Paus Fransiskus: Banyak Pasangan Tidak Mau Punya Anak, Pilih Pelihara Kucing atau Anjing

Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa banyak pasangan di zaman modern ini memilih untuk tidak memiliki anak. Banyak pasangan memilih memelihara anjing atau kucing saja daripada punya anak.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Sep 2024, 07:35 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 07:20 WIB
Tiba di Katedral Jakarta, Paus Fransiskus Disambut Meriah
Paus Fransiskus sebut pasangan di banyak negara enggak memiliki anak lebih pilih pelihara kucing atau anjing. (Tiziana FABI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa banyak pasangan di zaman modern ini memilih untuk tidak memiliki anak. Banyak pasangan memilih memelihara anjing atau kucing saja daripada punya anak.

"Banyak (pasangan di berbagai) negara tidak mau memiliki anak lebih memilih memelihara anjing atau kucing," kata Paus Fransiskus saat berada di Istana Merdeka bertemu Presiden Joko Widodo pada Rabu, 4 September 2024.

Namun, saat berada di Indonesia ia senang bahwa pasangan di sini masih memiliki keinginan punya anak. Bukan cuma satu atau dua, Paus Fransiskus mendengar bahwa banyak pasangan di Indonesia sampai punya 4 anak.

"Mendengar bahwa keluarga (di Indonesia) memilik 3-4 anak, ini sebuah contoh bagus banyak negara," kata Paus Fransiskus.

Melihat Angka Kesuburan di Indonesia

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik angka kesuburan atau total fertility rate (TFR) di Indonesia adalah 2,18 (tahun 2021). Ini artinya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur/reproduksinya di angka 2,1.

Angka kesuburan yang terakhir sebenarnya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 dimana berada di 2,45. Lalu, tahun-tahun sebelum itu sempat di angka 2,7.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo sempat mengatakan bahwa pihaknya terus menjaga angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) di angka 2,1 agar penduduk tumbuh seimbang.

"Memang kita untuk menjaga penduduk tumbuh seimbang dibuat rata-rata 2,1. Kalau saya bilang rata-rata satu perempuan melahirkan satu anak perempuan itu harapan, bukan paksaan. Jangan dipelintir-pelintir, tujuannya agar penduduk tumbuh seimbang," ujar Hasto beberapa waktu lalu. 

 

Ada Provinsi dengan Angka Kelahiran di Bawah 2

Dokter Hasto Wardoyo mengatakan bahwa bila data secara nasional adalah 2,1 tapi ada beberapa provinsi yang angkanya di bawah dua.

"Di Jogja rata-rata keluarga itu melahirkan sudah di bawah dua. Jadi kalau Jogja ini sudah 1,9," kata Hasto beberapa waktu lalu.

Kondisi ini, disebut Hasto, kurang ideal untuk perkembangan daerah tersebut. Apalagi kemudian ada potensi mengalami penurunan populasi.

"Makanya hati-hati untuk daerah-daerah tertentu seperti DKI, Bali, DIY ini bisa mengalami minus growth. Jadi populasi bisa menurun," tutur Hasto.

 

Angka Kelahiran di Negara Lain Turun

Beberapa negara di Asia menunjukkan penuruan angka kesuburan seperti di Singapura, Jepang, Korea Selatan.

Di Singapura, untuk pertama kali dalam sejarah, tingkat kesuburan total penduduk Singapura di bawah 1,0. Perkiraan awal menunjukkan bahwa tingkat kesuburan total turun menjadi 0,97 pada tahun 2023.

Angka tersebut menurun lebih jauh dari rekor sebelumnya yaitu 1,04 pada tahun 2022 dan 1,12 pada tahun 2021, dilansir dari CNA.

Beberapa orang juga khawatir tentang biaya membesarkan anak, tekanan untuk menjadi orang tua yang baik, atau kesulitan dalam mengatur pekerjaan dan keluarga, tambahnya.

Menteri Indranee Rajah juga mencatat bahwa tingkat kesuburan yang rendah di Singapura merupakan bagian dari tren global di mana prioritas individu dan norma masyarakat telah berubah.

  

Angka Kelahiran di Korea

Penurunan angka kelahiran juga terjadi di Korea Selatan, pada 2022 ada 249.000 bayi yang lahir. Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 4,4 persen dari tahun-tahun sebelumnya dan mencatat bahwa ini merupakan tahun ketiga secara berturut-turut angka kematian telah melampaui angka kelahiran di negara ekonomi keempat terbesar di Asia tersebut.

"Jumlah rata-rata bayi yang diharapkan per wanita Korea Selatan selama masa reproduksinya turun menjadi 0,78 pada tahun 2022, turun dari 0,81 setahun sebelumnya," kata laporan tersebut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya