Liputan6.com, Stockholm - Seorang pria Uzbekistan bernama Rakmat Akilov mengendarai truk curianan membawanya ke kerumunan di Stockholm, Swedia pada 7 April 2017. Ia kemudian menabrakan truk itu ke kerumanan orang tersebut.
Kejadian itu menewaskan lima orang dan melukai 14 lainnya.
Baca Juga
Korban jiwa yakni seorang pria Inggris, seorang perempuan Belgia dan tiga orang Swedia, termasuk seorang gadis berusia 11 tahun.
Advertisement
Ia pun dihukum karena pembunuhan terkait teror dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Dinas Keamanan Swedia mengatakan, serangan itu terjadi tepat sebelum pukul tiga sore waktu setempat, dilansir dari CNN, Selasa (4/4/2023). Orang-orang terlihat melarikan diri dari daerah itu dengan panik.
Sebuah truk bir dibajak saat melakukan pengiriman di dekatnya, menurut perusahaan pemiliknya. Saksi mata melaporkan mobil itu dikendarai dengan kecepatan tinggi di sepanjang Drottninggatan (Queen Street) sebelum menabrak bagian depan sebuah department store.
Pada Januari 2018, Akilov didakwa melakukan pembunuhan terkait teror dan percobaan pembunuhan atas serangan dengan truk bir itu.
Akilov mengatakan bahwa ia ingin menghukum Swedia karena bergabung dengan koalisi melawan Negara Islam (ISIS), dilansir dari ABC.
Hakim Ragnar Palmkvist mengatakan Akilov adalah satu-satunya tersangka dalam serangan itu.
Jaksa Hans Ihrman menyebutnya sebagai "risiko keamanan bagi masyarakat" selama persidangannya di Pengadilan Negeri Stockholm.
Penuntut menuntut hukuman seumur hidup, sedangkan pengacara pembela Johan Eriksson mengatakan kliennya telah kooperatif selama penyelidikan dan harus diberikan hukuman yang lebih ringan.
Hakim Palmkvist mengatakan fakta bahwa Akilov kooperatif dan mengaku akan kesalahannya, tidak berpengaruh pada hukuman seumur hidup yang merupakan hukuman terberat di Swedia dan biasanya sekitar 18 tahun.
Pengadilan pun menghukum Akilov untuk diusir dari Swedia setelah ia menjalani hukumannya dan melarang ia untuk kembali.
Akilov Ingin Meledakkan Dirinya Sendiri Usai Tabrakan Truk Tersebut
Setelah menabrakkan truk ke kerumunan di jalan perbelanjaan yang sibuk dan menabrak department store kelas atas Ahlens di Stockholm pusat, Akilov mengatakan bahwa dirinya juga berencana untuk meledakkan diri.
Namun, ia gagal dan menyebabkan ledakan kecil di dalam truk. Ia kemudian melarikan diri melalui kereta bawah tanah tetapi ditangkap beberapa jam kemudian.
Akilov dinyatakan bersalah atas lima dakwaan pembunuhan terkait teror, 119 dakwaan percobaan pembunuhan dan 24 kasus membahayakan nyawa orang lain.
Akilov lahir di Uzbekistan dan bekerja di sana sebagai pekerja bangunan.
Ia datang ke Swedia pada 2014 dan mengajukan suaka, mengklaim bahwa ia telah dianiaya. Lamarannya ditolak dan ia diperintahkan untuk meninggalkan Swedia pada Desember 2016.
Namun, ia tidak angkat kaki dan menghindari upaya pihak berwenang untuk melacaknya.
Pada 6 April 2017, sehari sebelum serangan, Akilov bersumpah setia kepada ISIS.
Selama persidangan, bukti menunjukkan bagaimana Akilov menggunakan 53 kartu SIM dan media sosial termasuk WhatsApp, Telegram, Viber, Facebook, dan Zello untuk berkomunikasi dengan orang lain tentang aktivitasnya.
Akilov mengatakan ia mengusulkan untuk melakukan serangan di Stockholm kepada ISIS atas nama mereka. Tidak jelas apakah kelompok tersebut telah menerima tawarannya.
Penyelidik telah menemukan log obrolan internet dengan orang tak dikenal di mana Akilov berdiskusi tentang menjadi martir.
Mereka juga menemukan kartu memori dengan video eksekusi dan ribuan foto, termasuk salah satu pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Advertisement
Korban Serangan Udara di Konser Myanmar Ada 80 Orang, Militer Klaim Operasi untuk Teroris
Bicara soal aksi serangan terorisme, 80 orang tewas dari serangan udara militer Myanmar di negara bagian Kachin utara.
Sementara itu, kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh para jenderal yang berkuasa melanggar hukum perang, dan meminta masyarakat internasional untuk memberlakukan larangan penjualan senjata dan bahan bakar penerbangan ke negara itu.
Jumlah korban dari pemboman ratusan orang yang berkumpul untuk merayakan berdirinya Organisasi Kemerdekaan Kachin pada Minggu, 24 Oktober 2022 malam tampaknya menjadi serangan udara terburuk sejak militer Myanmar merebut kekuasaan pada Februari 2021.
"Sebanyak 80 orang tewas, dan sekitar 100 lainnya terluka," kata juru bicara Asosiasi Seniman Kachin kepada kantor berita Associated Press melalui telepon, Senin, 26 Oktober 2022.
Laporan awal telah menghitung 60 orang tewas, tetapi sumber yang dekat dengan pejabat Tentara Kemerdekaan Kachin mengatakan sekitar 80 orang sekarang diketahui telah tewas, kata juru bicara itu.
Ia mengatakan pesawat militer menjatuhkan empat bom pada perayaan pada Minggu malam, yang dihadiri antara 300 dan 500 orang, termasuk musisi dan artis lainnya.
Mereka yang tewas dalam serangan udara itu juga termasuk perwira dan tentara militer Kachin, musisi, pemilik bisnis penambangan batu giok, warga sipil lainnya, dan juru masak yang bekerja di belakang panggung, tambahnya.
Imran Khan Sebut Ledakan di Masjid Pakistan Sebagai Bom Bunuh Diri Teroris
Tahun ini pula, jumlah korban kematian akibat bom bunuh diri di Pakistan masih terus meningkat. Jumlahnya sudah nyaris 90 orang. Sebelumnya korban bom bunuh diri ini tercatat sekitar 27 orang, kemudian terus bertambah.
Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (31/1/2023), mantan Perdana Menteri Imran Khan, pemimpin oposisi utama di Pakistan, juga mengecam pengeboman itu, menyebutnya sebagai "serangan bunuh diri teroris" dalam unggahannya melalui Twitter.
"Penting sekali bagi kita untuk meningkatkan pengumpulan intelijen dan memperlengkapi polisi dengan tepat untuk memerangi ancaman terorisme yang kian besar," kata Khan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres, Senin (30/1/2023), mengutuk pengeboman yang ia sebut "mengerikan" itu melalui juru bicaranya.
Provinsi Pakistan itu berbatasan dengan Afghanistan dan telah berulang kali mengalami serangan teroris. Sebagian besar kekerasan pada masa lalu diklaim dilakukan oleh kelompok terlarang Tehrik-i-Taliban Pakistan, yang dikenal sebagai Taliban Pakistan.
Sebelumnya, masjid itu dilaporkan tempat para polisi sering beribadah.
Taliban Pakistan, dalam pernyataan yang dilansir kepada berbagai media, mengatakan mereka tidak melakukan serangan maut pada Senin itu.
Advertisement
