Kekurangan Dokter, Dunia Kesehatan AS Terancam Kolaps pada 2026?

Sektor kesehatan di AS mengalami tantangan akibat kurangnya tenaga kerja. Disusul dengan banyaknya dokter yang akan mencapai usia pensiun.

oleh Diviya Agatha diperbarui 14 Okt 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 19:00 WIB
Dokter
Ilustrasi alat-alat dokter. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tantangan di dunia kesehatan seolah tak pernah ada habisnya. Selain muncul berbagai penyakit yang beberapa diantaranya memiliki penyebab misterius, dunia kesehatan juga mengalami tantangan berat akibat kurangnya tenaga kerja.

Problematika tersebut terjadi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Saat ini dapat dikatakan bahwa pemain sepak bola lebih mudah untuk ditemukan di sana daripada dokter anak.

Tulisan Todd G Buchholz, mantan direktur kebijakan ekonomi Gedung Putih di bawah Presiden AS George Bush dan Michael Mindlin, banker yang berspesialisasi dalam perawatan kesehatan pun mengulas penyebab dibaliknya.  

Selama bertahun-tahun, American Medical Association (AMA) ternyata menahan arus mahasiswa baru di dunia kedokteran. Bahkan pada 1997, pihak AMA pernah mengklaim bahwa AS berada pada ambang kelebihan pasokan dokter.

Menurut Todd dan Michael, hasil klaim tersebut kini telah tampak ke permukaan. 

"Kami sekarang bisa melihat hasilnya: perawat di Minneapolis kewalahan dan berbaris di garis piket mereka menuntut kenaikan upah 30 persen, dan rumah sakit pedesaan serta penyedia layanan kesehatan di seluruh daerah kekurangan dokter secara kronis," ujar Todd dan Michael mengutip tulisannya yang dipublikasikan di laman Project Syndicate, Jumat (14/10/2022).

Di sisi lain, sektor-sektor di luar kesehatan telah melakukan perkembangan. Dari segi perhotelan, banyak pihak membuka Airbnb lebih banyak secara nasional. America’s National Basketball Association yang menambahkan enam tim, National Football League dan Major League Baseball yang menambahkan empat tim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Regulasi Pemerintah AS Berlebihan?

Ilustrasi dokter. Photo by Karolina Grabowska/ Pexels
Ilustrasi dokter. Photo by Karolina Grabowska/ Pexels

Lebih lanjut tulisan tersebut mengungkapkan bahwa perkembangan di sektor kesehatan sebenarnya terjadi. Namun, terbatas hanya pada sektor yang tidak berkaitan secara langsung dengan regulasi pemerintahan AS.

"Mengapa kita belum melihat perkembangan serupa dalam sektor kesehatan? Faktanya, sudah. Tapi hanya di sektor yang bebas dari kelompok kepentingan khusus yang mengakar dan regulasi pemerintah yang berlebihan."

Misalnya, ada persaingan sehat untuk menyediakan prosedur operasi mata LASIK dan Botox. Dalam dekade setelah LASIK disetujui pada tahun 1999, ribuan ahli bedah belajar bagaimana mengarahkan laser ke kornea, menekan harga hingga 25 persen.

Sedangkan dalam hal Botox, dokter kulit bersaing dengan ahli kosmetik di spa.

"Sayangnya, hal yang sama tidak dapat terjadi untuk sektor-sektor yang lebih penting bagi kesehatan dasar masyarakat," kata Todd dan Michael.

Belum lagi, pada 2026 mendatang, proporsi dokter di AS yang akan mencapai usia pensiun melonjak dari 12 persen menjadi 21 persen.

"Banyak yang akan memilih golf atau mahjong daripada mempertahankan praktik medis atau dipanggil ke rumah sakit," ujar Todd dan Michael.


Menurunnya Minat di Dunia Kesehatan

Vaksinasi
Ilustrasi dokter yang memegang jarum suntik. Credits: pexels.com by RF._.studio

Todd dan Michael mengungkapkan bahwa meskipun universitas akhirnya mau membuka lebih banyak sekolah kedokteran, jumlah lulusan baru tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat dari populasi yang menua.

Akibatnya, Association of American Medical Colleges (AAMC) memperkirakan akan adanya kekurangan tenaga kesehatan seperti dokter hingga 124.000 pada tahun 2034.

Menurut dua penulis tersebut, revolusi pada sektor kesehatan menghadapi rintangan yang menghambat suplai dokter itu sendiri.

Seperti yang terjadi, dibutuhkan sekitar 200 juta dollar dan sepuluh tahun sebelum akhirnya Liaison Committee on Medical Education atau Komite Penghubung Pendidikan Kedokteran dapat menyelidiki, menjadwalkan sidang, dan memberikan persetujuan untuk sekolah kedokteran yang baru.

Bahkan jika sekolah kedokteran telah dibuka, lulusan dari bidang kedokteran harus melanjutkan perjuangan untuk menemukan slot residensi dan menyelesaikan pelatihan mereka. Hal tersebut lantaran undang-undang tahun 1997 membekukan jumlah residensi.

Todd dan Michael berpendapat, pendidikan kedokteran di AS sebenarnya perlu untuk disederhanakan. Demi meningkatkan pasokan, AS harus mengikuti negara maju lainnya dalam mengizinkan calon dokter untuk memulai pelatihan medis mereka.


Menyederhanakan Sistem Pendidikan Kedokteran

Ilustrasi dokter/dok. Unsplash Hush Naidoo
Ilustrasi dokter/dok. Unsplash Hush Naidoo

Lebih lanjut menurut keduanya, AS pun perlu memudahkan jalan bagi dokter asing yang sudah menyelesaikan pelatihan dari negara lain.

"Misalnya, Anda ahli jantung yang berpraktik 20 tahun di Jerman atau Singapura. Bahkan ketika imigrasi AS sudah mengizinkan Anda masuk ke negara itu, saat ini Anda masih perlu melewati rintangan ketat untuk ujian lisensi federal dan negara bagian, laboratorium keterampilan klinis, dan residensi multi-tahun yang baru di rumah sakit AS."

Demikian pula, Food and Drug Administration harus memudahkan jalur untuk obat-obatan yang telah diuji, disetujui, dan disebarkan di negara-negara maju lainnya.

"Biasanya, FDA mengharuskan perusahaan farmasi untuk menghabiskan puluhan juta dolar dan bertahun-tahun mengulangi uji klinis yang sukses, seolah-olah orang Amerika (walaupun lebih kuat) adalah spesies yang berbeda dari manusia yang ditemukan di tempat lain," kata Todd dan Michael.

Sebagai penutup, keduanya mengungkapkan bahwa penyakit tidak dapat menunggu. Namun, orang-orang yang telah ahli di bidangnya termasuk dokter dapat menghindari pasien untuk terus bertambah, sambil mencari bantuan siapa yang bisa terus membantu.

Infografis Dokter Berguguran di Medan Tempur Covid-19
Infografis Dokter Berguguran di Medan Tempur Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya