Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menyerukan kepada seluruh daerah di Indonesia untuk setop Buang Air Besar (BAB) sembarangan di sungai atau kali. Hal ini merespons adanya 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota yang masuk kategori risiko tinggi Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menegaskan, 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota risiko tinggi KLB Polio ini terlihat dari cakupan imunisasi rutin Polio yang rendah.
Baca Juga
Imunisasi yang dimaksud, yaitu pemberian Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV). bOPV biasa diberikan pada bayi usia 1 - 4 bulan, sedangkan IPV diberikan pada usia 4 bulan.
Advertisement
Pemetaan daerah risiko tinggi KLB Polio di atas berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan tools Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per November 2022. WHO mencatat, perlu kewaspadaan bersama dan meningkatkan cakupan imunisasi Polio.
"Kalau dilihat 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota semua masuk kriteria tinggi, high risk (risiko tinggi) yang cakupan (imunisasi) Polio rendah semua. Jadi, kita, Indonesia ini high risk terjadinya KLB Polio," papar Maxi saat 'Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia' ditulis Senin, 21 November 2022.
"Oleh karena itu, kami melakukan Bulan Imunisasi Nasional (BIAN), salah satunya juga imunisasi kejar. Kita kejar untuk salah satu antigen (imunisasi) Polio."
Secara rinci, persentase 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota yang masuk kategori risiko tinggi KLB Polio dari data November 2022, antara lain:
Provinsi
- Risiko tinggi 30,88 persen
- Risiko sedang 3,9 persen
- Risiko rendah 1,3 persen
Kabupaten/kota
- Risiko tinggi 415,81 persen
- Risiko sedang 54,10 persen
- Risiko rendah 45,9 persen
Setop BAB Sembarangan
Tak hanya mendongkrak cakupan imunisasi Polio, Maxi Rein Rondonuwu meminta untuk setop BAB sembarangan. Sebab, penularan Polio dapat melalui lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio.
Faktor BAB sembarangan tersebut kemungkinan juga menjadi salah satu pemicu terjadinya KLB Polio di Kabupaten Pidie, Aceh dengan temuan satu kasus pasien Polio berusia 7 tahun 2 bulan.
Hasil observasi yang dilakukan Kemenkes di lingkungan sekitar tempat tinggal pasien di Desa Mane, Kabupaten Pidie dilaporkan masih ada penduduk yang BAB sembarangan di sungai. Kemenkes juga sedang menunggu hasil sampel air yang diambil dari sana.
"Tugas kami, Kementerian Kesehatan adalah bagaimana membuat wilayah kabupaten/kota dan desa itu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kalau pilar itu dilakukan, saya kira intervensi lingkungan akan menjadi baik," ucap Maxi.
"Kami, Kementerian Kesehatan terus mendorong agar setop BAB sembarangan. Ini sekaligus saya minta kepada Pak Bupati untuk men-declare (nyatakan) aja langsung, bikin deklarasi untuk 'Setop Buang Air Besar Sembarangan di Manapun' di wilayah Indonesia."
Selain itu, deklarasi 'Setop Buang Air Besar Sembarangan di Manapun' diminta dapat diterapkan sejalan dengan PHBS lain, seperti rajin mencuci tangan pakai sabun.
Advertisement
Jaga Kebersihan Lingkungan
Demi menghindari penularan virus Polio, masyarakat ikut diminta menerapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dalam hak ini, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan jamban dengan baik.
Pada poin Germas berkaitan dengan lingkungan, antara lain:
Menjaga kebersihan lingkungan
Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan kualitas lingkungan. Salah satunya, lebih serius menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah.
Langkah lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi risiko kesehatan seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.
Menggunakan jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat. Salah satunya, menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan risiko penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.
"Diikuti juga dengan Germas dan juga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang senantiasa terus kita gaungkan," Maxi Rein Rondonuwu melanjutkan.
Risiko BAB Sembarangan
Dampak kesehatan BAB sembarangan tidak hanya berpotensi menularnya virus Polio dan penyakit lain ke dalam tubuh, namun berimbas terhadap kesejahteraan perempuan.
Temuan dari tinjauan studi berjudul, Health and social impacts of opendefecation on women: a systematic review menunjukkan, BAB sembarangan berdampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan perempuan.
Dijelaskan ada kerentanan wanita hamil yang BAB sembarangan justru dapat merugikan si ibu dan janin yang sedang berkembang.
Risiko komplikasi ibu meningkat akibat sanitasi yang buruk karena diperburuk dengan gizi buruk. Ini karena ada penularan infeksi fecal-oral pada ibu hamil. Infeksi ini berupa penularan virus atau bakteri lewat saluran pencernaan yang ditularkan melalui mulut.
Studi yang dipublikasikan di BMJ Public Health tahun 2019 ini menyoroti risiko kesehatan yang paling banyak diteliti dalam konteks BAB sembarangan terkait kotoran (tinja) manusia yang terinfeksi mengandung beberapa organisme berbahaya.
Pembuangan limbah manusia yang tidak tepat juga meningkatkan risiko paparan patogen yang dapat menimbulkan dampak kesehatan yang signifikan seperti penyakit menular (diare, tipus, kolera) dan infeksi virus.
BAB sembarangan adalah masalah yang dapat memengaruhi semua orang, tetapi perempuan seringkali lebih berisiko mengalami berbagai kerentanan kesehatan. Interaksi antara penyakit dan kekurangan gizi dapat lebih lanjut menimbulkan 'lingkaran setan' yang memperburuk infeksi dan memburuknya kesehatan wanita, terutama pada wanita hamil.
Advertisement