WHO: Gelombang Baru COVID-19 Muncul di Eropa, Pandemi Belum Berakhir

Data regional badan PBB, WHO menunjukkan hanya Eropa yang mengalami peningkatan kasus Virus Corona hingga 2 Oktober 2022, karena infeksi tercatat naik 8 persen dari minggu sebelumnya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Okt 2022, 14:42 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2022, 13:52 WIB
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)

Liputan6.com, Berlin - Data regional badan PBB, WHO menunjukkan hanya Eropa yang mengalami peningkatan kasus Virus Corona hingga 2 Oktober 2022, karena infeksi tercatat naik 8 persen dari minggu sebelumnya.

"Gelombang baru kasus COVID-19 tampaknya menyebar di Eropa," kata World Health Organization (WHO)/ Organisasi Kesehatan Dunia dan European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC)/ Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengutip Al Jazeera, Kamis (13/10/2022).

"Meskipun kami tidak berada di tempat kami satu tahun yang lalu, jelas bahwa pandemi COVID-19 masih belum berakhir," kata Direktur WHO Eropa, Hans Kluge, dan Direktur ECDC, Andrea Ammon, dalam pernyataan bersama pada hari Rabu.

"Sayangnya kami melihat indikator meningkat lagi di Eropa, menunjukkan bahwa gelombang infeksi lain telah dimulai," kata mereka.

WHO dan ECDC mencatat bahwa jutaan orang di seluruh Eropa belum divaksinasi COVID-19. Mereka mendesak negara-negara Eropa untuk memberikan vaksin flu dan COVID-19 menjelang perkiraan lonjakan kasus influenza musiman.

"Potensi peredaran bersama COVID-19 dan influenza musiman akan menempatkan orang-orang yang rentan pada peningkatan risiko penyakit parah dan kematian, dengan kemungkinan peningkatan tekanan pada rumah sakit dan petugas kesehatan, yang sudah kelelahan selama hampir tiga tahun di garis depan perawatan kesehatan pandemi,” kata mereka.

"Tidak ada waktu untuk kehilangan," kata mereka, menambahkan bahwa kelompok rentan seperti wanita hamil, orang di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki penyakit penyerta, harus divaksinasi terhadap influenza dan Virus Corona.

 


Prancis Gelombang Ke-8 COVID-19

Kelemahan Virus Corona
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Pekan lalu seorang pejabat kesehatan di Prancis mengatakan negara itu telah memasuki gelombang kedelapan virus tersebut.

"Ya, kita berada di gelombang kedelapan ini," kata Brigitte Autran, yang merupakan anggota dewan strategis vaksinasi pemerintah. "Semua indikator naik."

Angka COVID-19 Prancis yang diterbitkan pada 3 Oktober menunjukkan bahwa rata-rata tujuh hari kasus baru harian telah mencapai 45.631, level tertinggi sejak 2 Agustus.

ECDC dan WHO Eropa mengeluarkan peringatan setelah kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada September bahwa kasus COVID-19 telah turun secara dramatis pada minggu 4 September, mencapai jumlah terendah sejak Maret 2020 ketika pandemi dimulai. Ketika dia mengatakan "akhir sudah di depan mata".

Namun demikian, Tedros mendesak negara-negara untuk melanjutkan upaya mereka melawan Virus Corona, yang telah menewaskan lebih dari enam juta orang dan menginfeksi lebih dari 606 juta di seluruh dunia.

Bulan lalu, badan obat Uni Eropa mengatakan varian COVID-19 yang sama sekali baru dapat muncul musim dingin ini, tetapi vaksin yang ada harus melindungi orang dari penyakit serius dan kematian.


Tren Kasus COVID-19 Turun, WHO Peringatkan Tetap Waspada di Masa Depan

Ilustrasi menjaga kesehatan mental dan imun di masa pandemi COVID-19
Ilustrasi menjaga kesehatan mental dan imun di masa pandemi COVID-19. (Photo on Freepik)

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dalam jumpa persnya pada Rabu 14 September 2022 bahwa gelombang Virus Corona di masa depan diperkirakan akan terjadi lagi, sekaligus memperingatkan kepada setiap negara di seluruh dunia untuk tetap waspada dan bersiap untuk segala ancaman yang mungkin muncul di masa depan.

Dikutip dari laman Xinhua, Kamis (15/9/2022), Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengibaratkan respons pandemi sebagai perlombaan marathon. "Seorang pelari maraton tidak berhenti ketika garis finis terlihat; dia berlari lebih keras dengan semua energi yang tersisa," kata Tedros.  

Menurut WHO, selama seminggu dari 5-11 September, jumlah kasus COVID-19 mingguan baru di seluruh dunia turun 28 persen dari minggu sebelumnya menjadi lebih dari 3,1 juta. Jumlah kematian mingguan baru turun 22 persen menjadi hanya di bawah 11.000.

Namun demikian, para ahli WHO terus mendesak untuk berhati-hati.

Virus ini "beredar pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia saat ini. Dan, pada kenyataannya, jumlah kasus yang dilaporkan ke WHO yang kita tahu adalah perkiraan yang paling rendah," kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis Program Darurat Kesehatan WHO.

"Kami merasa ada jauh lebih banyak kasus yang sebenarnya terjadi daripada yang dilaporkan kepada kami," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa di masa depan nantinya akan ada infeksi baru yang mirip dengan ini dan dengan pola yang sama. Maka dari itu, kita masih perlu berhati-hati dan mempersiapkan diri.


Negara Harus Waspada

Ilustrasi COVID-19
Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

"Kami memperkirakan akan ada gelombang infeksi di masa depan, di waktu yang berbeda di seluruh dunia, yang disebabkan oleh subvarian Omicron yang berbeda atau bahkan varian yang berbeda-beda yang menjadi perhatian," kata Maria.

Gelombang infeksi di masa depan itu "tidak perlu diterjemahkan ke dalam gelombang kematian di masa depan, karena kami memiliki alat yang dapat mencegah infeksi," katanya.

Bahkan ketika pandemi mereda, orang harus mempertahankan tingkat kewaspadaan yang tinggi, kata Mike Ryan, direktur eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO.

Dunia sedang memerangi "virus yang sangat mudah berubah yang telah menunjukkan kepada kita, berkali-kali dalam dua setengah tahun, bagaimana virus itu dapat berkembang dan bagaimana virus itu dapat berubah," kata Ryan.

Dalam jumpa persnya di Jenewa, mengutip CNN, WHO juga merilis enam ringkasan kebijakan pada yang menguraikan tindakan utama yang harus diambil pemerintah untuk mengakhiri pandemi. Ringkasan tersebut didasarkan pada bukti dan pengalaman selama 32 bulan terakhir dan menawarkan panduan tentang cara menyelamatkan nyawa, melindungi sistem kesehatan, dan menghindari gangguan sosial dan ekonomi.

Itu adalah "seruan mendesak bagi pemerintah untuk melihat dengan seksama kebijakan mereka untuk memperkuat kebijakan mereka untuk COVID-19 dan patogen masa depan dengan potensi pandemi," kata Tedros. 

Infografis Vaksin Covid-19 Terbukti Efektif Kurangi Tingkat Kematian. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Vaksin Covid-19 Terbukti Efektif Kurangi Tingkat Kematian. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya