Unik! Restoran ini Masak Makanannya dengan Tenaga Matahari

Cara pengolahan makanannya unik, semua makanannya dimasak menggunakan oven bertenaga matahari.

oleh Tan diperbarui 27 Okt 2013, 19:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2013, 19:00 WIB
restoran-matahari-2013-131027b.jpg
Jika Anda mencari restoran unik, mungkin restoran yang satu ini boleh dicoba. Restoran di Villaseca, Chili, ini dibilang unik karena ramah lingkungan. Selain itu, juga karena cara pengolahan makanannya yang berbeda, karena menggunakan oven bertenaga matahari.

Seperti dimuat Oddity Central yang dilansir Liputan6.com, Minggu (27/10/2013), restoran itu hanya menggunakan oven bertenaga matahari untuk memasak semua menu makanan di restoran bertajuk Delicias del Sol. Dengan oven bertenaga surya yang menghasilkan suhu mencapai 180 derajat Celsius, segala macam hidangan termasuk sayuran dan daging, bisa mereka sajikan.

Awalnya, restoran Delicias del Sol hanya mampu melayani 24 pelanggan dalam suatu waktu. Seiring berjalannya waktu, berita kelezatan makanan yang diolah dengan sinar matahari itu tersebar luas, sehingga akhirnya sebuah asosiasi mendanai restoran tersebut untuk memperluas usahanya.

Kini, restoran ramah lingkungan itu dapat menyajikan makanan untuk 120 pengunjung dalam waktu bersamaan.

Banyak dari pelanggan datang dari tempat yang jauh hanya untuk mencoba hidangan di restoran tersebut. Mereka semua tampaknya sangat menikmati. Salah satu pelanggan dari New Zealand mengatakan,  makanan di Delicias del Sol adalah yang terbaik yang pernah ia coba di Chili.

"Sebelumnya kita makan banyak minyak dan lemak, tapi karena Anda tidak dapat menggoreng dalam oven, diet yang kami lakukan jauh lebih sehat," ujar Veronica, Putri Rojas pemilik restoran bertenaga surya itu.

Selain itu, sambungnya, karena tidak ada penggunaan api, makanan itu sama sekali tak tercmar, karena tidak ada asap.

Langka Kayu Bakar

Pada awalnya, memasak dengan energi matahari adalah suatu keharusan karena terjadi kelangkaan kayu di di wilayah tersebut. Kondisi tersebut tentu saja memaksa para penduduk desa untuk menghabiskan berjam-jam mencari kayu, agar dapat digunakan untuk mengolah atau memanaskan makanan.

Hal itu terjadi pada 2 dekade lalu, ketika orang-orang miskin Villaseca menghadapi krisis kayu karena lahan gundul.

Bagai angin segar di tengah gurun, tiba-tiba saja para peneliti dari University of Chile membuat percobaan yang melibatkan energi surya untuk kegiatan memasak. Dan yang beruntung dijadikan 'kelinci percobaan' adalah wanita bernama Rojas yang tinggal di Elqui Valley, dan 4 wanita lain.

Mereka diberi oven yang yang telah direkayasa khusus agar bisa menangkap sinar matahari, dan memungkinkan segala jenis makanan yang akan dimasak dalam oven itu menjadi panas. Ide itu berjalan baik, karena diujicobakan di daerah gersang yang sangat cerah. Dengan sinar matahari bersinar lebih dari 300 hari setiap tahunnya.

Uji coba oven bertenaga surya itu pun berjalan lancar selama 4 bulan. Para wanita itu terbukti bisa menghasilkan makanan lezat, dari penggunaan oven bertenaga matahari itu.

Tapi sayang, setelah percobaan berakhir, pihak universitas menuntut penduduk desa mengembalikan oven. Mereka pun kembali menjalani kondisi kelangkaan kayu. Sementara bahan bakar lain sangat mahal untuk dibelli. Lalu, Rojas dan penduduk desa lain memutuskan untuk mengumpulkan uang dan membeli oven bertenaga surya itu.

Namun, peralatan bertenaga matahari yang dijual di pasaran jauh dari sempurna. Mereka harus mengatur posisi yang pas, agar bisa mendapatkan cukup sinar matahari untuk memasak. Rojas dan suaminya menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk merancang dan mendesain ulang oven mereka. Akhirnya, mereka bisa menciptakan oven yang lebih efisien.

Setelah sukses mengembangkan oven buatannya, pasangan itu bersama keluarga Villasecan lain mendirikan Asosiasi Pengrajin Solar Villaseca dan menerima hibah US$ 10 ribu dari United Nations Development Program untuk membuka restoran unik itu --di mana makanan akan dimasak hanya menggunakan oven bertenaga surya.

Sekarang, oven itu telah menjadi daya tarik utama daerah itu. Masyarakat di sana pun menyantap makanan sehat, karena makanan yang dimasak dengan panas matahari tidak mengandung karbon dioksida yang berasal dari pembakaran kayu. (Tnt/Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya