Musim Hujan Tiba, Menkes Budi Wanti-wanti Kasus Demam Berdarah Dengue Naik

Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD dapat naik saat musim hujan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 09 Nov 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2023, 06:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD dapat naik saat musim hujan. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah daerah di Indonesia sudah mulai memasuki musim hujan pada November 2023. Seiring itu, masyarakat perlu mewaspadai peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menuturkan, nyamuk Aedes aegypti pembawa demam berdarah dengue memang selalu persisten, terutama pada saat musim hujan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Oktober 2023, kasus dengue terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi.

"Musim hujan pasti naik dengue. Jadi kita lakukan strateginya, memang dari dulu surveilans yang kita perbaiki, tapi karena ini nyamuk ada manajemen vektornya, sekarang ada pergeseran," tutur Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

"Kalau dulu dipastikan dipotong sesedikit mungkin nyamuknya, tapi teknologi sekarang yang sudah diterapkan di Brasil, di Bangladesh kemudian juga di Singapura, mereka membuat nyamuknya tidak bisa menularkan dengue. Penelitiannya dilakukan di Universitas Gadjah Mada."

Teknologi pengendalian dengue di atas dinamakan inovasi nyamuk Wolbachia.

Daerah Pelaksanaan Wolbachia

Budi Gunadi memaparkan kota-kota yang dilakukan pelaksanaan inovasi Wolbachia.

"Kementerian Kesehatan mengadopsi Wolbachia di Semarang, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang. Ini daerah-daerah yang endemis tinggi, sedangkan Denpasar ada bantuan dari lembaga internasional yang kita sudah jalan," paparnya.

Beternak Nyamuk

Menkes Budi Gunadi Sadikin menyampaikan saat launching program pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui teknologi Wolbachia di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

"Yang ini manajemen vektornya lucu. Jadi kita minta ternak nyamuk-nyamuknya. Kita bekerja sama-sama UGM yang sudah membuat teknologi untuk beternak nyamuk ini," ujarnya.

Hingga minggu ke-40 tahun 2023, Kemenkes mencatat terdapat 68.996 kasus DBD dengan kasus kematian 498 jiwa.

"Sampai minggu ke-40 terdapat 68.996 kasus dengan 498 kematian insiden rate 25,10 per 100.000 penduduk dan case fatality rate 0,72 persen," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pada Senin, 16 Oktober 2023.

Nadia mengatakan 68.000 lebih kasus tersebut dilaporkan terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi, sedangkan kasus kematian akibat virus dengue terjadi di 195 kabupaten/kota di 32 provinsi.

Wolbachia di Kupang

Ilustrasi nyamuk malaria
Ilustrasi Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk. Foto oleh Laszlo Fatrai dari Pexels

Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk. Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue yang ada pada nyamuk Aedes aegypti sehingga tidak akan menular ke manusia.

Dalam program ini, bakteri Wolbachia dimasukan ke telur nyamuk Aedes aegypti agar tidak menularkan virus dengue.

Langkah selanjutnya, untuk penanganan demam berdarah dengue, Kemenkes akan menyebarkan ember berisi telur nyamuk yang sudah ada bakteri Wolbachia ke warga setempat di Kota Kupang.

Sebagai percontohan, implementasi Wolbachia ini akan dilakukan di Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT, karena angka kesakitannya paling tinggi dan kepadatan penduduknya paling banyak.

Pemeliharaan telur nyamuk dilakukan oleh warga selama dua minggu hingga menetas. Selain telur nyamuk, warga juga akan dibagikan pakannya, dikutip dalam keterangan Kemenkes pada 24 Oktober 2023.

Jumlah Populasi Nyamuk ber-Wolbachia 

Telur-telur nyamuk Wolbachia itu didistribusikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang diternakan oleh program studi Entomologi, Fakultas Biologi.

Kebutuhan per minggu, khususnya untuk Kecamatan Oebobo sebanyak 700.000 telur. Kemudian untuk Kota Kupang keseluruhan tiap minggu butuh 2,6 juta telur nyamuk Wolbachia.

Diharapkan dalam satu tahun, jumlah populasi nyamuk ber-wolbachia sudah sampai 80 persen dari populasi nyamuk Aedes aegypti.

Perbanyak Nyamuk Mengandung Bakteri Wolbachia

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam kunjungan ke Kupang beberapa waktu silam mengatakan, teknologi Wolbachia ini merupakan hasil penelitian UGM dan dipakai antara oleh Brazil, Vietnam, dan Australia.

"Kita melihat ini (Wolbachia) bagus, makanya kita lakukan pilot project di 4 kabupaten/kota, dan Kupang salah satunya," ujarnya.

Edukasi ke masyarakat sangat dibutuhkan. Implementasi Wolbachia bukan dengan mengurangi jumlah nyamuk, tapi memperbanyak nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia.

"Mudah-mudahan, dengan pilot project ini penularan dengue yang lumayan banyak bisa menurun," ucap Menkes Budi.

Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, tujuan dari pelaksanaan launching Wolbachia di Kupang adalah diperolehnya komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian dengue di Indonesia.

Khususnya di Kota Kupang dalam mensukseskan pilot project implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

"Seluruh instansi terkait baik pusat maupun daerah harus berkomitmen dalam mengimplementasikan Wolbachia," kata Maxi.

Infografis Musim Hujan Datang, La Nina Mengintai. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Musim Hujan Datang, La Nina Mengintai. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya