumpang yang penuh sesak, menyeretnya dari lereng bukit ke sebuah jurang yang dalam.

Pejabat di negara bagian Himachal Pradesh utara mengatakan bahwa bus kala itu sedang berhenti untuk beristirahat, saat tanah longsor yang juga disebabkan oleh hujan guyuran hujan.

Populasi Harimau Nepal Meningkat 3 Kali Lipat, Kabar Baik Tapi Bikin Takut Warga

Harimau Benggala
Harimau benggala adalah subspesies harimau di India, Bangladesh, Nepal, dan Bhutan.

Bicara soal Nepal, populasi harimau Nepal meningkat hampir tiga kali lipat dalam 12 tahun, perdana menteri negara itu mengumumkan. Tetapi kekhawatiran tentang biaya manusia dari pemulihan kucing besar itu meningkat setelah meningkatnya serangan fatal.

Dikutip dari laman The Guardian, Selasa (2/8/2022), dari 121 ekor pada tahun 2010, populasi harimau Bengal di Nepal telah meningkat menjadi 355, menurut survei terbaru, yang diungkapkan oleh perdana menteri, Sher Bahadur Deuba, untuk memperingati Hari Harimau Internasional pada hari Jumat.

Konservasionis telah memberikan penghormatan atas keberhasilan Nepal dalam membantu kucing besar untuk pulih melalui tindakan keras terhadap perburuan, perluasan taman nasional dan penciptaan koridor satwa liar dengan negara tetangga India.

Nepal adalah negara pertama dari 13 negara yang memiliki habitat harimau yang memperbarui angkanya sebelum pertemuan puncak yang akan diadakan di Vladivostok, Rusia timur, pada bulan September untuk mengevaluasi upaya konservasi global untuk melindungi kucing besar.

Pada tahun 2010, pemerintah berkomitmen untuk menggandakan populasi harimau liar dunia pada tahun harimau China berikutnya, yaitu tahun ini. Angka mencapai titik terendah sepanjang masa yaitu 3.200 pada tahun 2010, sekitar 100.000 pada abad sebelumnya.

Tetapi di Nepal, lusinan serangan harimau baru-baru ini terhadap manusia telah membuat beberapa orang mengatakan bahwa masyarakat yang tinggal di dekat kawasan lindung membayar mahal untuk pemulihan hewan tersebut.

Serangan Harimau Meningkat

Bayi Harimau Benggala
Satu dari dua bayi harimau Benggala ketika dipamerkan ke publik di kebun binatang San Jorge, Meksiko, 28 November 2017. Harimau Benggala hanya terdapat di habitat aslinya di India, Nepal, Bhutan, dan Bangladesh. (AFP PHOTO / HERIKA MARTINEZ)

Selama tiga tahun terakhir telah terjadi 104 serangan harimau di dalam kawasan lindung dan 62 orang telah tewas, menurut Kathmandu Post . Para korban sering diserang saat mengumpulkan kayu bakar, menggembalakan ternak atau mencari makan di hutan.

Shiv Raj Bhatta, direktur program konservasi di WWF Nepal, mengatakan peningkatan jumlah harimau adalah kabar baik tetapi memperingatkan bahwa negara itu memasuki tahap baru pemulihan kucing besar di mana manusia harus belajar hidup berdampingan dengan harimau.

“Orang-orang sekarang melihat dan bertemu harimau di mana-mana, sehingga kasus konflik harimau-manusia meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa populasi harimau hampir mencapai tingkat maksimum di Nepal. Kami adalah negara kecil. Peningkatan ini menjadi tantangan baru bagi pemerintah. Sekarang kita perlu menunjukkan bahwa harimau dan manusia bisa hidup berdampingan,” katanya.

Infografis Varian B117 Covid-19 Seperti di India Sudah Masuk Indonesia
Infografis Varian B117 Covid-19 Seperti di India Sudah Masuk Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya