5 Mitos Kesehatan Jantung yang Masih Dipercayai Masyarakat, Begini Faktanya

Pahami fakta di balik mitos seputar penyakit jantung yang tersebar di khalayak.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2021, 12:00 WIB
jantung
ilustrasi serangan jantung/copyright Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh yang terus bekerja tanpa henti. Akan tetapi, jantung justru menjadi organ dengan penyakit 'pembunuh' yang mengerikan di Indonesia.

Menurut data Sample Registration System dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak ke-2 di Indonesia.

Berbicara mengenai penyakit jantung, penyakit ini seringkali diwarnai dengan berbagai macam mitos atau desas-desus. Mitos-mitos yang beredar kerap membuat banyak orang merasa khawatir.

Agar tidak semakin salah paham, Kemenkes RI mengadakan Instagram LIVE Q&A dengan topik Sayangi Jantungmu, Jaga Kesehatanmu pada Rabu sore, 13 Oktober 2021. Hadir sebagai narasumber adalah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Vino Damay Sp.JP(K).

Berikut penjelasan mengenai mitos dan fakta seputar penyakit jantung.

1. Serangan jantung akan ditandai dengan terjadinya nyeri pada dada

Serangan jantung memang identik dengan nyeri pada dada, tetapi belum tentu hal tersebut dapat terjadi.

Dalam beberapa kasus penyakit jantung juga bisa ditandai dengan: jantung berdebar, atau detak jantung justru melambat, sesak nafas, mual, merasa pusing, dan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada satu atau kedua lengan, rahang, leher, atau punggung, hingga kulit membiru.

Faktanya, nyeri dada juga bisa dipicu beberapa kondisi lainnya. Misalnya, penyakit paru-paru, gangguan sistem pencernaan, hingga gangguan pada otot atau tulang dada.

2. Olahraga dapat memperburuk kondisi jantung setelah mengalami serangan jantung

Ini bisa menjadi fakta, tapi juga mitos di saat yang bersamaan. Karena pada dasarnya, olahraga tidak memperburuk kondisi jantung setelah serangan jantung.

Justru olahraga sangat dianjurkan bagi penderita penyakit kronis.

Akan tetapi, ada baiknya jika Anda mengetahui batasan dan kondisi jantung Anda terlebih dahulu sebelum memulai olahraga atau aktivitas yang berat.

3. Penyakit jantung merupakan penyakit turunan

Seseorang yang memiliki keturunan penyakit jantung memang memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung daripada orang yang tidak memiliki keturunan menderita penyakit tersebut.

Namun bukan berarti mereka ditakdirkan untuk sakit. 

Karena itulah langkah pencegahan dengan menjalani pola hidup sehat menjadi sangat dibutuhkan.

4. Jenis Kelamin dapat mempengaruhi faktor risiko penyakit jantung

Serangan jantung dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin. Baik pria maupun wanita, dapat terkena gangguan kesehatan ini. Namun, berdasarkan studi terbaru, diketahui bahwa pria berisiko lebih besar untuk mengalami serangan jantung.

Pria memiliki risiko serangan jantung yang lebih tinggi pada usia yang lebih muda. Rata-rata, serangan jantung pertama dialami para pria pada usia 65 tahun. Sedangkan pada wanita, rata-rata usia terjadinya serangan jantung pertama adalah 72 tahun.

Ini karena pada wanita yang lebih tua, efek protektif hormon estrogen telah menurun sehingga membuat mereka rentan terkena serangan jantung.

5. Penyakit

Penyakit angin duduk memanglah ada, tapi istilah "Angin Duduk" kurang tepat untuk penyakit tersebut.

"Angin duduk sebenarnya merupakan istilah lain dari serangan jantung. Suatu penyakit yang ditandai dengan nyeri dada akibat otot jantung kurang mendapatkan pasokan oksigen dari aliran darah," jelas vito.

Pasokan darah ke otot jantung terganggu karena adanya penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah.

Jika Anda mulai merasakan gejala dari serangan jantung, segeralah periksa ke dokter.

 

Reporter: Lianna Leticia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya