Kisah Thalhah Bin Ubaidillah, Pahlawan Perang Uhud yang Dijamin Masuk Surga

Simak kisah dari Thalhah Bin Ubaidillah yang menjadi perisai bagi Rasulullah dalam pertempuran dengan orang kafir di jalan Allah.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 18 Mei 2023, 13:20 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2023, 13:20 WIB
Kisah Thalhah Bin Ubaidillah, Pahlawan Perang Uhud yang Dijamin Masuk Surga
Gambar Ilustrasi orang naik kuda (istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kisah Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah satu sejarah Islam yang perlu diketahui oleh umat Muslim. Kisah hidup dari Thalhah bin Ubaidillah tertulis pada kitab-kitab dan buku Islam.

Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang wafat dalam Perang Jamal saat melindungi dan menjadi perisai untuk Nabi Muhammad saw. Kisah heroiknya ini yang membuatnya menjdi salah satu pahlawan Perang Uhud yang akan masuk surga atau disebut dengan syahid.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيدٍ يَمْشِى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ

“Siapa yang ingin melihat seorang syahid yang berjalan di atas muka bumi, lihatlah pada Thalhah bin ‘Ubaidillah.” (HR. Tirmidzi, no. 3739 dan Ibnu Majah, no. 125. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Berikut Liputan6.com ulas mengenai kisah Thalhah bin Ubaidillah sebagai perisai dan pahlawan Perang Uhud dijamin masuk Surga atau syahid yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (18/5/2023).

Kisah Thalhah Bin Ubaidillah Ketika Masuk Islam

Kisah Thalhah Bin Ubaidillah, Pahlawan Perang Uhud yang Dijamin Masuk Surga
Doc: Liputan6.com

Kisah Thalhah bin Ubaidillah sendiri dimulai saat ia lahir di Mekkah pada tahun 28 sebelum hijrah. Nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah saw pada Murrah dan dengan nasab Abu Bakar Ash-shiddiq pada Ta’im bin Murrah. Mereka berdua berasal dari Kabilah Ta’im.

Thalhah bin Ubaidillah dikenal sebagai seorang sahabat nabi yang berasal dari Quraisy, nama lengkapnya adalah Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Kaab bin Said. Thalhah bin Ubaidillah juga termasuk enam konsultan Nabi Muhammad dan sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.

Masyarakat pada waktu itu menjuluki Thalhah bin Ubaidillah sebagai  Burung Elang Perang Uhud. Julukan Burung Elang Perang Uhud diberikan kepadanya lantaran penglihatannya yang tajam bak burung elang. Ia adalah sepupu dari khalifah pertama Abu Bakar bin Abu Quhafah dan selalu ikut dalam berbagai peperangan pada periode awal Islam serta mampu menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya.

Thalhah juga merupakan pengikut Rasulullah SAW dalam salah satu gelombang pertama orang yang masuk Islam. Semasa hidupnya, Rasulullah SAW memberikan banyak gelar padanya karena keistimewaan yang dimiliki Thalhah, yaitu Thalhah Al-Khair (Thalhah yang baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang murah hati), dan Thalhah Al-Jud (Thalhah yang dermawan).

Awalnya sebelum masuk Islam, Thalhah mengetahui sosok Rasulullah dari seorang pendeta di wilayah Basrah. Berbulan-bulania mencari siapa sosok seseorang (nabi) yang banyak diceritakan orang tersebut, hatinya pun tak tenang jika belum bertemu dan berbincang dengan Rasulullah SAW.

Pendeta ini mengabarkan tentang telah diutusnya seorang nabi di negeri Haram (sekarang Makkah), namanya Ahmad bin Abdullah. Kata-kata ini terus membekas dalam benak Thalhah bin Ubaidillah.

Maka sekembalinya ke Mekah, ia bertanya hal itu pada masyarakat di sana, “Apakah ada kejadian yang luar bisa selama ia berada di Syam?” Mereka menjawab, “Ada” Ia adalah Muhammad bin Abdullah yang (menganggap) dirinya telah menjadi seorang Nabi.

Thalhah bertanya lagi, “Apakah sudah ada pengunjung? (yang mengunjungi dan mempercayai Nabi Muhammad).”

Mereka menjawab: “Sudah ada, di antaranya adalah Abu Bakar, dia juga telah beriman atas risalah Muhammad.”

Lalu Ia mendatangi Abu Bakar dan mengundang perihal nama Muhammad tersebut.

Thalhah bertanya, "Apakah dia punya nama lain?"

Abu Bakar menjawab, “Iya, yaitu Ahmad bin Abdullah."

Maka Thalhah pun menemui Rasulullah bersama Abu Bakar dan bersyahadat di depan Rasulullah saw.

Silsilah Kehidupan Pribadi Thalhah Bin Ubaidillah

Selain berperang membela jalan Allah SWT, Thalhah bin Ubaidillah adalah seorang saudagar kaya yang memiliki banyak harta melimpah. Semasa mudanya, Thalhah adalah pebisnis sukses hingga ia bergelar hartawan. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang. Ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.

Walau sangat berlimpah harta, kekayaan itu tidak membuatnya sombong. Thalhah justru sangat dermawan. Thalhah sangat suka berderma karena ia pusing bagaimana menghabiskan harta yang dimilikinya itu.

Kekayaan Thalhah tidak kaleng-kaleng. Saat itu Thalhah menerima harta dari Hadramaut, sebuah lembah di Yaman, senilai 700 ribu dirham (setara dengan Rp 35 miliar sekarang). Kemudian istrinya, Su'da binti Auf, menyarankan untuk membagikan harta tersebut pada fakir miskin. Menyetujui saran istrinya, Thalhah pun membagikan hartanya hingga tak bersisa sedikit pun. Thalhah juga dikenal suka memodali para pemuda muslim yang sudah cukup waktu untuk menikah, tetapi belum mampu agar segera menikah.

Thalhah Bin Ubaidillah Selalu Disamping Rasulullah

Kisah Thalhah Bin Ubaidillah, Pahlawan Perang Uhud yang Dijamin Masuk Surga
Ilustrasi - Perumahan Bani Hasyim dalam peristiwa pengasingan Nabi dan kabilahnya oleh suku Quraisy. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Setelah menyatakan syahadat dan masuk Islam, Thalhah bin Ubaidillah melihat bahwa dirinya bukanlah orang biasa melainkan saudagar terpandang di tanah Arab, membuatnya mendapat penganiayaan dari kaum Quraisy (kaumnya sendiri) karena masuk Islam.

Kemudian Naufal bin Khuwailid yang mendapat julukan Singa Quraisy melindunginya dan membuat Thalhah lebih leluasa menjadi seorang muslim. Mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah, Thalhah tidak pernah absen membela kebenaran, ia selalu berada di sanding Rasulullah.

Satu-satunya hari di mana ia absen memerangi kaum musyrik adalah saat Perang Badar, saat ia harus memenuhi tugas ke Madinah bersama Sa'id bin Zaid. Sempat merasa sedih tidak ambil andil dalam Perang Badar, namun Rasulullah mengingatkan Thalhah bahwa pahala yang didapatkannya sama dengan mereka yang berperang, karena ia berdiri di jalan Islam. Hal ini juga membuatnya menjadi seorang Ahli Badar, di mana ia dianggap hadir dalam perang tersebut meskipun tengah absen untuk memata-matai kekuatan kaum Quraisy.

Luka Parah Saat Perang Uhud

Kisah Thalhah Bin Ubaidillah, Pahlawan Perang Uhud yang Dijamin Masuk Surga
Ilustrasi panah

Setelah selesai untuk memata-matai kaum Quraisy, Thalhah bin Ubaidillah kembali menemani Rasulullah untuk bertempur di Gunung Uhud. Di sana, pertempuran dengan kaum kafir pun di mulai, Rasulullah yang menjadi sasaran empuknya. Orang kafir menghujani anak panah ke arah Rasulullah, isanalah Thalhah sebagai tameng yang melindungi tubuh mulia Rasulullah saw.

Sejarah mengatakan bahwa hujan panah semua mengarah kepada Rasulullah saw. sehingga tubuh Nabi berlumuran darah. Ketika Tahlah bin Ubaidillah mengetahui bahwa Nabi saw. menjadi incaran sasaran panah orang kafir, ia melompat dan merangkul Rasulullah dengan tangan kirinya sedang tangan kananya diacungkan dengan pedang. Thalhah bin Ubaidillah ingin menjadikan tameng badanya Nabi dari tusukan panah.

Ketika itu semua orang kafir mengira bahwa Rasulullah telah wafat. Rasul yang berlumuran darah lalu digendong Thalhah menaiki bukit di ujung medan pertempuran. Thalhah mencium tangan Nabi, tubuh dan kaki Nabi Muhammad Saw. seraya berkata “Saya pertaruhkan segala-galanya untuk engkau wahai Rasulullah”. Nabi Saw. tersenyum dan berkata “Engkau benar-benar Thalhah yang shaleh, Surga Allah pasti telah tersedia untuk mu.”

Abu Bakar As-Shiddiq menghitung sekitar ada 70 panah yang menancap di tubuh Thalhah dan jari tanganya sampai putus. Inilah yang membuat Abu Bakar mengatakan “Setiap teringan perang Uhud, saya pasti teringat Thalhah bin Ubaidillah.” Rasulullah Saw. juga bersabda “Barang siapa yang ingin melihat orang syahid tapi masih hidup dan berjalan di bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.” 

Sebab Thalhah bin Ubaidillah masih hidup meski banyak luka di sekujur tubuhnya. Luka ditubuhnya yakni, 70 anak panah, 79 luka tebasan pedang, tusukan tombak, dan pergelangan tangannya sampai putus sebelah.

Banyak yang mengira Thalhah bin Ubaidillah telah gugur, nyatanya ia hanya pingsan. Karena itulah, Thalhah bin Ubaidillah mendapatkan sebutan syahid yang hidup.

Thalhah Bin Ubaidillah Wafat Sebagai Syahid

Atas keridhoannya dalam melindungi Rasulullah dan telah berani menghadang musuh di jalan Allah, Thalhah menjadi satu dari 10 sahabat Nabi Muhammad yang dijanjikan Allah untuk masuk surga setelah Rasulullah menyebut nama Ali bin Abi Thalib sebagai ahli surga sebelum dirinya.

Thalhah syahid pada usia enam puluh tahun dalam berita perang Jamal, wafatnya terjadi sewaktu pertempuran "Aljamal," Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali bin Abi Thalib dan Ali memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya, maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian ia wafat karena lukanya yang cukup dalam.

Rasulullah pernah berkata kepada para sahabat, "Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas Bumi maka lihatlah Thalhah.”

Hal itu juga dikatakan Allah dalam firman-Nya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya." (Al-Ahzaab: 23)

Ada pula sumber lain yang memberikan keterangan bahwa Thalhah wafat pada hari Khamis 10 Jamadil Akhir 36 H. Ada pula yang mengatakan bahwa ada sebatang anak panah dari arah barat yang mencucuk di lehernya. Lalu Thalhah berkata, ”Bismillah, sesungguhnya takdir Allah adalah sesuatu yang telah ditetapkan.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya