Liputan6.com, Jakarta Empat orangutan dan lima bonobo di Kebun Binatang San Diego, Amerika Serikat, menjadi primata non-manusia pertama di dunia yang mendapat vaksinasi COVID-19.
Dikutip dari CNA pada Sabtu (6/3/2021), salah satu penerima vaksin COVID-19 adalah orangutan betina bernama Karen, yang berusia 28 tahun. Pada 1994, dia menjadi pemberitaan karena menjadi orangutan pertama yang menjalani operasi jantung terbuka.
Baca Juga
Sembilan hewan itu menerima dua dosis vaksin virus Corona eksperimental, yang awalnya dirancang untuk anjing dan kucing. Namun, menurut juru bicara kebun binatang, Darla Davis, tidak ada reaksi merugikan pada hewan tersebut, dan semuanya baik-baik saja.
Advertisement
Mengutip Live Science, vaksin COVID-19 yang digunakan sendiri dikembangkan oleh perusahaan farmasi hewan, Zoetis.
Zoetis menyebutkan, mereka dihubungi pihak kebun binatang usai beberapa gorila dinyatakan positif COVID-19 di bulan Januari. Perusahaan pun merespons dengan memberikan sedikit pasokan vaksin.
"Dalam karier saya, saya belum pernah mengakses vaksin eksperimental sedini ini dalam prosesnya dan belum pernah memiliki keinginan besar untuk menggunakannya," kata Nadien Lamberski, Chief Conservation and Wildlife Health Officer di San Diego Zoo Wildlife Alliance.
Â
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Gorila Sempat Terinfeksi Virus Corona
Sebelumnya, ada delapan gorila yang positif COVID-19. Salah satunya adalah gorila punggung perak berusia 48 tahun bernama Winston. Ia menderita pneumonia dan penyakit jantung, serta dinyatakan telah membaik.
Saat itu, Winston dirawat dengan berbagai obat, termasuk terapi antibodi virus Corona untuk non-manusia.
Satu gorila awalnya juga akan divaksinasi di sana. Namun karena banyak gorila yang telah terinfeksi virus Corona dan sembuh, mereka menjadi prioritas yang lebih rendah untuk saat ini.
Gorila tidak divaksinasi karena dokter hewan berasumsi, sistem kekebalan mereka telah mengembangkan antibodi terhadap virus. Sementara orangutan dan bonobo dipilih karena dinilai paling berisiko dan mudah diinokulasi.
Zoetis awalnya mengembangkan vaksin COVID-19 untuk anjing dan kucing. Namun, saat terjadi wabah di peternakan cerpelai, mereka lalu beralih mempelajari vaksin untuk hewan tersebut.
Lamberski mengatakan, meski tidak diuji pada kera, penggunaan vaksin lintas spesies bukanlah hal yang jarang. Kera-kera di kebun binatang itu juga mendapatkan vaksin flu dan campak untuk manusia.
Mengutip CBS News, Lamberski menegaskan bahwa mereka tidak asal memilih vaksin secara acak untuk diberikan kepada spesies baru.
"Banyak pertimbangan dan penelitian yang dilakukan, apa risiko melakukannya dan apa risiko tidak melakukannya. Moto kami, di atas segalanya, tidak membahayakan."
Advertisement