Anda penderita `sleep apnea` atau ngorok? jangan khawatir? Gangguan ini dapat diselesaikan. Hanya dengan terapi Continuous positive airway pressure therapy (CPAP) selama dua bulan semuanya beres.
Setidaknya dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Sleep Medicine, sebanyak 20 orang dewasa yang menderita obstructive sleep apnea (gangguan mendengkur) membuktikannya.
Obstructive Sleep Apnea juga disebut obstructive sleep apnea syndrome. Hal ini terjadi secara berulang saat saluran udara bagian atas di tenggorokan tertutup separuh atau semuanya.
Saat tidur, otot diafragma dan otot dada bekerja lebih keras membuka saluran udara dan menark udara masuk ke paru-paru. Saat bernapas, biasanya disertai dengan hembusan napas, dengusan, dan sentakan tubuh.
Pada episode ini biasanya akan dibarengi dengan keluarnya suara yang sering kita sebut ngorok (mendengkur). Terhambatnya saluran udara pernapasan, dapat mengurangi aliran oksigen menuju organ-organ vital dan menyebabkan tidak teraturnya ritme jantung. Obstructive Sleep Apnea umumnya terkait dengan gangguan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, depresi dan stroke.
Masker
Dengan terapi CPAP, pasien cukup memakai masker wajah saat tidur, guna membuka jalan untuk napasnya. Dengan pengobatan ini, dengkuran dapat dikurangi atau dihilangkan.
Demi melihat seberapa tertariknya pasien terhadap terapi ini, maka digunakanlah sistem yang dikenal dengan `Fotogrametri` untuk mengambil foto 3 dimensi (3D), sebelum dan dua bulan setelah pasien menjalani terapi CPAP ini.
Hasil yang dapat secara meyeluruh, 68 persen pasien tampak lebih waspada setelah pengobatan, 67 persen tampak lebih menarik dari biasanya, dan 64 persen dinilai tampak lebih muda. Dengan ini, peneliti berharap penelitiannya akan mendorong pasien untuk menerima pengobatan sleep apnea ini.
"Ini dapat membantu meyakinkan pasien untuk menggunakan mesin CPAP mereka di dasar malam," kata pemimpin dari Sleep Disorders Center di University of Michigan, Dr Ronald D, seperti dikutip Fox News, Selasa (17/9/2013)
(Adt/Abd)
Setidaknya dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Sleep Medicine, sebanyak 20 orang dewasa yang menderita obstructive sleep apnea (gangguan mendengkur) membuktikannya.
Obstructive Sleep Apnea juga disebut obstructive sleep apnea syndrome. Hal ini terjadi secara berulang saat saluran udara bagian atas di tenggorokan tertutup separuh atau semuanya.
Saat tidur, otot diafragma dan otot dada bekerja lebih keras membuka saluran udara dan menark udara masuk ke paru-paru. Saat bernapas, biasanya disertai dengan hembusan napas, dengusan, dan sentakan tubuh.
Pada episode ini biasanya akan dibarengi dengan keluarnya suara yang sering kita sebut ngorok (mendengkur). Terhambatnya saluran udara pernapasan, dapat mengurangi aliran oksigen menuju organ-organ vital dan menyebabkan tidak teraturnya ritme jantung. Obstructive Sleep Apnea umumnya terkait dengan gangguan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, depresi dan stroke.
Masker
Dengan terapi CPAP, pasien cukup memakai masker wajah saat tidur, guna membuka jalan untuk napasnya. Dengan pengobatan ini, dengkuran dapat dikurangi atau dihilangkan.
Demi melihat seberapa tertariknya pasien terhadap terapi ini, maka digunakanlah sistem yang dikenal dengan `Fotogrametri` untuk mengambil foto 3 dimensi (3D), sebelum dan dua bulan setelah pasien menjalani terapi CPAP ini.
Hasil yang dapat secara meyeluruh, 68 persen pasien tampak lebih waspada setelah pengobatan, 67 persen tampak lebih menarik dari biasanya, dan 64 persen dinilai tampak lebih muda. Dengan ini, peneliti berharap penelitiannya akan mendorong pasien untuk menerima pengobatan sleep apnea ini.
"Ini dapat membantu meyakinkan pasien untuk menggunakan mesin CPAP mereka di dasar malam," kata pemimpin dari Sleep Disorders Center di University of Michigan, Dr Ronald D, seperti dikutip Fox News, Selasa (17/9/2013)
(Adt/Abd)