Liputan6.com, Tel Aviv - Penjualan senjata tahunan Israel mencapai rekor baru pada tahun 2023. Demikian menurut angka Kementerian Pertahanan yang dirilis Senin (17/6/2024).
Direktorat Kerja Sama Pertahanan Internasional di kementerian tersebut, yang dikenal sebagai SIBAT, mengatakan ekspor sektor pertahanan berjumlah USD 13 miliar tahun lalu, naik dari USD 12,5 miliar pada tahun 2022 – rekor tertinggi sebelumnya. Antara tahun 2018 dan 2020, jumlah tersebut berkisar antara USD 7,5 miliar dan USD 8,5 miliar.
Baca Juga
Dengan pecahnya perang di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober, Kementerian Pertahanan Israel menyatakan pihaknya mulai beroperasi dalam mode darurat, di mana kontraktor pertahanan direkrut untuk upaya perang dengan memproduksi persenjataan dan peralatan untuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sepanjang waktu, di samping pesanan untuk klien asing.
Advertisement
"Meskipun terjadi perang, tahun 2023 merupakan tahun rekor baru dan ditandai dengan kesepakatan ekspor yang signifikan," kata kementerian tersebut, seperti dilansir Times of Israel, Rabu (19/6).
Sistem pertahanan udara merupakan bagian terbesar dari ekspor sebesar 36 persen — naik dari 19 persen pada tahun 2022. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penjualan sistem rudal anti-balistik Arrow 3 senilai 4 miliar euro oleh Israel ke Jerman.
Ekspor radar dan sistem peperangan elektronik menyumbang 11 persen dari penjualan senjata, sementara peluncur senjata menyumbang 11 persen.
Asia Pasifik Pembeli Terbesar
Meskipun Israel terkenal dengan sistem intelijen siber, jumlah ini hanya mencapai 4 persen dari seluruh penjualan pada tahun 2023. Para pejabat tidak merinci ke negara mana sistem tersebut dijual. Penjualan teknologi semacam itu oleh Israel semakin mendapat sorotan dalam beberapa tahun terakhir karena tuduhan bahwa teknologi tersebut digunakan oleh beberapa negara untuk memata-matai pembangkang politik dan jurnalis.
Drone, pesawat berawak, avionik, sistem observasi, sistem komunikasi, kendaraan, sistem maritim, amunisi, dan layanan menyumbang sebagian besar sisanya.
Kawasan Asia Pasifik merupakan pembeli terbesar barang-barang pertahanan Israel, yakni 48 persen dari total ekspor, diikuti oleh Eropa sebesar 35 persen. Amerika Utara menyumbang 9 persen, Amerika Latin 3 persen, dan Afrika 1 persen.
Advertisement
Kata Menlu Israel
Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko, yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 melalui perjanjian Abraham Accords, hanya menyumbang 3 persen dari pembelian senjata – turun dari 24 persen pada tahun 2022.
"Bahkan di tahun di mana Negara Israel berperang melawan tujuh arena berbeda, ekspor pertahanan Negara Israel berhasil terus memecahkan rekor. Fakta ini adalah sebuah sertifikat kehormatan, yang pertama dan terpenting, bagi industri pertahanan kita serta para pemikir kreatif dan berbakat yang bekerja di dalamnya dan mendorong mereka menuju puncak terobosan inovasi," kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant dalam laporan tersebut.
"Angka-angka tahun ini menunjukkan bahwa meskipun industri pertahanan kita berkomitmen … terhadap upaya perang, mereka terus menandatangani perjanjian ekspor yang semakin signifikan, sehingga memungkinkan terwujudnya upaya yang dipimpin oleh Kementerian Pertahanan untuk meningkatkan ekspor pertahanan sekaligus membuka peluang bagi mereka untuk pasar baru."