Anggap Infeksi BA.4 dan BA.5 Hanya Bergejala Ringan, Epidemiolog: Jangan Main-Main

Sebagian masyarakat sudah lelah dan tak peduli dengan segala sesuatu terkait COVID-19. Bahkan, di di tengah munculnya varian BA.4 dan BA.5 ada yang beranggapan bahwa jika pun terinfeksi maka gejalanya akan ringan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Jun 2022, 18:08 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2022, 15:00 WIB
COVID-19 di Indonesia
Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020) di masa pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Sebagian masyarakat mungkin sudah lelah terkait COVID-19. Bahkan, di tengah munculnya varian BA.4 dan BA.5 ada yang beranggapan bahwa jika pun terinfeksi maka gejalanya akan ringan.

Menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman, anggapan ini keliru. Pasalnya, COVID-19 varian atau subvarian apapun jika dibiarkan maka dampaknya terhadap organ tubuh akan serius.

“Kalau tubuh terinfeksi secara berulang, dampaknya akan serius pada organ. Semakin ke sini, COVID-19 semakin terbukti dapat memicu dampak serius jangka panjang bukan hanya pada organ paru saja tapi juga organ yang tak diduga sebelumnya seperti otak, saraf, bahkan gangguan pertumbuhan bayi bagi ibu hamil,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Kamis (16/6/2022).

Artinya dampak COVID-19 tidak main-main, lanjut Dicky. Bahkan, COVID-19 pada anak-anak bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit degeneratif di masa depan.

“Harus diingat bahwa kemampuan BA.4 dan BA.5 dalam mereinfeksi atau menginfeksi ulang menunjukkan bahwa membiarkan tubuh kembali terinfeksi tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak membuat imunitas menetap.”

Hal yang paling aman untuk melindungi diri dari infeksi menurut Dicky adalah vaksinasi dan menjaga perilaku adaptif seperti memakai masker dan protokol lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tidak Boleh Main-Main

Epidemiolog Dicky Budiman Soal Cacar Monyet atau Monkeypox
Epidemiolog Dicky Budiman Soal Cacar Monyet atau Monkeypox. Foto: Dokumentasi Pribadi.

Dicky juga memprediksi bahwa kasus-kasus kematian mendadak dan kasus stroke yang meningkat pada kelompok dewasa muda bisa saja memiliki kaitan dengan infeksi COVID-19.

“Kasus kematian mendadak dan stroke yang meningkat pada dewasa muda itu besar dugaan salah satunya terkait dengan infeksi COVID, yang pada prediksinya ke depan akan semakin banyak.”

“Jadi ini yang harus disadari bahwa prinsip mencegah infeksi COVID-19 harus tetap diutamakan daripada terinfeksi COVID-19.”

Bicara soal BA.4 dan BA.5, seharusnya masyarakat lebih tersadarkan bahwa virus ini terus bermutasi, imbuh Dicky. Mutasi lebih mungkin terjadi ketika masyarakat tidak menerapkan langkah-langkah pencegahan yang bisa meminimalisasi penularan.

“Dan ketika protokol kesehatan publik kita biarkan longgar maka virus bebas bermutasi dan semakin mengurangi efektivitas alat yang kita punyai yaitu vaksin.”

“Kita tidak boleh main-main, kita tidak boleh abai dan terus berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk berbagai negara dalam menekan kasus sampai modal imunitas global memadai.”

Tak Bisa Dianggap Remeh

THUMBNAIL OMICRON DICKY BUDIMAN
THUMBNAIL OMICRON DICKY BUDIMAN

BA.4 dan BA.5 tidak bisa dianggap remeh karena kedua subvarian ini memiliki karakter yang lebih efektif.

Menurut Dicky, BA.4 dan BA.5 terdiri dari kombinasi kecepatan menginfeksi Omicron dan kemampuan mengikat sel dari Delta. BA.4 dan BA.5 adalah subvarian Omicron, jadi masih bagian dari Omicron walaupun karakternya sudah sangat berbeda dari BA.1 dan BA.2.

“BA.4 atau khususnya BA.5 ini dia memiliki karakter yang merupakan kombinasi antara kecepatan menginfeksi yang dia warisi dari Omicron leluhurnya.”

“Dan dia mengadopsi juga mutasi dari Delta L452 yang membuat dia mudah terikat di receptor ACE2 dan mudah masuk ke dalam sel tubuh manusia untuk menginfeksi dan akhirnya mudah untuk bereplikasi di paru,” kata Dicky.

Ini yang membuat sebagian gejala orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5 khususnya yang belum divaksinasi lengkap terlihat hampir mirip dengan gejala Delta.

“Misalnya hilang penciuman, rasa lelah, dan pada kasus yang berat bisa seperti Delta, harus dibawa ke rumah sakit, ini merujuk data di Portugal.”

Peningkatan Kemampuan Bereplikasi di Sel Paru

FOTO: Peralihan Pandemi Menuju Endemi
Aktivitas warga di kawasan Blok-M, Jakarta, Senin (14/3/2022). Menurut Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro, peralihan pandemi ke endemi tak bisa lepas dari jumlah kasus harian dan angka kematian rendah serta tingkat keterisian RS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, BA.4 dan BA.5 ini bisa menginfeksi ulang. Jadi, meskipun sudah terinfeksi oleh Omicron sebelumnya, tapi tetap bisa terinfeksi lagi dengan BA.4 dan BA.5.

Riset terakhir yang dilakukan di Jepang dan beberapa negara Eropa melaporkan BA.4 dan BA.5 mengalami peningkatan kemampuan bereplikasi di sel paru. Maka dari itu, kedua subvarian Omicron ini disebut lebih fusogenik dan lebih patogenik ketimbang BA.2.

 “Artinya potensi keparahannya lebih infeksius dan potensi keparahannya ada,” ujar Dicky.

Laboratorium di Jepang juga menemukan bahwa angka reproduksi efektif dari BA.4 dan BA.5 ini 1,2 kali lebih tinggi dari BA.2 atau yang sebelumnya mendominasi dunia.

“Artinya transmisi atau penularannya lebih efektif karena jika angka reproduksi di atas satu, artinya ada pertumbuhan eksponensial yang bisa terjadi.”

Temuan lain yang juga merupakan kabar kurang baik dari dua subvarian baru ini adalah jika orang atau sekelompok populasi pernah terinfeksi BA.1, BA.2, atau varian lain, maka mereka tetap tidak memiliki proteksi terhadap BA.4 dan BA.5.

“Meskipun sebelumnya orang tersebut sama-sama terinfeksi Omicron tapi tetap dia tidak punya proteksi BA.4 dan BA.5. Ini yang menjadikan kesadaran bagi kita betapa pentingnya booster dan kombinasi dengan masker.”

Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19
Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya