Presiden Yoon Suk Yeol Ancam Cabut Pakta Militer Antar-Korea 2018

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol akan mempertimbangkan penangguhan pakta militer antar-Korea 2018 jika Korea Utara kembali melanggar wilayah udaranya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Jan 2023, 18:04 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2023, 17:03 WIB
Ribuan Pengemudi Truk di Korea Selatan Mogok Kerja
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, kanan, berbicara dalam rapat kabinet di kantor kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Selasa (29/11/2022). Dalam kejadian ini ribuan pengemudi truk yang menuntut gaji dan kondisi kerja yang lebih baik membuat pemerintah lebih mungkin secara hukum memaksa para pemogok untuk kembali bekerja. (Ahn Jung-hwan/Yonhap via AP)

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol akan mempertimbangkan penangguhan pakta militer antar-Korea 2018 jika Korea Utara kembali melanggar wilayah udaranya.

Hal ini dikonfirmasi oleh kantor presiden Korsel, di tengah ketegangan atas intrusi baru-baru ini oleh drone Korea Utara.

Yoon berkomentar ada tindakan balasan terhadap drone Korea Utara yang menyeberang ke Selatan minggu lalu, menyerukan untuk membangun kemampuan respons yang luar biasa, menurut sekretaris persnya, Kim Eun-hye.

"Dalam pertemuan itu, dia menginstruksikan kantor keamanan nasional untuk mempertimbangkan penangguhan keabsahan perjanjian militer jika Korea Utara melakukan provokasi lain untuk menyerang wilayah kita," kata Kim dalam pengarahan.

Kesepakatan 2018, disegel di sela-sela pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, menyerukan penghentian "semua tindakan bermusuhan", menciptakan zona larangan terbang di sekitar perbatasan, dan menghilangkan pemakaian ranjau darat dan pos jaga di dalam Zona Demiliterisasi.

Meninggalkan pakta bisa berakibat kembalinya aktivitas latihan tembakan di bekas zona larangan terbang dan siaran propaganda melintasi perbatasan -- yang semuanya dapat mengundang amarah dari Pyongyang, dikutip dari swissinfo.ch, Rabu (4/1/2023).

Hubungan antar-Korea telah diuji dalam beberapa dekade dan semakin tegang sejak Yoon menjabat sebagi presiden dan berjanji akan memberikan aturan yang lebih keras terhadap Pyongyang.

Selama kampanye pemilihan tahun lalu, Yoon mengatakan Pyongyang telah berulang kali melanggar perjanjian dengan peluncuran rudal.

Dia mengatakan setelah menjabat bahwa nasib pakta itu bergantung pada tindakan Korea Utara.

Yoon juga mengkritik penanganan militer atas insiden drone, sebagian menyalahkan ketergantungan pemerintahan sebelumnya pada pakta 2018.

Dia telah mendesak militer untuk siap membalas, bahkan jika itu harus "mempertaruhkan eskalasi".

Jepang, AS, dan Korea Selatan Kecam Peluncuran Rudal Terbaru Korea Utara

Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik ke Lepas Pantai Timur Korea Selatan
Seorang tentara Korea Selatan melewati layar TV yang menunjukkan file gambar peluncuran rudal Korea Utara selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Rabu (2/11/2022). Peluncuran ini dilakukan setelah Pyongyang meminta Amerika Serikat (AS) dan Korsel menghentikan latihan militer skala besar mereka, Selasa, 1 November 2022. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Utusan nuklir utama Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang mengecam penembakan tiga rudal balistik jarak pendek (SRBM) Korea Utara pada Sabtu pagi, memperingatkan tanggapan keras dari komunitas internasional.

Kim Gunn, perwakilan khusus Seoul untuk urusan perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea, dan rekan-rekannya dari A.S. dan Jepang, masing-masing Sung Kim dan Takehiro Funakoshi, berbicara melalui telepon setelah peluncuran rudal Pyongyang, demikian menurut kementerian luar negeri Korea Selatan.

Kepala Staf Gabungan (JCS) mengatakan pihaknya mendeteksi peluncuran dari Chunghwa County, tepat di selatan Pyongyang, dari pukul 8 pagi dan bahwa rudal-rudal itu menempuh jarak sekitar 350 kilometer sebelum tercebur ke Laut Timur.

Peluncuran itu dilakukan sehari setelah Korea Selatan melakukan uji terbang roket ruang angkasa propelan padat buatan dalam negeri, demikian seperti dikutip dari Yonhap, Sabtu (31/12/2022).

Utusan nuklir itu memperingatkan Korea Utara bahwa taktiknya untuk melakukan provokasi militer secara rutin tidak akan berhasil, dan komunitas internasional akan dengan tegas menanggapi setiap tindakan yang melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, demikian menurut kementerian itu.

Kementerian mengatakan para utusan itu sepakat untuk memperkuat kerja sama keamanan trilateral melawan Korea Utara dan postur kesiapan untuk provokasi tambahan.

Para utusan itu juga sepakat untuk meningkatkan komunikasi dengan China, yang memainkan peran penting dalam menahan tindakan militer Pyongyang.

Korea Utara Meluncurkan 70 Rudal Tahun 2022

Korea Utara Luncurkan 3 Rudal Balistik di Akhir Tahun 2022
Seorang pria berjalan melewati layar televisi yang menayangkan siaran berita dengan rekaman file uji coba rudal Korea Utara, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Sabtu (31/12/20220). Otoritas Pyongyang belum memberikan pernyataan resmi terkait peluncuran terbaru tersebut. (Jung Yeon-je / AFP)

Korea Utara meluncurkan sekitar 70 rudal balistik tahun ini saja, menandai rekor satu tahun. Awal pekan ini, drone Korea Utara juga menyusup ke wilayah udara Korea Selatan, meningkatkan ketegangan di kawasan itu.

Korea Utara menembakkan tiga rudal balistik jarak pendek pada hari Sabtu (31 Desember), kata militer Seoul, menambahkan salvo terakhir ke ledakan peluncuran yang memecahkan rekor Pyongyang tahun ini.

Dilansir Channel News Asia, Sabtu (31/12/2022), ketegangan militer di semenanjung Korea telah meningkat tajam pada tahun 2022 karena Korea Utara telah melakukan uji senjata penghancur sanksi hampir setiap bulan, termasuk menembakkan rudal balistik antarbenua tercanggih yang pernah ada.

Peluncuran hari Sabtu terjadi sehari setelah Korea Selatan berhasil menguji kendaraan peluncuran luar angkasa berbahan bakar padat, dan mengikuti serbuan lima pesawat tak berawak Korea Utara ke wilayah udara Selatan awal pekan ini.

Militer Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi "tiga rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan oleh Korea Utara ke Laut Timur dari wilayah Kabupaten Chunghwa, Provinsi Hwanghae Utara, sekitar pukul 08:00", mengacu pada badan air yang juga dikenal sebagai Laut Jepang.

Rudal tersebut terbang sekitar 350 km (217 mil) sebelum jatuh, tambahnya.

"Militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh sambil bekerja sama erat dengan AS dan memperkuat pengawasan dan kewaspadaan," kata Kepala Staf Gabungan.

Infografis Uji Rudal Terbaru Korea Utara
Infografis Uji Rudal Terbaru Korea Utara
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya