Liputan6.com, Beijing - Antrean panjang warga terlihat di apotek dan toko obat di Kota Beijing dalam cuaca ekstrem setelah Dewan Pemerintahan China mengeluarkan aturan terbaru tentang pelonggaran kebijakan "nol COVID-19".
Kondisi itu terjadi sejak Kamis (8/12) pagi hingga Jumat (9/12) ketika masyarakat di ibu kota China itu membutuhkan obat-obatan untuk meredakan flu yang mulai mewabah akibat perubahan cuaca secara drastis.
Baca Juga
Beberapa di antara mereka ada yang terpaksa keluar dari antrean karena tidak kuat menahan cuaca dingin, demikian seperti dikutip dari Antara, Sabtu (10/12/2022).
Advertisement
"Mana mungkin saya bertahan kalau yang di depan tidak jalan. Bisa-bisa sakit saya tambah parah," kata seorang warga yang keluar dari antrean panjang di trotoar menuju salah satu apotek di kawasan Panjiayuan, Distrik Chaoyang, Beijing, Jumat (9/12) malam.
Pemandangan tersebut mirip dengan yang terjadi di depan tempat tes PCR di Beijing pada Minggu (4/12).
Beberapa rumah sakit di Beijing juga dikabarkan kewalahan menerima pasien yang mengalami batuk-batuk dan demam pada Jumat malam.
Otoritas Beijing sebelumnya telah menghapus kewajiban tes negatif PCR bagi warga yang hendak mengakses transportasi publik, pusat perbelanjaan, tempat keramaian, dan rumah sakit. Akses mendapatkan obat-obatan di apotek dan toko obat juga dipermudah.
Â
Pengawasan Obat-obatan
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan Nasional China (FDA) memerintahkan para produsen farmasi untuk memenuhi persyaratan produksi dengan mempertimbangkan kualitas dan keamanan obat-obatan bagi terapi kesehatan.
Sejak merebaknya COVID-19, otoritas pengawasan obat di semua tingkatan telah bekerja keras memastikan kualitas, keamanan, dan pasokan vaksin dan obat terapi COVID-19, kata Deputi Direktur FDA Huang Guo kepada pers, Kamis.
Menurut dia, pengetatan persyaratan produksi sangat penting untuk memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat akan obat-obatan yang kualitas dan keamanannya terjamin.
Â
Advertisement
Pakar Penyakit Menular China: COVID-19 Belum Berakhir
Pakar penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan atas ternama di China Prof Zhong Nanshan mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir, namun menekankan bahwa patogen varian Omicron sudah sangat berkurang.
"Untuk mengevaluasi situasi yang disebabkan oleh Omicron dengan benar, kami tidak dapat sepenuhnya menggunakan metode yang sama dua tahun lalu," kata Zhong saat berbicara pada konferensi akademik nasional tentang penyakit pernapasan, Kamis (8/12) malam.
"Virus menjadi sangat menular, tetapi patogenisitas telah sangat berkurang," ujar dokter spesialis paru-paru yang menemukan virus SARS pada 2003 itu menambahkan.
Ia menganggap Omicron tidak mengerikan karena 99 persen orang yang terinfeksi bisa sembuh dalam jangka waktu tujuh hingga 10 hari.
Penyebaran gelombang kedua Omicron di China, sambung dia, sangat cepat dan risiko gejala sisanya berkurang signifikan dibandingkan dengan varian Delta.
Menurut dia, masalah pasca-pemulihan sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi psikologi sosial yang masih perlu dicermati lebih jauh dari perspektif klinis yang ketat.
"Dan kita harus melihatnya secara objektif," kata Zhong sebagaimana diwartakan chinanews.com, dikutip dari Antara, Sabtu (10/12/2022).