Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Akibat Sindrom Kelelahan, Wanita Ini Tak Bisa Bercinta Lama

Setelah didiagnosis menderita sindrom kelelahan kronis yang menyebabkan kelumpuhan, para wanita ingin berhubungan seks lebih cepat.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 02 Nov 2016, 21:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2016, 21:00 WIB
Ilustrasi Sindrom Kelelahan Kronis
Para wanita yang menderita sindrom kelelahan kronis ingin berhubungan seks lebih cepat

Liputan6.com, Jakarta Tak semua wanita sukses menjalankan hubungan seksual. Setelah didiagnosis menderita ME/CFS (Myalgic Encephalomyelities/Chronic Fatigue Syndrome), sindrom kelelahan yang menyebabkan kelumpuhan, wanita berusia 24 tahun ini berharap berhubungan seks lebih cepat.

Wanita yang tak mau disebutkan namanya, tidak ingin menunggu sampai lebih berusia 20 tahun untuk berhubungan seks. Menurut yang diyakininya, seks adalah ladang potensial bagi  hasrat bagi tiap individu tapi selama bertahun-tahun, akibat sindrom kelelahan harus menghindari hal berbau seks.

Ada pula wanita berusia 49 tahun terkena sindrom kelelahan kronis, yang diderita lebih dari separuh hidupnya. Gejala perubahan suhu badan yang mendadak, rentan terkena infeksi, dan tekanan darah sangat rendah. Ia harus bertahan menghadapi pusing, sensitivitas ekstrim terhadap cahaya dan suara.

"Pada hari-hari terbaikku, aku merasa seolah-olah didera flu yang hebat. Terkadang saat berdiri atau berjalan, aku perlu tongkat untuk membantu berjalan. Apalagi kalau berjalan satu atau setengah mil tiap hari, aku harus berhenti sejenak.

Tapi aku amat bersyukur. Menurut Institute of Medicine, kira-kira seperempat orang yang menderita ME menjadi lemah tak berdaya. Jadi, aku senang bisa bangun dan menghabiskan sebagian besar waktu dengan nyaman," tuturnya, seperti yang ditulis The Sydney Morning Herald, Rabu (2/11/2016).

Dalam hubungan seksual, wanita tersebut sempat meninggalkan aktivitas seksnya. Namun, ia menyerah karena libidonya yang kuat. Kini, ia berharap aktivitas seksnya kembali normal. Ia ingin segera mendapatkan gairah kepuasan seksual bersama pasangannya.

Penelitian dari National Institutes of Health beserta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Universitas Stanford masih berupaya menemukan obat untuk menyembuhkan ME.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya