AS, China, dan Filipina Ribut Soal Kapal Perang Dunia II di Laut China Selatan

Klaim wilayah atas Laut China Selatan melibatkan banyak negara, termasuk China, Vietnam, dan Malaysia serta dianggap sebagai titik didih potensial.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Agu 2023, 15:02 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2023, 15:02 WIB
BRP Sierra Madre.
BRP Sierra Madre, kapal Perang Dunia II yang diubah menjadi pos militer Filipina di Laut China Selatan. (Dok. Ritchie B. Tongo, Pool/AFP)

Liputan6.com, Washington - Perselisihan internasional tumbuh antara Amerika Serikat (AS), China, dan Filipina atas BRP Sierra Madre, kapal perang berkarat bekas yang diubah menjadi pos militer Filipina di Laut China Selatan.

Kapal era Perang Dunia II itu sengaja dikandaskan di karang kecil di Laut China Selatan pada tahun 1999 oleh Filipina, dan kontingen kecil pasukan terus bertahan di kapal untuk mempertaruhkan klaim Filipina di perairan yang disengketakan.

Klaim wilayah atas Laut China Selatan melibatkan banyak negara, termasuk China, Vietnam, dan Malaysia serta dianggap sebagai titik didih potensial.

Dari sisi Filipina, ketegangan disebut meningkat di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr, di mana negara itu semakin menuduh China melakukan agresi dan mengejar hubungan yang lebih dekat dengan AS. Kedua negara memiliki perjanjian pertahanan bersama.

Pada Sabtu (5/8/2023), China memprovokasi kecaman dari Filipina, AS, Uni Eropa, Prancis, Jepang, dan Australia setelah penjaga pantainya menembakkan meriam air ke kapal penjaga pantai Filipina, yang berusaha mengirimkan logistik ke pasukan yang ditempatkan di BRP Sierra Madre, tepatnya di Second Thomas Shoal, Kepulauan Spratly.

China sejak itu telah mengulangi tuntutannya agar BRP Sierra Madre dipindahkan. Kedutaan Besar China di Manila menuduh AS menghasut dan mendukung upaya Filipina untuk merombak dan memperkuat BRP Sierra Madre, serta menggalang sekutunya untuk terus-menerus menimbulkan sensasi atas isu Laut China Selatan.

"Saya ingin menekankan bahwa Laut China Selatan bukanlah tempat berburu bagi negara-negara di luar kawasan untuk ikut campur, menabur perselisihan dan memprovokasi konflik," sebut pernyataan Kedutaan Besar China di Manila seperti dilansir The Guardian, Kamis (10/8).

Kementerian Luar Negeri China juga menuduh AS mengancamnya melalui perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina.

"AS dengan berani mendukung Filipina karena melanggar kedaulatan China, namun langkah itu tidak akan berhasil," kata juru bicara kementerian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


AS-Filipina Perkuat Aliansi

Kapal perusak milik AS berlayar ke Laut China Selatan (AFP/US Navy)
Kapal perusak milik AS berlayar ke Laut China Selatan (AFP/US Navy)

AS, meski bukan penggugat dalam sengketa Laut China Selatan, namun menganggap kawasan itu strategis bagi kepentingan nasionalnya.

Pada Selasa (8/8), Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menggarisbawahi sifat kuat dari aliansi AS-Filipina melalui panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Nasional Filipina Gilberto Teodoro Jr. Austin menegaskan kembali bahwa perjanjian antara kedua negara, di mana AS akan membela Filipina jika kapal dan pasukan publiknya menjadi sasaran serangan bersenjata, diperluas ke penjaga pantai di Laut China Selatan.

China mengklaim hampir semua Laut China Selatan, termasuk Second Thomas Shoal, meskipun klaim luasnya tersebut menurut pengadilan internasional di Den Haag pada tahun 2016 tidak memiliki dasar hukum.

Kementerian Luar Negeri China pada Selasa pun mengulangi penolakannya terhadap keputusan tersebut.

"Arbitrase Laut China Selatan adalah drama politik murni yang dipentaskan atas nama hukum dengan AS memainkan di belakang layar," katanya.

Manila sering menuduh penjaga pantai China memblokir misi pengiriman logistik bagi pasukannya di BRP Sierra Madre.

Pada Februari, penjaga pantai Filipina menuduh China mengarahkan laser level militer ke salah satu kapalnya saat mencoba mendukung misi angkatan laut untuk membawa makanan dan perbekalan bagi pasukannya di Second Thomas Shoal.


China: Tembakan Meriam Air Adalah Peringatan

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China Wu QiaN pada Selasa mengakui bahwa penjaga pantainya telah memblokir kapal Filipina sesuai dengan hukum dan mengambil tindakan penegakan hukum peringatan.

Analis mengatakan bahwa pihak berwenang China secara historis membedakan antara upaya Filipina untuk memasok kapal dengan barang-barang kemanusiaan dengan bahan konstruksi atau militer.

Kementerian China mengklaim hanya menargetkan kapal Filipina yang membawa bahan bangunan ke BRP Sierra Madre.

China mengatakan insiden penembakan meriam air terbaru adalah "peringatan" dan telah melakukan "pengekangan rasional" setiap saat. Beijing menegaskan kembali tuntutannya kepada Filipina untuk menarik BRP Sierra Madre, mengatakan Filipina sebelumnya telah berjanji untuk menyingkirkannya.

Klaim itu telah dibantah oleh pejabat di Manila.

Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan "stasiun permanen" di Second Thomas Shoal adalah respons atas "pendudukan ilegal" China di Mischief Reef, yang berada di dekatnya, pada tahun 1995.

"Pengerahan stasiun militer Filipina di wilayah yurisdiksinya sendiri merupakan hak yang melekat di Filipina dan tidak melanggar undang-undang apapun," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya