Vietnam Akan Bangun Kereta Cepat Senilai Rp1.061 Triliun, Waktu Tempuh Hanoi-Ho Chi Minh City Jadi 5 Jam

Kereta cepat ini nantinya akan berhenti di 23 stasiun yang tersebar di 20 kota dan provinsi, meningkatkan konektivitas antar wilayah dan memberikan lebih banyak pilihan perjalanan bagi penduduk setempat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Des 2024, 08:02 WIB
Diterbitkan 01 Des 2024, 08:02 WIB
Ilustrasi kereta cepat.
Ilustrasi kereta cepat. (Dok. Freepik)

Liputan6.com, Hanoi - Vietnam pada hari Sabtu (30/11/2024) mengumumkan, mereka akan membangun jalur kereta cepat senilai USD 67 miliar atau sekitar Rp1.061 triliun (1 USD = 15,843.6 IDR) yang menghubungkan Hanoi dan Ho Chi Minh City.

Proyek ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan infrastruktur negara, yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan reputasi Vietnam di mata investor asing.

Kereta cepat akan membentang lebih dari 1.500 km, menghubungkan ibu kota Hanoi di utara dengan pusat bisnis Ho Chi Minh City di selatan. Perjalanan yang saat ini memakan waktu 30 jam dengan kereta akan dipangkas menjadi sekitar lima jam.

"Majelis Nasional telah menyetujui resolusi mengenai kebijakan investasi untuk proyek kereta cepat di jalur utara-selatan," demikian bunyi pernyataan yang dirilis oleh situs web parlemen Vietnam, seperti dikutip CNA, Minggu (1/12).

Infrastruktur transportasi Vietnam saat ini dianggap relatif lemah, dengan jaringan jalan yang kesulitan mengimbangi permintaan serta sistem kereta api yang belum berkembang dengan baik.

Vietnam semakin menjadi tujuan utama bagi perusahaan asing yang mencari alternatif selain China, namun infrastruktur yang kurang memadai dianggap menghambat investasi yang terus berkembang.

Sebuah Terobosan

Ilustrasi kereta cepat.
Ilustrasi kereta cepat. (Dok. Freepik)

Wakil Menteri Perencanaan dan Investasi Tran Quoc Phuong sebelumnya menyebut jalur baru ini sebagai "terobosan" dalam infrastruktur negara yang diperkirakan akan meningkatkan PDB Vietnam sebesar rata-rata 0,97 poin persentase setiap tahunnya.

"Itu adalah harapan rakyat dan tekad sistem politik untuk memiliki kereta cepat standar internasional," katanya sebelum persetujuan proyek.

Proyek serupa sebelumnya dibatalkan pada tahun 2010, ketika diperkirakan akan menelan biaya sekitar USD 56 miliar karena kekhawatiran mengenai biaya yang terlalu tinggi.

Penasihat Bisnis Internasional dari Dezan Shira & Associates Dan Martin menilai bahwa potensi dampak proyek ini telah berubah drastis. Dia menambahkan bahwa kini ada "momentum yang semakin berkembang" di Asia Tenggara terkait proyek kereta cepat, dengan Laos dan Indonesia yang juga telah menyelesaikan jalur kereta cepat dalam beberapa tahun terakhir.

"Bagi Vietnam, ini adalah tentang menjadi pemain yang lebih kuat di kawasan yang dengan cepat mengadopsi kereta cepat," tambahnya.

Proyek kereta cepat dijadwalkan selesai dalam waktu delapan tahun – dimulai pada 2027 dan ditargetkan selesai pada 2035. Namun, Vietnam memiliki riwayat keterlambatan dalam proyek-proyek infrastruktur besar.

Misalnya, jalur metro kedua Hanoi baru dibuka tahun ini setelah tertunda hampir satu dekade, sementara jalur metro pertama Ho Chi Minh City yang seharusnya beroperasi pada 2018, hingga kini masih belum dibuka.

Menurut Global Quality Infrastructure Index 2023, Vietnam berada di peringkat 52 dari 185 negara, yang menunjukkan posisi yang jauh di bawah beberapa negara lain di kawasan ASEAN dalam hal kualitas infrastruktur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya