Tunda Punya Anak, Wanita Bekerja Rentan Alami Gangguan Kesuburan?

Bukan hanya gangguan pematangan sel telur, ada berbagai penyebab gangguan kesuburan pada wanita bekerja.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Des 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2018, 21:00 WIB
Waspada, Pekerja Kantoran Berisiko 2 Kali Lebih Cepat Meninggal
Ilustrasi pekerja (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta Gangguan kesuburan (fertilitas) pada wanita bekerja makin meningkat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di beberapa negara lain di dunia. Penyebab terjadinya gangguan kesuburan tersebut berhubungan dengan fenomena prioritizing.

Prioritizing adalah aktivitas mengatur sesuatu atau kegiatan berdasarkan kepentingan yang paling utama. Dalam acara diskusi 'Penanganan Gangguan Kesuburan di Indonesia, Bayi Tabung Pintar dan Terjangkau sebagai Pilihan' dokter spesialis obstetri dan ginekologi Beeleonie menjelaskan, prioritizing pada kalangan wanita pekerja terkait karier dan pendidikan.

"Prioritizing itu seringkali wanita lebih mengutamakan karier dan pendidikan. Mereka baru merencanakan kehamilan pada usia lebih tua, misalnya lebih dari 30 tahun. Hal lain bisa juga sudah menikah, tapi menunda hamil dalam waktu yang lama," papar Beeleonie saat ditemui di Madame Delima Restaurant, Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Ketika karier yang diutamakan, wanita rentan mengalami gangguan kesuburan. Hal ini terjadi karena jumlah dan kualitas sel telur berkurang. Kondisi ini terkait dengan usia biologis.

Beeleonie melanjutkan, ada faktor lain yang menyebabkan gangguan kesuburan wanita, yakni gangguan pematangan sel telur, sumbatan sel telur atau gangguan pada rahim dan indung telur.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Penurunan usia pernikahan

Ilustrasi
Ada penurunan usia pernikahan juga. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Penurunan usia pernikahan yang menyebabkan gangguan kesuburan juga terjadi di Inggris. Pria dan wanita di sana memasuki rekor rendah usia pernikahan. Data Office for National Statistics (ONS) menunjukkan, ada 239.020 pernikahan pada tahun 2015. Angka itu mengalami penurunan 3,4 persen.

Pada 2014 ada 247.372 pernikahan. Pria dan wanita yang berusia di bawah 30 tahun pun mengalami persentase penurunan pernikahan terbesar sejak 2005. Penurunan tersebut mencapai 56 persen pada pria dan 66 persen wanita.

Para ahli mengatakan, penurunan angka keseluruhan termasuk indikasi harapan yang lebih rendah untuk menikah. Biaya pernikahan yang mahal jadi penyebabnya.

“Mungkin juga banyak orang sekarang memprioritaskan hal lain untuk menikah. Misal, pendidikan, menunda berkeluarga, membeli rumah, dan bepergian. Ini juga bisa menjadi alasan menurunnya usia rata-rata pernikahan," kata Kepala Eksekutif lembaga amal Relat, Chris Sherwood, dikutip dari Independent.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya