Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia menemukan jajanan ciki ngebul atau yang populer disingkat cikbul rupanya cukup banyak ditemukan di Pulau Jawa. Temuan ini merupakan hasil pengawasan BPOM di daerah-daerah.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI Rita Endang membeberkan, sebanyak 30 persen jajanan cikbul ditemukan di Pulau Jawa. Sementara itu, di wilayah Indonesia bagian timur malah tidak ditemukan sama sekali penjaja cikbul.
Baca Juga
Pelaporan jajanan cikbul diperoleh dari pengawasan Balai POM dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Advertisement
"Kalau hasil pengawasan Badan POM itu 30 persen temuannya (jajanan cikbul) di Jawa ya. Kemudian di Kalimantan ada sedikit, Sulawesi sedikit," ungkap Rita saat ditemui Health Liputan6.com di sela-sela acara 'Open House BPOM' di Kantor BPOM, Jakarta pada Kamis, 12 Januari 2023.
"Indonesia bagian timur malah enggak ada atau belum ada yang jualan ciki ngebul."
Untuk pelaporan jajanan cikbul yang menggunakan bahan nitrogen cair ini, lanjut Rita, pengawasan dilakukan sejak pekan lalu. Hal ini menyusul adanya pelaporan kasus keracunan cikbul yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Kemarin-kemarin, kami lakukan (pengawasan) di mal, kemudian di pasar-pasar kita lakukan itu, terutama di Car Free Day (CFD). Kami juga lakukan pengawasan di pasar malam," katanya.
Pemantauan Kasus Korban di Kemenkes
Dijelaskan kembali oleh Rita Endang, dalam pemantauan dan pengawasan bilamana ada kasus korban keracunan ciki ngebul, hal itu dilakukan oleh Kemenkes. Utamanya, pengawasan oleh dinas kesehatan setempat di seluruh Indonesia.
"Terkait dengan kasus kan Kementerian Kesehatan ya. Kemarin sudah ada kasus dan mereka sampaikan semua kasus. Di rumah sakit juga untuk kasus kalau ada korban yang pemantauannya dipegang Kementerian kesehatan," jelasnya.
Secara terpisah, Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kemenkes RI Anas Ma'ruf mengungkapkan, bahwa laporan terkait keracunan nitrogen cair yang ada dalam jajanan ciki ngebul bertambah satu lagi.
"Setelah kita menyampaikan edaran, sosialisasi, hari ini ada laporan satu dari Jawa Timur kemungkinan anak mengalami kejadian atau keracunan terkait dengan ciki ngebul. Saat ini sudah dilakukan investigasi," ujar Anas saat konferensi pers, Kamis (12/1/2023).
Kemenkes tengah melakukan pemantauan baik dari pihak puskesmas maupun rumah sakit. Sehingga bisa dilaporkan kembali jika memang ada dugaan kasus akibat ciki ngebul.
Awal mula laporan keracunan ciki ngebul sendiri terjadi pada Juli 2022. Saat itu ada laporan satu kasus di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Anak tersebut mengonsumsi ciki ngebul kemudian mengalami luka bakar.
Advertisement
Laporan Kasus Keracunan Cikbul
Selanjutnya, laporan kedua muncul pada 19 November 2022 di UPTD Puskesmas Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya dengan korban anak sebanyak 23 orang. Satu diantara 23 anak tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami gejala.
Laporan ketiga muncul pada 21 Desember 2022 dari UGD Rumah Sakit Haji Jakarta. Pasien berusia 4,2 tahun dan datang dengan keluhan sakit perut yang hebat setelah mengonsumsi ciki ngebul.
"Kalau total yang dilaporkan dengan gejala di Ponorogo satu orang, Tasikmalaya 23 orang, tetapi tujuh yang bergejala, satu orang di rumah sakit Jakarta. Satu lagi baru dilaporkan dari Jawa Timur. Jadi ada sekitar 10 kasus dengan gejala," lanjut Anas Ma'ruf.
Jika melihat data Kemenkes RI yang ada pada tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada laporan keracunan pangan yang berkaitan dengan nitrogen cair dalam ciki ngebul.
"Dari data yang kami dapatkan, baru ada kejadian (keracunan) terekam itu 2022. Kami cek kembali tahun 2021, 2022, dari laporan kejadian keracunan pangan itu tidak ada laporan," pungkas Anas.