Liputan6.com, Washington, DC - Seorang mantan diplomat Amerika Serikat (AS) yang pernah menjabat sebagai duta besar AS untuk Bolivia ditangkap terkait penyelidikan kontra-intelijen FBI yang telah berlangsung lama.
Manuel Rocha (73) ditangkap di Miami pada Jumat (1/12/2023), atas tuntutan pidana dan rincian lebih lanjut tentang kasusnya diharapkan akan dipublikasikan pada sidang pengadilan. Demikian diungkapkan dua sumber yang berbicara secara anonim kepada AP, seperti dikutip Senin (4/12).
Baca Juga
Salah satu sumber menyebutkan bahwa oleh Kementerian Kehakiman AS Rocha dituduh bekerja untuk mendukung kepentingan pemerintah Kuba. Kementerian Kehakiman AS menolak berkomentar.
Advertisement
Karier diplomatik Rocha selama 25 tahun dihabiskan sebagian besar di Amerika Latin selama Perang Dingin. Jabatan diplomatiknya termasuk tugas di Bagian Kepentingan AS di Kuba pada saat AS tidak memiliki hubungan diplomatik penuh dengan pemerintahan Fidel Castro.
Sepak Terjang Rocha, Salah Satunya Intervensi Pilpres Bolivia
Lahir di Kolombia, Rocha dibesarkan di keluarga pekerja di New York City dan memperoleh gelar seni liberal dari Yale, Harvard, dan Georgetown sebelum bergabung dengan kementerian luar negeri pada tahun 1981.
Rocha adalah diplomat tertinggi AS di Argentina antara tahun 1997 dan 2000 ketika program stabilisasi mata uang selama satu dekade yang didukung oleh AS gagal karena beban utang luar negeri yang sangat besar dan pertumbuhan yang stagnan, sehingga memicu krisis politik yang membuat negara Amerika Selatan itu berganti lima presiden dalam dua pekan.
Pada jabatan berikutnya sebagai duta besar untuk Bolivia, dia melakukan intervensi langsung dalam pemilihan presiden tahun 2002 dan memperingatkan beberapa minggu sebelum pemungutan suara bahwa AS akan menghentikan bantuan kepada negara miskin di Amerika Selatan tersebut jika negara itu memilih mantan petani koka Evo Morales.
"Saya ingin mengingatkan para pemilih di Bolivia bahwa jika mereka memilih mereka yang menginginkan Bolivia kembali mengekspor kokain, hal itu akan sangat membahayakan bantuan AS ke Bolivia di masa depan," kata Rocha dalam pidatonya yang secara luas ditafsirkan sebagai upaya mempertahankan dominasi AS di kawasan.
Langkah ini membuat marah rakyat Bolivia dan memberikan semangat pada Morales pada menit-menit terakhir. Ketika dia akhirnya terpilih tiga tahun kemudian, pemimpin sayap kiri tersebut mengusir pengganti Rocha sebagai kepala misi diplomatik karena menghasut perang saudara.
Rocha juga pernah bertugas di Italia, Honduras, Meksiko, dan Republik Dominika, serta bekerja sebagai pakar Amerika Latin di Dewan Keamanan Nasional.
Advertisement
Aktif di Dunia Bisnis
Setelah pensiun dari kementerian luar negeri, Rocha memulai karier keduanya di bidang bisnis, menjabat sebagai presiden sebuah tambang emas di Republik Dominika yang sebagian dimiliki oleh Barrick Gold, perusahaan asal Kanada.
Baru-baru ini, dia menjabat posisi senior di XCoal, eksportir batubara yang berbasis di Pennsylvania; Clover Leaf Capital, sebuah perusahaan yang dibentuk untuk memfasilitasi merger di industri ganja; firma hukum Foley & Lardner dan firma hubungan masyarakat Spanyol Llorente & Cuenca.
"Perusahaan kami tetap berkomitmen terhadap transparansi dan akan memantau situasi dengan cermat, bekerja sama sepenuhnya dengan pihak berwenang jika ada informasi yang tersedia bagi kami," ungkap CEO operasi Llorente & Cuenca di AS Dario Alvarez melalui email.
XCoal dan Clover Leaf Capital tidak segera menanggapi permintaan komentar. Foley & Lardner mengatakan Rocha tidak lagi berada di sana sejak Agustus.