Liputan6.com, Beijing - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi pada Kamis (7/3/2024) mengatakan bahwa persepsi Amerika Serikat (AS) terhadap China keliru.
Tiongkok juga menganggap bahwa AS belum memenuhi "janjinya" meskipun ada beberapa kemajuan sejak Presiden Joe Biden dan Xi Jinping bertemu pada November 2023.
Baca Juga
Dalam konferensi pers di sela-sela pertemuan parlemen tahunan di Beijing, Wang menyatakan bahwa hubungan bilateral antara kedua negara hanya dapat dilanjutkan jika kedua belah pihak menghormati dan mengakui perbedaan.
Advertisement
"Harus diakui bahwa masih ada persepsi keliru Amerika Serikat terhadap China dan janji-janji yang dibuat AS belum benar-benar dipenuhi,” kata Wang di Kongres Rakyat Nasional, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (8/3).
“Metode untuk menekan China terus diperbarui, dan daftar sanksi sepihak terus diperluas,” katanya.
Wang juga mengaku sulit mempercayai bahwa masih ada upaya China untuk mencari-cari kesalahan Beijing.
Meski begitu, Joe Biden menegaskan bahwa AS tidak akan melakukan Perang Dingin dengan China, namun tetap mendukung kemerdekaan Taiwan.
Dalam diskusi tahunan yang meliputi berbagai topik, Menlu Wang membahas masalah lain. Seperti hubungan dengan Rusia dan konflik di Ukraina. Ia juga membuka diskusi tentang peluang kecerdasan buatan atau AI.
Wang mengatakan, China akan mengajukan rancangan resolusi mengenai AI ke Majelis Umum PBB demi masalah pembangunan dan keamanan.
“AI harus selalu berada di bawah kendali manusia,” katanya.
Ketegangan Antar 2 Negara Setidaknya Menurun
Ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut sedikit mereda sejak Biden dan Xi mengadakan pertemuan puncak penting mereka di San Francisco pada November 2023.
Namun mereka tetap berada dalam situasi tegang. Terutama menjelang pemilu AS tahun ini.
Washington berulang kali menyatakan keinginannya untuk menstabilkan hubungan setelah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir akibat sejumlah masalah seperti Taiwan, persaingan teknologi, perdagangan.
Termasuk juga insiden AS menembak jatuh balon mata-mata yang diduga berasal dari China di lepas pantai timurnya.
China menuduh AS berusaha membendung dan menekan kebijakan pengembangan dan industri teknologi negaranya. Sementara kedua militer saling mengawasi di tengah peningkatan penempatan di Asia Timur.
"Jadi kami mendesak AS untuk memahami tren sejarah perkembangan, melihat perkembangan China secara obyektif dan rasional, secara aktif dan pragmatis melakukan interaksi dengan China.”
Advertisement
Konfrontasi Geopolitik
Beijing juga menghadapi konfrontasi geopolitik yang sedang berlangsung di berbagai bidang, termasuk dengan Eropa dalam hal perdagangan dan perang Ukraina.
Ada pula masalah China dengan Jepang serta Filipina terkait situasi di Laut China Selatan.
Di antara ketegangan China dengan sejumlah negara, Menlu Wang mengatakan bahwa China selalu siap bekerja sama dengan Rusia untuk mendorong kerja sama baru dan mengkonsolidasikan persahabatan.
China dan Rusia telah mendeklarasikan kemitraan “tanpa batas” pada Februari 2022 ketika Putin mengunjungi Beijing hanya beberapa hari sebelum ia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina.