Komandan Militer Filipina: Kami Lawan Penjaga Pantai China dengan Tangan Kosong

Pertempuran itu terjadi saat angkatan laut dan penjaga pantai Filipina mengirimkan pasokan kepada pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 20 Jun 2024, 18:35 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2024, 18:35 WIB
Sebuah kapal Penjaga Pantai China (Kiri) memblokir kapal pasokan sewaan dalam misi mengirimkan perbekalan ke kapal Angkatan Laut Filipina yang dilarang terbang di Second Thomas Shoal di Laut China Selatan. (Jam Sta Rosa/AFP)
Sebuah kapal Penjaga Pantai China (Kiri) memblokir kapal pasokan sewaan dalam misi mengirimkan perbekalan ke kapal Angkatan Laut Filipina yang dilarang terbang di Second Thomas Shoal di Laut China Selatan. (Jam Sta Rosa/AFP)

Liputan6.com, Manila - Komandan Militer Filipina Romeo Brawner mengatakan bahwa tentara negaranya menggunakan 'tangan kosong' saat berhadapan dengan personel penjaga pantai China yang bersenjatakan pedang, tombak hingga pisau di Laut China Selatan.

Jenderal Romeo Brawner menuduh kapal-kapal Tiongkok menabrak kapal-kapal Filipina, lalu menaikinya dan menyita senjata.

Seorang tentara Filipina kehilangan ibu jari ketika kapalnya ditabrak, kata jenderal itu, dikutip dari laman BBC, Kamis (20/6/2024).

Di sisi lain, China membantah personelnya bersalah, dengan mengatakan justru mereka yang "ditahan".

Telah terjadi serangkaian pertemuan berbahaya saat kedua belah pihak berusaha menegakkan klaim mereka atas terumbu karang dan singkapan yang disengketakan - ini tampaknya merupakan eskalasi.

Pertempuran itu terjadi saat angkatan laut dan penjaga pantai Filipina mengirimkan pasokan kepada pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal.

Jenderal Brawner mengatakan, tentara negara tersebut melaporkan melihat penjaga pantai Tiongkok bersenjatakan pisau, tombak, dan bolo, bahasa Filipina untuk pedang.

Dia mengatakan, ini pertama kalinya pasukan Filipina melihat Tiongkok menggunakan senjata jenis ini di daerah tersebut.

"Kami melihat dalam video bagaimana orang-orang China bahkan mengancam personel kami dengan mengarahkan pisau mereka ke personel kami," kata Jenderal Brawner.

Personel China juga menyita sejumlah senjata dan menghancurkan barang-barang dan menusuk perahu karet pasukan Filipina.

Insiden itu, merupakan pembajakan.

"Mereka tidak memiliki hak atau kewenangan hukum untuk membajak operasi kami dan menghancurkan kapal-kapal Filipina yang beroperasi di dalam zona ekonomi eksklusif kami," kata Jenderal Brawner kepada wartawan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Beijing Tepis Tuduhan

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Namun Beijing menepis tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa personelnya bertujuan untuk memblokir "transportasi ilegal" pasokan.

"Tidak ada tindakan langsung yang diambil terhadap tentara Filipina," kata juru bicara kementerian luar negeri Lin Jian mengatakan kepada wartawan di Beijing.

"Tindakan penegakan hukum yang diambil oleh Penjaga Pantai China di lokasi itu profesional dan terkendali," tambahnya.

Dalam pernyataan sebelumnya, penjaga pantai China mengatakan Filipina "sepenuhnya bertanggung jawab" atas insiden itu, karena pasukan mengabaikan peringatan serius China yang berulang kali.

Tiongkok secara rutin berupaya menghalangi misi pasokan ulang ke beting tersebut.

Pejabat Filipina mengatakan, Tiongkok menggunakan manuver berbahaya seperti membayangi, menghalangi, menembakkan meriam air, dan menyinari laser untuk membutakan sementara awak Filipina.

Konfrontasi itu terjadi di area inti pertikaian laut: pos terdepan Filipina di Beting Thomas Kedua, tempat negara itu mendaratkan kapal angkatan laut yang sudah tua untuk menegakkan klaimnya.

Sejumlah tentara ditempatkan di sana dan membutuhkan ransum rutin. Para analis mengatakan bahwa dengan menghentikan aliran pasokan ke pos terdepan tersebut, yang dapat menyebabkannya ambruk ke laut, Beijing dapat mengambil kendali penuh atas area tersebut.

 


Eskalasi di Laut China Selatan

Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Para pengamat khawatir setiap eskalasi di Laut China Selatan dapat memicu konflik antara Tiongkok dan AS karena terikat perjanjian untuk membela Filipina, jika diserang.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos memperingatkan forum keamanan di Singapura bulan lalu bahwa jika seorang warga Filipina tewas akibat tindakan sengaja Tiongkok, Manila akan menganggapnya sebagai "tindakan perang" dan akan menanggapinya sebagaimana mestinya.

Namun Jenderal Brawner mengatakan, militer Filipina tidak ingin memicu perang.

"Tujuan kami adalah meskipun kami ingin membawa perlengkapan bagi pasukan kami sesuai hukum internasional, tujuan kami adalah mencegah perang," katanya.

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya