Bagaimana Mengajarkan Moral pada Anak

Menjadi pribadi yang memiliki kesadaran moral adalah salah satu tujuan penting dalam pendidikan anak.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Jul 2015, 02:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2015, 02:00 WIB
Anak Tinggal di Asrama, Buat Hubungan Anak Jauh dari Ortu?
(Foto: rebeccadeurlein.wordpress.com)

Liputan6.com, Jakarta Menjadi pribadi yang memiliki kesadaran moral adalah salah satu tujuan penting dalam pendidikan anak. Sebagai pribadi yang memiliki kesadaran moral, individu akan dapat membedakan mana yang benar dan yang salah dan selanjutnya dapat menjalankan hidup serta melakukan berbagai pilihan berdasarkan pedoman moral tersebut. Meskipun memiliki berbagai kesamaan dengan mahluk hidup lainnya, esensi kemanusiaan dari manusia akan tampak ketika dia mampu melakukan pilihan-pilihan yang dapat mempengaruhi masa depannya serta mengambil tanggung jawab moral terhadap pilihan-pilihan tersebut (“What Makes Us Human?,” n.d.). Inilah kemampuan penting yang kemudian membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya.

Jika kesadaran moral menipis bahkan kemudian hilang, apakah yang kemudian membedakan manusia dengan binatang? Moral berguna bagi individu baik secara individual maupun ketika harus  menjalankan kehidupannya bersama dengan orang lain (“What Should the Function of Morality Be?,” n.d.). Menipis dan hilangnya moral akan mengakibatkan individu mengalami masalah baik ketika berhadapan dengan diri sendiri maupun dalam konteks hidup bersama dengan orang lain di sekitarnya. Tanpa adanya kesadaran moral, seseorang akan mengabaikan hal baik yang harus dilakukan dan justru memilih hal-hal keliru yang semestinya tidak dilakukan. Pelanggaran moral dapat terjadi lewat pelanggaran berbagai aturan main yang dibuat dalam berbagai sistem. Misalnya saja pelanggaran di area hukum, pendidikan, hingga kehidupan sehari-hari misalnya berlalu lintas. Korupsi yang merajalela, kecurangan dalam jual beli, dan plagiasi di kalangan akademisi merupakan merupakan bentuk-bentuk pelanggaran moral yang sayangnya tidak terlalu sulit dijumpai dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari.

Mengingat pentingnya kesadaran moral, individu perlu mulai dikenalkan dan mempelajari moral bahkan semenjak usia dini. Peran orangtua di rumah tentunya menjadi penting dalam mendorong munculnya kesadaran moral pada anak. Tingkat awal kesadaran moral memang masih didominasi kendali dari area eksternal individu. Mereka yang masih berusia kanak-kanak dipandang wajar jika baru menguasai tingkatan ini. Misalnya tidak mencuri karena takut mendapat hukuman atau mau berbagi dengan anak lain supaya mendapat pujian. Pada tingkat selanjutnya, kesadaran moral mulai dinaikkan tingkatannya menjadi kemauan melakukan sesuatu karena dorongan kesadaran internal. Misalnya saja tidak mencuri karena kesadaran bahwa hal itu merupakan perbuatan buruk yang akan merugikan orang lain.

 

 

Beberapa cara yang harus dilakukan ortu

Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orangtua dalam menumbuhkan kesadaran moral pada anak:

  1. Menjadi model

Cara pertama adalah menunjukkan pentingnya moral pada anak lewat contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari orangtua. Anak merupakan pengamat yang tajam. Mereka akan melihat dan merekam apa yang dilakukan oleh orangtuanya termasuk apakah orangtuanya merupakan pribadi yang memiliki kesadaran moral atau tidak. Seringkali terjadi inkonsistensi misalnya saat orangtua meminta anak menghargai hak orang lain namun pada kenyataannya mereka justru melakukan penyerobotan terhadap hak orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Inkonsistensi antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang penting di sekitarnya, khususnya orangtuanya, hanya akan membuat anak kebingungan. Pada akhirnya mereka tidak akan mempelajari nilai-nilai termasuk nilai moral yang ingin ditanamkan oleh orangtuanya.

 

 

Diskusi nilai moral

  1. Diskusi nilai moral

Untuk mencapai kesadaran moral, anak perlu mengetahui terlebih dahulu seluk beluk dari nilai-nilai moral. Pengetahuan mengenai nilai moral dapat dibangun lewat diskusi. Orangtua dapat menggunakan bahasa-bahasa sederhana untuk menerangkan arti dari berbagai nilai moral seperti kejujuran, menghargai hak orang lain, dan sebagainya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut kehidupan anak secara langsung dapat menjadi cara yang efektif dalam membuka pemahaman anak mengenai arti suatu nilai moral. Misalnya bagaimana menjadi pribadi yang jujur saat mengikuti suatu ujian di kelas.

 

 

 

Dorong untuk berempati

  1. Menunjukkan konsekuensi dan mendorong untuk berempati

Kesadaran moral juga dibangun lewat diskusi antara orangtua dengan anaknya. Diskusi diarahkan pada alasan pentingnya seseorang perlu hidup dengan memiliki kesadaran moral baik bagi dirinya sendiri maupun dalam konteks hidup bersama dengan orang lain. Bagi diri sendiri, pilihan-pilihan yang didasarkan pada kesadaran moral menunjukkan adanya sisi kemanusiaan seseorang yang membedakannya dengan mahluk lainnya. Dalam konteks hidup bersama dengan orang lain, tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai moral akan mencegah kita melakukan perlakuan buruk kepada orang lain. Menunjukkan konsekuensi tindakan tidak bermoral misalnya berupa penderitaan yang kemudian dialami orang lain dan mengajak anak berempati terhadapnya dapat menjadi cara yang efektif dalam meningkatkan kesadaran moral anak.

 

 

Aktivitas harian sebagai sarana

  1. Menggunakan aktivitas sehari-hari sebagai sarana

Cara menumbuhkan nilai moral pada anak bisa juga dilakukan dalam berbagai aktivitas hidup sehari-hari. Cara pertama adalah dengan bercerita. Lewat cerita, anak akan mendapatkan gambaran yang utuh terkait dengan tindakan moral dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan nilai-nilai moral, cerita dapat menghadirkan model (sosok yang dijadikan contoh), penjelasan suatu nilai moral, serta konsekuensi dari tindakan baik yang bermoral maupun yang tidak bermoral. Lewat imajinasi, media cerita akan dapat membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral yang termuat di dalamnya. Selain bercerita, nilai moral juga bisa diajarkan lewat olah raga. Olah raga bukalah sekedar aktivitas untuk berkompetisi dan menjaga kebugaran tubuh. Lewat olah raga, anak dapat belajar tentang fairness, bekerja sama, mengakui kekalahan, menghargai yang kalah dan sebagainya.

 

Yohanes Heri Widodo, M.Psi.,Psikolog

Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Pemilik PAUD Kerang Mutiara Yogyakarta

 

Referensi

What Makes Us Human? (n.d.). Retrieved July 6, 2015, from http://www.psychologytoday.com/blog/uniquely-human/201403/what-makes-us-human

What Should the Function of Morality Be? (n.d.). Retrieved July 6, 2015, from http://www.psychologytoday.com/blog/darwin-eternity/201402/what-should-the-function-morality-be

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya