Liputan6.com, Jakarta - Ubi jalar adalah jenis umbi-umbian yang banyak ditemukan di Indonesia. Ubi diyakini memiliki kandungan antioksidan yang melindungi sel tubuh dari kerusakan.
Nutrisi dalam ubi jalar juga sangat baik untuk usus, mata, sistem kekebalan tubuh, dan banyak lagi. Ubi jalar kaya akan vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, vitamin C, potasium, serat, dan zinc.
Baca Juga
Manfaat Ubi Jalar bagi Kesehatan
Melansir Verywell Health pada Selasa, 21 November 2023, ubi jalar memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan termasuk:
Advertisement
1. Manfaat Ubi Jalar bagi Usus
Penelitian menemukan bahwa serat yang terkandung dalam ubi jalar baik untuk kesehatan usus. Serat dalam ubi jalar ungu bertindak sebagai prebiotik.
Prebiotik merangsang pertumbuhan bakteri usus yang sehat dan membantu meningkatkan pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan.
Para peneliti telah menemukan, ubi jalar bermanfaat bagi penghalang usus (struktur yang memungkinkan tubuh menyerap nutrisi dan memblokir zat berbahaya).
"Ubi jalar secara tradisional juga diandalkan untuk mengatasi diare dan masalah perut lainnya," mengutip Verywell Health.
2. Manfaat Ubi Jalar sebagai Antikanker
Selain baik untuk usus, penelitian juga menemukan bahwa ubi jalar memiliki manfaat antikanker. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa ubi jalar ungu menghambat pertumbuhan jenis sel kanker berikut:
- Kanker payudara
- Kanker lambung (kanker lambung)
- Adenokarsinoma usus besar (sejenis kanker yang mempengaruhi kelenjar).
Ubi mengandung fitokimia yang dapat mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil di dalam tubuh.
Mereka dibuat sebagai produk sampingan normal dari metabolisme dan paparan racun lingkungan. Radikal bebas merusak sel dan mengubah DNA, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker.
3. Ubi Memiliki Manfaat untuk Kesehatan Mata
Bukan cuma Fitokimia, ubi juga mengandung polifenol. Ini adalah bentuk antioksidan yang paling mudah didapat dalam makanan. Dan ubi jalar mengandung bahan kimia ini, yang melindungi kesehatan mata dan retina.
Penelitian menemukan bahwa antosianin (pigmen warna) yang ditemukan dalam ubi jalar memiliki respons anti inflamasi pada permukaan mata dan dapat mengobati penyakit mata, termasuk sindrom mata kering.
4. Manfaat Ubi Jalar untuk Otak
Manfaat potensial lain dari antioksidan dalam ubi jalar adalah pengaruhnya terhadap daya ingat.
Meskipun penelitian pada manusia mengenai hal ini masih kurang, beberapa penelitian pada hewan menemukan bahwa ubi jalar memiliki efek meningkatkan daya ingat.
Sebuah tinjauan menemukan bahwa ekstrak ubi jalar meningkatkan pembelajaran spasial dan memori pada model tikus dan bahkan memperbaiki gangguan memori.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bagaimana hasil ini dapat diterapkan pada manusia.
Advertisement
5. Ubi Jalar Manfaat sebagai Anti Inflamasi
Sama seperti antioksidan yang melindungi tubuh dari kanker dengan memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas, antioksidan juga mengurangi peradangan.
Peradangan pada tubuh yang bersifat kronis dapat menimbulkan kondisi kesehatan seperti:
- Penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis
- Depresi
- Kanker
- Penyakit jantung
- Tekanan darah tinggi
- Penyakit radang usus (IBD), termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulserativa
- Penyakit paru-paru seperti asma
- Penyakit Parkinson
- Diabetes tipe 2.
Mengonsumsi makanan, seperti ubi jalar, yang tinggi antioksidan adalah cara terbaik untuk mengendalikan peradangan secara alami.
6. Manfaat Ubi Jalar untuk Jantung
Tak henti di situ, serat makanan dalam ubi jalar juga sangat baik untuk jantung. Pola makan sehat yang mencakup serat makanan yang cukup dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular (jantung).
Itu karena serat makanan berikatan dengan asam empedu, mencegah reabsorpsi di hati dan menghambat pembentukan kolesterol.
Dalam sebuah penelitian, partisipan yang mengonsumsi ubi jalar dan singkong mengalami peningkatan kolesterol high-density lipoprotein (HDL/kolesterol baik) dan menurunkan kolesterol low-density lipoprotein (LDL/kolesterol jahat) dibandingkan dengan kelompok kontrol, yang mengonsumsi roti.
Advertisement