Kanker, Penyakit Penyebab Kematian Terbanyak di Negara Maju

Bukan lagi penyakit jantung, kanker menjadi penyebab kematian terbesar di negara-negara maju

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Sep 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2019, 07:00 WIB
Ilustrasi Pasien Kanker, Kanker, Pasien (iStockphoto)
Kanker menjadi penyakit paling mematikan di negara-negara maju (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kanker tidak hanya menjadi masalah bagi negara-negara berkembang. Sebuah studi menemukan bahwa penyakit tersebut menjadi pembunuh utama di negara-negara maju.

Dalam sebuah laporan yang dimuat di jurnal The Lancet, penyakit jantung saat ini masih menyumbang 40 persen kematian di dunia dan menjadikannya pembunuh nomor satu. Sementara, kanker berada di posisi kedua dengan angka kematian 26 persen.

Namun, ketika negara berpenghasilan menengah dan rendah dikeluarkan dari perhitungan tersebut, angka kanker di melonjak drastis menjadi nomor satu.

Melansir WebMD pada Jumat (6/9/2019), di negara-negara seperti Kanada, Swedia, dan Arab Saudi, kanker menjadi penyebab kematian utama hingga 55 persen. Penyakit jantung sendiri hanya berada di angka 23 persen.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Penyakit Jantung Tak Lagi Paling Mematikan

Kanker Payudara
Kanker menjadi penyakit paling mematikan di negara-negara maju (sumber: iStockphoto)

Dr. Gilles Dagenais, profesor emeritus di Laval University, Quebec, Kanada mengatakan bahwa saat ini dunia sedang mengalami transisi terkait penyebab kematian.

"Penyakit kardiovaskular tidak lagi menjadi penyebab utama kematian di negara-negara berpenghasilan tinggi," kata Dagenais dalam pernyataannya.

Dia menambahkan, hal itu dikarenakan pencegahan dan pengobatan untuk penyakit jantung menjadi secara umum sudah lebih baik. Sementara, untuk kanker tinggal menunggu waktu untuk menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia hanya dalam beberapa dekade.

Sementara untuk negara-negara miskin yang memiliki sumber daya serta pemerintahan yang kurang stabil, angka penyakit jantung masih tinggi.

Temuan tersebut didapatkan dari 162.500 orang usia paruh baya yang tinggal di empat negara berpenghasilan tinggi, 12 negara berpenghasilan menengah, dan lima negara berpenghasilan rendah. Hasil penelitian dipresentasikan di pertemuan tahunan European Society of Cardiology, Paris pada Selasa kemarin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya