Peran Ayah dalam Keluarga, Kemenkes: Jadi Role Model Kesehatan yang Baik

Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Kartini Rustandi menyampaikan bahwa ayah memiliki peran penting dalam keluarga.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Nov 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 21:00 WIB
ilustrasi hari ayah
ilustrasi hari ayah (sumber: freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Kartini Rustandi menyampaikan bahwa ayah memiliki peran penting dalam keluarga.

Hal ini disampaikan dalam rangka memperingati Hari Ayah Nasional pada 12 November 2022.

Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa ibu adalah orang yang paling peduli terhadap kesehatan keluarga. Pasalnya, ibu paling banyak menghabiskan waktu di rumah. Ada pula yang menganggap bahwa peran ibu dalam keluarga adalah yang paling penting.

Anggapan ini bergeser karena di masa sekarang, banyak pula ibu yang bekerja secara formal. Sebaliknya, kini banyak para ayah yang bekerja dari rumah.

“Sehingga bisa dikatakan bahwa peran ayah dan ibu kini seimbang, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kelompok usia produktif,” kata Kartini mengutip keterangan pers Lemonilo, Senin (14/11/2022).

Sebagai tulang punggung keluarga, ayah dan ibu menjadi penggerak ekonomi sekaligus orangtua yang melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas.

“Ayah sangat bisa menjadi role model dalam pembentukan keluarga, karena pembentukan keluarga bukan hanya dari pola makan. Misalnya, ketika di rumah ayah suka mengonsumsi makanan yang tidak sehat, maka anak pasti ikutan,” tambah Kartini.

Biasanya anak juga ingin mengikuti profesi atau pekerjaan yang dilakoni oleh ayahnya. Sebetulnya pola-pola seperti ini juga bisa menjadi bagian dari pendidikan dan bisa dikaitkan dengan kesehatan. Begitu juga kalau ayah dan ibu sangat peduli pada kesehatan apalagi pascapandemi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jalin Kedekatan dengan Anak

Ayah juga perlu menjalin kedekatan dengan anak, lanjut Kartini. Seperti ibu, ayah pun memiliki peran penting dalam pengasuhan anak.

Saat ini sudah banyak ayah dan ibu yang memutuskan mengasuh anak berdua, berbagi peran, dan tidak menggunakan jasa pengasuh.

“Ini tentu akan berpengaruh pada pendidikan anak. Kalau ayahnya suka berolahraga, maka anaknya akan mengikuti, sehingga ayah dan ibu harus memiliki peran yang sama.”

“Kesetaraan gender bukan hanya ayah dan ibu sama-sama bekerja, tapi bagaimana keduanya saling memerhatikan. Peran ayah sangat penting, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak (1.000 HPK) di mana ayah perlu mendampingi dan memerhatikan gizi dan kesehatan ibu dan anak.”


Pendampingan untuk Anak dan Istri

Pendampingan ini bahkan perlu dilakukan sejak ibu hamil, melahirkan, sampai anak berumur 2 tahun. Sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera.

Bahkan jika ditarik lebih jauh lagi, perhatian ini justru dapat dilakukan mulai pada masa sebelum hamil dengan merencanakan kehamilan bersama istri supaya dapat melahirkan anak yang sehat.

“Selanjutnya, ayah juga harus memerhatikan masalah kesehatan dan pendidikan anak. Ayah harus memberikan perhatian pada gizi untuk istri dan anaknya.”

“Kita harus mematahkan mitos yang tidak tepat, yaitu kalau ayah makan bagian dagingnya, ibu bagian kepalanya, anak dapat sisanya padahal justru semuanya harus sesuai dengan porsi yang baik dan benar,” jelas Kartini.


Jaga Kesehatan Diri

Di samping memerhatikan kesehatan istri dan anak, ayah tak boleh lupa untuk memerhatikan kesehatan diri sendiri. Jika ayah sehat, maka kehidupan dalam keluarga pun bisa berjalan dengan baik.

Namun, jika ayah tidak menjaga kesehatan diri misalnya dengan kebiasaan merokok, maka kerugian tidak hanya ditanggung oleh diri sendiri. Terlebih jika merokok di dalam rumah. Anak dan istri bisa terpapar asap rokok dan kesehatannya pun terancam.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG-UI), menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan orangtua perokok cenderung memiliki pertumbuhan lebih lambat. Ini terkait dengan berat dan tinggi badan anak jika dibandingkan mereka yang tinggal di rumah tangga tanpa orangtua perokok.

Menurut Ketua Tim Pengabdian Masyarakat SKSG-UI Dr. Renny Nurhasana, anak-anak dari orangtua perokok kronis memiliki pertumbuhan berat badan secara rata-rata lebih rendah 1,5 kg.

“Dan pertumbuhan tinggi badan secara rata-rata lebih rendah 0,34 cm dibanding dengan anak-anak dari orangtua yang tidak merokok,” ujar Renny mengutip keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com Kamis (10/11/2022).

Terakhir, Kartini menyampaikan, dalam momentum Hari Ayah Nasional ini, ayah harus menjadi suri tauladan bagi keluarga. Ini termasuk soal masalah kesehatan dan pemenuhan gizi untuk keluarga.

“Peran ayah sangat penting, dia adalah role model dalam keluarga. Oleh karena itu, ayo ayah Indonesia, mari menjadi role model dalam kesehatan untuk membentuk keluarga yang lebih sehat.”

 

Infografis 5 Tips Ajarkan Anak Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 5 Tips Ajarkan Anak Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya