Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi dr M. Imran mengingatkan agar jemaah haji Indonesia mewaspadai suhu panas di Madinah. Jemaah haji harus menyiapkan perlindungan tambahan agar tetap bisa menjalankan ibadah dengan sempurna meski di tengah cuaca panas.
"Jemaah harus waspadai cuaca panas di Madinah. Panas di Madinah akan terasa lebih menyengat naum tubuh tidak berkeringat. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang bisa menghambat jemaah untuk menjalankan ibadah," ujar Imran.
Baca Juga
Madinah memasuki musim panas pada akhir Mei. Pada masa ini, suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat Celsius atau lebih. Jika dibandingkan dengan di Tanah Air, kelembapan udara di Madinah lebih rendah.
Advertisement
Kelembapan udara yang rendah menyebabkan panas terasa lebih menyengat namun tubuh tidak berkeringat. Diketahui bahwa berkeringat merupakan mekanisme untuk menstabilkan suhu tubuh.
Terkait masalah kesehatan yang dihadapi jemaah haji saat cuaca panas di Madinah, setidaknya ada lima penyakit yang kerap muncul.
Kelima penyakit tersebut yakni:
1. Infeksi saluran pernapasan atas (ispa)
Gejala yang sering muncul yaitu batuk. Udara kering Madinah bisa menyebabkan lapisan di dalam mulut dan hidung menjadi kering dan memicu terjadinya batuk.
2. Dehidrasi
Kelembapan udara Madinah yang rendah sering membuat jemaah haji mengalami dehidrasi cukup serius. Ini karena merasa tidak merasa langsung haus ketika beraktivitas di luar ruangan. Gejala yang sering dialami ketika dehidrasi yaitu pusing.
Kondisi dehidrasi sangat berbahaya bagi jemaah lansia karena banyak di antara mereka yang mengalami persepsi haus. Sensasi haus pada lansia sedikit lambat maka ketika lansia merasa haus, artinya telah dalam keadaan dehidrasi berat.
Oleh karena itu, jemaah haji disarankan setiap 1 jam harus minum air sebanyak 250 ml yang dilakukan bertahap seperti sekali minum cukup 2 atau 3 teguk secara pelahan. Langkah ini bisa mencegah tenggorokan kering sehingga tidak memicu timbulnya batuk. Kebiasaan minum ini juga bisa mencegah terjadinya dehidrasi karena cuaca panas.
3. Heat Exhaustion (Kelelahan karena Panas)
Aktivitas yang dilakukan jemaah di Madinah adalah aktivitas fisik. Sebagian besar jalan kaki dari hotel menuju Masjid Nabawi guna menjalankan sholat arbain.
Ibadah arbain membuat jemaah haji beraktivitas fisik lebih dengan berjalan dari hotel ke masjid atau sebaliknya. Jemaah haji juga akan lebih sering terpapar sinar matahari terik terutama di waktu sholat zuhur dan ashar sehingga bisa memicu heat exhaustion.
Gejala yang sering muncul dari kondisi heat exhaustion yakni : pusing, kram otot, dan keringat dingin hingga pingsan.
“Di Madinah, jemaah haji akan menjalankan sholat arbain. Dalam satu hari, jemaah akan berulang ke masjid Nabawi untuk menjalankan sholat wajib. Jemaah beresiko mengalami kelelahan dan terpapar sinar matahari terik terutama di waktu zuhur dan ashar,” kata Imran.
Untuk mencegah heat exhaustion, jemaah haji disarankan menggunakan payung, membawa botol penyemprot air, serta menegnakan masker terutama ketika berkegiatan di luar hotel. Botol penyemprot air bisa diisi air dingin untuk disemprotkan sebagai pengganti keringat untuk mendinginkan badan. Disarankan juga bagi jemaah menggunakan baju lengan panjang agar terlindung dari paparan langsung sinar matahari.
Advertisement
4. Heat Stroke
Ini merupakan tingkat lanjut dari heat exhaustion. Apabila kondisi heat exhaustion tidak segera mendapat penanganan, maka bisa segera menjadi kondisi heat stroke. Heat stroke adalah gangguan organ baik otak, jantung hingga ginjal karena suhu sehingga membuat seseorang mengalami kondisi seperti pasien stroke.
Pencegahan heat stroke sama halnya dengan heat exhaustion. Jika terjadi gejala heat exhaustion, segeralah menuju tempat yang teduh, kemudian basahi kepala dengan air. Jika tidak ditangani dengan benar maka kondisi heat stroke tidak dapat dihindari dan perlu dirujuk ke rumah sakit.
“Jika menemukan jemaah haji pingsan karena heat stroke maka jemaah tersebut harus dibawa ke tempat yang teduh dan basahi badannya dengan air dingin,” ucap Imran.
5. Kaki Melepuh
Banyak jemaah haji yang kehilangan alas kaki ketika berada di Masjid Nabawi. Hal ini bisa menyebabkan kaki melepuh.
“Banyak jemaah kita yang masih membawa kebiasaan di Tanah Air yaitu meninggalkan sandal di depan masjid. Di Masjid Nabawai besar kemungkinan akan hilang karena banyaknya jemaah. Bisa juga jemaah keluar dari masjid dengan pintu yang berbeda sehingga tidak menemukan sandalnya,” tutur Imran.
Kondisi kaki melepuh ini memerlukan penanganan lebih lanjut dan bisa membuat ibadah terhambat.
“Jemaah dengan kaki melepuh bisa dirawat di KKHI selama kurang lebih 10 hari sehingga tertinggal rangkaian ibadahnya. Belum lagi jika pasien memiliki penyakit penyerta seperti diabetes melitus yang menyebabkan penyembuhan bisa mencapai 2 minggu,” imbuh dr Imran.
Untuk mengatasi kaki melepuh, jemaah haji di imbau jemaah haji agar membawa kantung untuk tempat sandal saat hendak salat di Masjid Nabawi. Selama di dalam masjid sandal bisa disimpan di kantung dan dibawa sendiri-sendiri.
Jemaah disarankan untuk membawa sendiri sandalnya dan tidak menitipkan kepada temannya karena ada risiko terpisah dari rombongannya. Bila jemaah kehilangan sendal pada saat matahari masih terik, diimbau juga untuk tetap berada di masjid.
“Supaya tidak terjadi kasus kaki melepuh, sandal disimpan di dalam kantung dan dibawa masuk ke masjid. Jemaah harus membawa sendiri dan jangan dititipkan temannya karena ada kemungkinan untuk terpisah dari rombongan,” ungkapnya.
Dengan melakukan pencegahan yang cukup, diharapkan jemaah haji dapat terhindar dari masalah kesehatan karena suhu panas dan beribadah dengan lancar. Jika jemaah haji memiliki masalah kesehatan, diimbau untuk segera berkonsultasi dengan tenaga Kesehatan di kloter masing-masing.
Advertisement