Liputan6.com, Yogyakarta - Bumi bukanlah satu-satunya tempat yang dapat mengalami aktivitas geologis. Bulan, setelit alami bumi, juga mengalami aktivitas geologis.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas geologis mungkin masih terjadi. Bukti terbaru berasal dari penemuan 266 "punggungan berkerut" atau wrinkle ridges di sisi jauh bulan, yang diperkirakan terbentuk dalam 160 juta tahun terakhir.
Advertisement
Melansir laman Live Science pada Kamis (13/02/2025), punggungan kerut telah lama dikenal di sisi dekat bulan. Wilayah ini didominasi oleh maria, yaitu dataran lava yang terbentuk dari aktivitas vulkanik antara 3,2 hingga 3,6 miliar tahun yang lalu.
Advertisement
Baca Juga
Seiring waktu, ketika interior bulan mendingin dan aktivitas vulkanik berakhir, bulan mulai menyusut. Hal ini menyebabkan batuan vulkanik mengerut seperti kulit apel yang mengering.
Di sisi yang menghadap Bumi, punggungan kerut ini dapat membentang sepanjang ratusan kilometer dengan ketinggian ratusan meter, mencerminkan tekanan geologi besar yang membentuknya. Para ahli geologi planet belum sepenuhnya memahami mengapa terjadi perbedaan ini, tetapi ada teori yang menyatakan bahwa tabrakan dengan planet kerdil yang kaya isotop radioaktif di masa lalu mungkin berperan dalam fenomena ini.
Dengan menggunakan gambar dari Narrow Angle Camera milik Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, tim ilmuwan menemukan punggungan kerut di sisi jauh bulan. Punggungan ini lebih kecil daripada yang ada di sisi dekat, dengan lebar sekitar 100 meter dan panjang sekitar 1.000 meter, serta muncul dalam kelompok berisi 10 hingga 40 punggungan.
Umumnya, para para ilmuwan menentukan usia fitur bulan dengan menghitung kawah. Semakin tua suatu fitur, semakin banyak kawah yang menutupinya, sementara fitur yang lebih muda cenderung memotong atau menimpa kawah yang lebih tua.
Dengan metode ini, punggungan kerut di sisi jauh bulan diperkirakan berusia antara 84 hingga 160 juta tahun. Jika benar, ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di sisi jauh bulan relatif baru terjadi, setidaknya dalam satu miliar tahun terakhir.
Gempa Bulan
Selain punggungan kerut, bulan juga mengalami gempa atau moonquake. Gempa di bulan adalah getaran yang terjadi di bulan akibat variasi temperatur.
Kekuatan gempa di bulan cenderung lebih kecil daripada di bumi, berkisar antara magnitudo 3 hingga 5. Melansir laman resmi NASA pada Kamis (13/02/2025) gempa bulan saat ini disebabkan oleh gravitasi bumi.
Fenomena yang disebut sebagai tidal flexing dan variasi temperatur. Permukaan bulan adalah lingkungan yang ekstrem dengan suhu antara minus 133 dan 121 derajat celcius di bawah sinar matahari langsung.
Seluruh permukaan Bulan mengembang dan menyusut dalam cuaca dingin dan panas. Gempa di bulan juga dapat disebabkan aktivitas manusia.
Penambahan pangkalan Apollo 17 di Bulan telah menyebabkan lebih dari 50 gempa. Rekaman aktivitas seismik di bulan pertama kali dirilis oleh NASA dalam misi Apollo.
Untuk mendeteksi adanya guncangan, NASA mengirim alat pendeteksi gempa atau seismometer melalui misi tersebut. Para ilmuwan membutuhkan alat yang dinamakan seismometer untuk mendeteksi gempa di bulan.
Pada 1969 hingga 1972, astronaut yang tergabung dalam misi Apollo menyebarkan lima seismometer di sejumlah titik permukaan bulan. Seismometer pertama diletakkan di Bulan oleh Neil Armstrong dan Buzz Aldrin saat mereka menjalankan misi Apollo 11.
Adapun, alat pendeteksi gempa tersebut beroperasi di bulan hingga 1977. Para ilmuwan memantau aktivitas seismik yang terekam melalui seismometer dari bumi.
Mereka terus mengumpulkan data dan mempelajarinya. Seismometer yang sudah disebar di beberapa titik di bulan aktif merekam aktivitas seismik hingga 1977.
Seismometer Apollo telah mencatat lebih dari 12 ribu moonquake di bulan. Selain itu, mengutip dari Britannica pada Rabu (01/05/2025), setidaknya 600 hingga 3 ribu gempa terdeteksi per tahunnya selama pengoperasian alat ini.
Hal itu menunjukkan bahwa gempa cukup sering terjadi di bulan. Kekuatan gempa di bulan cenderung lebih kecil dibandingkan gempa yang terjadi di bumi.
Kekuatan guncangan di satelit alami bumi ini berkisar antara magnitudo 3 hingga 5. Beberapa di antaranya terjadi berulang kali ketika memasuki fase pasang surut akibat gravitasi bumi, salah satu penyebab moonquake adalah karena gravitasi bumi.
Belum ada lagi misi seismik yang diluncurkan ke bulan sejak misi Apollo pada 1970-an. Namun, bukan berarti Bulan tidak lagi mengalami gempa sejak misi Apollo selesai.
Seorang ilmuwan senior di Pusat Studi Bumi dan Planet Smithsonian's National Air and Space menyebut gempa masih sering terdeteksi di bulan sampai saat ini. Hal itu lantaran adanya aktivitas penyusutan inti Bulan.
Ketika Bulan mengalami penyusutan, lempengan-lempengan yang berada di dalam struktur bulan terdorong ke atas sehingga menimbulkan guncangan. Aktivitas penyusutan ini diperkirakan akan terus terjadi.
Bulan mengalami penyusutan sekitar 50 meter selama beberapa ratus juta tahun terakhir.
(Tifani)
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)