Liputan6.com, Manila - Komandan Militer Filipina Romeo Brawner mengatakan bahwa tentara negaranya menggunakan 'tangan kosong' saat berhadapan dengan personel penjaga pantai China yang bersenjatakan pedang, tombak hingga pisau di Laut China Selatan.
Jenderal Romeo Brawner menuduh kapal-kapal Tiongkok menabrak kapal-kapal Filipina, lalu menaikinya dan menyita senjata.
Baca Juga
Quincy Kammeraad, Kiper Filipina yang Gawangnya Kebobolan 7 Kali oleh Timnas Indonesia 7 Tahun Lalu Kini Jadi Pahlawan di Piala AFF 2024
Harga Mentereng Kristensen, Pemain Filipina yang Pupuskan Asa Indonesia di Piala AFF 2024
Piala AFF 2024 Sedang Berlangsung, Tonton Live Streaming Pertandingan Timnas Indonesia VS Filipina di Sini
Seorang tentara Filipina kehilangan ibu jari ketika kapalnya ditabrak, kata jenderal itu, dikutip dari laman BBC, Kamis (20/6/2024).
Advertisement
Di sisi lain, China membantah personelnya bersalah, dengan mengatakan justru mereka yang "ditahan".
Telah terjadi serangkaian pertemuan berbahaya saat kedua belah pihak berusaha menegakkan klaim mereka atas terumbu karang dan singkapan yang disengketakan - ini tampaknya merupakan eskalasi.
Pertempuran itu terjadi saat angkatan laut dan penjaga pantai Filipina mengirimkan pasokan kepada pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal.
Jenderal Brawner mengatakan, tentara negara tersebut melaporkan melihat penjaga pantai Tiongkok bersenjatakan pisau, tombak, dan bolo, bahasa Filipina untuk pedang.
Dia mengatakan, ini pertama kalinya pasukan Filipina melihat Tiongkok menggunakan senjata jenis ini di daerah tersebut.
"Kami melihat dalam video bagaimana orang-orang China bahkan mengancam personel kami dengan mengarahkan pisau mereka ke personel kami," kata Jenderal Brawner.
Personel China juga menyita sejumlah senjata dan menghancurkan barang-barang dan menusuk perahu karet pasukan Filipina.
Insiden itu, merupakan pembajakan.
"Mereka tidak memiliki hak atau kewenangan hukum untuk membajak operasi kami dan menghancurkan kapal-kapal Filipina yang beroperasi di dalam zona ekonomi eksklusif kami," kata Jenderal Brawner kepada wartawan.
Beijing Tepis Tuduhan
Namun Beijing menepis tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa personelnya bertujuan untuk memblokir "transportasi ilegal" pasokan.
"Tidak ada tindakan langsung yang diambil terhadap tentara Filipina," kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian mengatakan kepada wartawan di Beijing.
"Tindakan penegakan hukum yang diambil oleh Penjaga Pantai China di lokasi itu profesional dan terkendali," tambahnya.
Dalam pernyataan sebelumnya, penjaga pantai China mengatakan Filipina "sepenuhnya bertanggung jawab" atas insiden itu, karena pasukan mengabaikan peringatan serius China yang berulang kali.
Tiongkok secara rutin berupaya menghalangi misi pasokan ulang ke beting tersebut.
Pejabat Filipina mengatakan, Tiongkok menggunakan manuver berbahaya seperti membayangi, menghalangi, menembakkan meriam air, dan menyinari laser untuk membutakan sementara awak Filipina.
Konfrontasi itu terjadi di area inti pertikaian laut: pos terdepan Filipina di Beting Thomas Kedua, tempat negara itu mendaratkan kapal angkatan laut yang sudah tua untuk menegakkan klaimnya.
Sejumlah tentara ditempatkan di sana dan membutuhkan ransum rutin. Para analis mengatakan bahwa dengan menghentikan aliran pasokan ke pos terdepan tersebut, yang dapat menyebabkannya ambruk ke laut, Beijing dapat mengambil kendali penuh atas area tersebut.
Advertisement
Eskalasi di Laut China Selatan
Para pengamat khawatir setiap eskalasi di Laut China Selatan dapat memicu konflik antara Tiongkok dan AS karena terikat perjanjian untuk membela Filipina, jika diserang.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos memperingatkan forum keamanan di Singapura bulan lalu bahwa jika seorang warga Filipina tewas akibat tindakan sengaja Tiongkok, Manila akan menganggapnya sebagai "tindakan perang" dan akan menanggapinya sebagaimana mestinya.
Namun Jenderal Brawner mengatakan, militer Filipina tidak ingin memicu perang.
"Tujuan kami adalah meskipun kami ingin membawa perlengkapan bagi pasukan kami sesuai hukum internasional, tujuan kami adalah mencegah perang," katanya.