Liputan6.com, Jakarta - Gejala COVID-19 dan tuberkulosis (TB/TBC) yang umum dialami pasien kedua penyakit tersebut cenderung sama seperti demam, batuk, dan kelelahan. Lantas apa yang membedakan keduanya?
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, sebenarnya hal ini menjadi perhatian juga bagi para ahli kesehatan di seluruh dunia. Namun dalam penelitian mengenai TBC dan COVID-19 hingga Maret 2020, belum ada data lengkap yang bisa memastikan perbedaan gejala keduanya.
Baca Juga
"Memang ada persamaan gejala seperti batuk dan demam. Tapi hingga kini belum ada data lengkap bagaimana membedakannya," katanya, saat konferensi pers Hari Tuberkulosis Sedunia, ditulis Rabu (23/3/2021).
Advertisement
Menurut Prof Tjandra, berbagai inovasi kebijakan terus dilakukan untuk menekan kasus TBC meskipun saat ini semua pihak berfokus pada penanganan COVID-19.
"Inovasi yang sudah dilakukan misalnya, ada yang sakit di tracing (dicari). Jadi kalau pemeriksaan COVID-19 dengan gejala terdeteksi negatif, jangan hilang. Segera periksa apakah batuk tersebut gejala TBC," katanya.
Prof Tjandra menambahkan, seperti halnya COVID-19, seorang penderita tuberkulosis positf bisa menularkan 10-15 orang di sekitarnya. Jadi setiap kontak harus terus selalu ditelusuri.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Upaya pemerintah
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PML) dr Siti Nadia Tarmizi mengakui, penanganan TBC terhambat oleh adanya pandemi COVID-19. Namun ada beberapa inovasi yang dilakukan pemerintah seperti pemantauan pasien TB dengan menggandeng komunitas, organisasi masyarakat serta kader kesehatan.
"Jadi petugas kesehatan tidak lagi bertemu pasien TBC, dia bisa melakukan konsultasi melalui sarana whatsapp, atau sarana elektronik lainnya. Setiap hari petugas puskesmas dan kader kesehatan dan organisasi perkumpulan mantan pasien TB akan memberikan dukungan membantu pemantauan pengobatan. Mereka juga menjaga kontak melalui alat komunikasi milik pasien atau keluiarga. Begitupun saat pengambilan obat akan dimintakan nomor kontaknya," jelasnya.
Nadia mengimbau, bagi seseorang yang kiranya memiliki gejala seperti batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu atau batuk yang tidak sembuh dengan obat batuk biasa sebaiknya memeriksakan diri ke Fasilitas Kesehatan. "Tidak perlu takut datang ke Puskesmas/Rumah Sakit karena akan diperiksa lebih lanjut," katanya.
Selebihnya, ia menyarankan untuk selalu menggunakan masker dan menjaga jarak untuk mencegah penularan baik COVID-19 maupun TBC.
Advertisement