Liputan6.com, Iguala - Pada tanggal 26 September 2014, sebuah peristiwa tragis melanda Meksiko yang masih meninggalkan bekas luka dalam sejarah negara. Penculikan dan pembantaian massal terjadi.
Saat itu, sekelompok mahasiswa dari Ayotzinapa Rural Teachers' College berencana pergi ke Kota Meksiko untuk berpartisipasi dalam sebuah protes yang menjadi bagian dari aspirasi mereka.
Baca Juga
Mereka menyewa beberapa bus.
Advertisement
Namun apa yang seharusnya menjadi perjalanan untuk mengamplifikasi suara mereka dan mengejar cita-cita keadilan, berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan.
Ketika melintasi Kota Iguala, mereka tiba-tiba diserang oleh polisi dan militer setempat.
Bahkan lebih tragis lagi, mereka kemudian diserahkan kepada anggota kartel narkoba Guerreros Unidos, yang pada saat itu berkuasa di wilayah tersebut.
Dalam momen tragis tersebut, para pemimpin kartel yang paranoid salah mengira bahwa bus-bus yang penuh dengan mahasiswa ini adalah pasukan dari kartel saingan mereka yang akan menyerang.
Oleh sebab itu, mereka dengan cepat mengambil tindakan kejam, memperlakukan mahasiswa tersebut sebagai musuh dan mengawal mereka menuju nasib tragis yang menunggu.
Melansir dari Daily Mail, hampir sembilan tahun telah berlalu sejak peristiwa tragis itu terjadi belum ada vonis yang diberikan dalam kasus pembantaian 43 mahasiswa tersebut.
Satu-satunya sisa kekejaman yang berhasil diidentifikasi hanyalah tiga fragmen tulang dari mahasiswa yang hilang. Keadaan ini pun menimbulkan banyak pertanyaan tentang sistem peradilan Meksiko dan kemampuannya untuk membawa para pelaku keadilan.
Penyelidikan kasus ini juga penuh dengan kekurangan, dan pengadilan berulang kali menolak tuduhan-tuduhan yang diajukan.
Harapan Muncul
Secercah harapan muncul ketika otoritas Meksiko telah memerintahkan penangkapan 20 tentara Meksiko yang terlibat dengan penculikan ini, termasuk lebih dari selusin di bulan Juni 2023.
Langkah-langkah ini memberikan dorongan segar dalam upaya untuk mencari keadilan bagi para korban yang tak bersalah.
Kasus ini telah menjadi fokus utama bagi keluarga para korban dan aktivis hak asasi manusia yang bersikeras agar kebenaran diungkap.
Yang menjadi kunci dalam membangun kasus ini adalah pesan-pesan teks yang baru saja terungkap saat itu.
Pesan-pesan ini membuka tabir tentang peran pejabat militer dan pemerintah Meksiko dalam upaya menutupi pembunuhan tersebut. Selain itu juga mengungkap bagaimana kartel Guerreros Unidos mempengaruhi pejabat publik dengan suap dan ancaman yang mengerikan.
Pesan-pesan ini juga menyoroti interaksi yang mencengangkan antara pejabat publik dan kartel. Menunjukkan bagaimana pejabat setempat bekerja sama dengan kartel dalam pertukaran uang dan dukungan, mengejutkan banyak orang yang melihat betapa dalamnya infiltrasi kartel dalam berbagai lapisan pemerintah.
Namun, kisah ini tidak hanya tentang pesan-pesan teks dan peran pejabat dalam pembunuhan tersebut.
Ini juga melibatkan penangkapan sejumlah pejabat tinggi, termasuk mantan Jaksa Agung Meksiko, yang dituduh mengumumkan versi palsu tentang peristiwa tersebut.
Kisah ini juga mencakup banyak tokoh lainnya, termasuk anggota kartel, polisi kota, polisi federal, dan militer yang terlibat dalam peristiwa ini.
Selama hampir satu dekade yang lalu, misteri di balik hilangnya 43 mahasiswa ini masih menggantung.
Advertisement
Versi Lain
Menurut versi lain kasus tersebut, pejabat Iguala mengira para mahasiswa tersebut akan mengganggu acara politik lokal.
Laporan tersebut mengklaim bahwa polisi menangkap 43 mahasiswa tersebut dan menyerahkan mereka ke geng narkoba setempat, yang membunuh para pemuda tersebut, membakar tubuh mereka di tempat pembuangan sampah dan membuang yang tersisa ke sungai.
Meski rupanya seluruh pelajar dibunuh, namun terbukti mereka dibawa secara berkelompok ke tempat berbeda.
Beberapa dari mereka tetap hidup selama berhari-hari - sebuah fakta yang diketahui oleh polisi dan pejabat militer melalui pesan teks yang baru terungkap, meskipun mereka tidak melakukan apa pun untuk menyelamatkan para siswa.