19 Oktober 1781: Akhir Kejayaan Inggris di Pertempuran Yorktown Berujung Kemerdekaan AS

Pertempuran Yorktown dalam Perang Revolusi Amerika Serikat dimenangkan AS saat Jenderal Inggris menyerah. Hal ini menandakan awal dari berakhirnya perang tersebut dan membuka jalan untuk kemerdekaan AS.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 19 Okt 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2024, 06:00 WIB
surrender of lord cornwallis
Lukisan karya John Trumbull ini menggambarkan pasukan Mayor Jenderal Inggris Charles Cornwallis (yang tidak hadir pada saat penyerahan diri), menyerah kepada pasukan Prancis dan Amerika setelah Pengepungan Yorktown (28 September-19 Oktober 1781) selama Perang Revolusi Amerika. (Wikimedia Commons/John Trumbull)

Liputan6.com, Yorktown - Sejarah mencatat tanggal 19 Oktober 1781 sebagai momen Jenderal Inggris Charles Cornwallis terjebak tanpa harapan dalam pertempuran di Yorktown, Virginia. Salah satu jenderal Inggris paling cakap dalam Revolusi Amerika ini menyerahkan 8.000 tentara dan pelaut Inggris kepada pasukan Franco-American (Amerika-Prancis) yang lebih besar.

Tindakan ini tidak hanya menjadi akhir dari Pertempuran Yorktown, tetapi juga mengakhiri Perang era Revolusi Amerika Serikat.

Melansir dari History.com, pada musim panas tahun 1780, 5.500 tentara Prancis, dengan Comte de Rochambeau sebagai pimpinannya, mendarat di Newport, Rhode Island untuk membantu Amerika. Pada saat itu, pasukan Inggris bertempur di dua front, dipimpin oleh Jenderal Henry Clinton yang menduduki New York City, dan Cornwallis, yang telah merebut Charleston dan Savannah, di South Carolina. 

Pada pertengahan September 1781, Washington dan Rochambeau tiba di Williamsburg, Virginia, sekitar 13 mil (20,9 kilometer) dari pelabuhan Yorktown, di mana pasukan Cornwallis telah membangun 10 benteng pertahanan kecil. 

Merespons hal ini, Cornwallis meminta bantuan kepada Clinton, dan sang jenderal berjanji kepadanya bahwa 5.000 tentara Inggris akan berlayar dari New York ke Yorktown.

Namun, dengan pasukan kecil yang tersisa di New York, tentara Amerika-Prancis mulai memulai serangan artileri selama hampir satu minggu terhadap pihak Inggris pada tanggal 9 Oktober. Meriam-meriam berat menggempur Inggris tanpa ampun, dan pada tanggal 11 Oktober telah melumpuhkan sebagian besar senjata Inggris. Cornwallis pun menerima berita bahwa keberangkatan Clinton dari New York telah tertunda.

Dikelilingi oleh tembakan musuh, dan terhalang untuk menerima bantuan, Cornwallis terjebak. Keberhasilan pengepungan ini memungkinkan Amerika-Prancis menghabisi sisa-sisa perlawanan terakhir di antara Inggris. 

Dalam upaya terakhir pada 16 Oktober, Cornwallis mencoba melakukan evakuasi laut pada malam hari, tetapi terhenti oleh badai.

Pada pagi hari bersejarah tanggal 19 Oktober, Inggris mengirimkan seorang penabuh drum berbaju merah, diikuti oleh seorang perwira yang melambaikan sapu tangan putih ke tembok pembatas, menandakan bahwa Cornwallis telah menyerah.

Setelah menyerahnya Cornwallis di pertempuran Yorktown dan karena Inggris kehilangan sepertiga kekuatannya, pada Maret 1782, Parlemen Inggris mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa Inggris harus mengakhiri perang. 

Inggris masih memiliki 30.000 tentara di Amerika Utara, menduduki pelabuhan New York, Charles Town, dan Savannah. Namun, kekalahan di Yorktown yang mematahkan semangat pasukan Inggris mengurangi keinginan mereka untuk terus memerangi para prajurit revolusi. 

Negosiasi perdamaian dimulai pada tahun 1782 dan pada tanggal 3 September 1783, Perang Revolusi Amerika Serikat secara resmi berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Paris. Perjanjian tersebut secara resmi mengakui Amerika Serikat sebagai negara yang bebas dan merdeka setelah delapan tahun berperang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya