Liputan6.com, Jakarta - Manusia sering kali dihadapkan pada pilihan dalam menjalani kehidupan. Salah satu pilihan besar adalah meniru sifat baik yang diajarkan para nabi atau justru mengikuti langkah-langkah iblis yang penuh kesombongan.
Buya Yahya Pengasuh Ponpes Al Bahjah mengingatkan bahwa manusia adalah keturunan Nabi Adam, bukan keturunan iblis. Namun, sering kali manusia justru lebih mirip dengan iblis dalam sikap dan perilakunya.
Advertisement
"Kita ini cucu iblis atau cucu Nabi Adam? Kenapa kalau cucu Nabi Adam diingatkan malah marah? Kepada istri kok marah, kepada kawan marah, gara-gara diingatkan kita tidak mau lagi duduk bersama, bahkan sampai memblokir kontaknya," ujar Buya Yahya dalam tayangan yang dinukil dari kanal YouTube @albahjah-tv.
Advertisement
Kesombongan sering kali menjadi pemicu utama seseorang sulit menerima nasihat. Padahal, dalam Islam, sikap rendah hati dan mau menerima peringatan adalah ciri orang yang beriman.
Menurut Buya Yahya, rumah tangga yang dipenuhi kesombongan akan berubah menjadi rumah yang penuh ketegangan. Suami dan istri yang tidak bisa saling mengalah hanya akan menciptakan suasana yang tidak harmonis.
"Kenapa kita mengikuti iblis? Sehingga rumah kita menjadi rumah setan, penuh kekerasan, bukan rumah keindahan. Karena di rumah ada kesombongan, istri sombong kepada suami, suami sombong kepada istri," jelasnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Sifat Sombong Merusak Segalanya
Sikap sombong tidak hanya merusak hubungan dalam rumah tangga, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang sombong akan sulit menerima kritik, meskipun kritik itu untuk kebaikan dirinya.
Kesombongan juga menyebabkan seseorang menjadi rakus, tidak puas dengan apa yang dimiliki, dan selalu ingin lebih. Demi menjaga kesombongan, seseorang bisa melakukan kebohongan dan kecurangan.
Tidak sedikit orang yang saat diingatkan justru mencari alasan, menyalahkan orang lain, atau bahkan menolak kebenaran yang sudah jelas di hadapannya.
"Seorang suami disalahkan istri, malah mengatakan, 'Kau juga salah.' Seorang istri diingatkan suami, malah membalas, 'Kau juga salah.' Seorang kawan diingatkan kawan, bukannya berterima kasih, malah membela diri," tambah Buya Yahya.
Padahal, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Orang yang bijak akan mudah menerima teguran dan segera memperbaiki diri.
Orang yang sombong akan merasa dirinya selalu benar dan tidak mau mendengarkan nasihat dari siapa pun. Bahkan, ada yang meremehkan orang lain hanya karena merasa lebih tinggi kedudukannya.
"Orang sombong adalah orang yang tidak bisa menerima kebenaran. Saat diingatkan, banyak beralasan, bahkan merendahkan orang lain. 'Siapa kamu? Level apa kau? Kau bukan levelku untuk mengingatkan aku,'" ungkapnya.
Sikap seperti ini adalah cerminan dari sifat iblis yang menolak perintah Allah ketika diperintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam.
Advertisement
Nabi Adam AS Sosok yang Rendah Hati
Sebaliknya, manusia adalah keturunan Nabi Adam yang memiliki sifat rendah hati. Nabi Adam sendiri memberikan contoh bagaimana seharusnya seseorang bersikap ketika melakukan kesalahan.
Ketika Nabi Adam melanggar larangan Allah dengan mendekati pohon terlarang di surga, Nabi Adam tidak mencari alasan atau menyalahkan pihak lain.
Justru dengan penuh kerendahan hati, Nabi Adam segera mengakui kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an, Nabi Adam dan Hawa berdoa, "Ya Rabb kami, sungguh kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."
Doa ini menunjukkan bagaimana seharusnya manusia bersikap. Jika melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah mengakui dan meminta ampun kepada Allah, bukan justru membela diri dengan kesombongan.
Buya Yahya menegaskan bahwa orang yang mudah menerima nasihat dan tidak sombong adalah orang yang dekat dengan sifat Nabi Adam. Sebaliknya, orang yang keras kepala dan selalu membela diri adalah orang yang mengikuti jejak iblis.
Kesombongan hanya akan membawa seseorang kepada kehancuran. Dalam kehidupan, orang sombong mungkin terlihat berhasil, tetapi pada akhirnya ia akan jatuh karena tidak mau menerima nasihat yang benar.
Dengan demikian, setiap orang harus senantiasa bercermin dan bertanya kepada diri sendiri, "Apakah aku mengikuti sifat Nabi Adam yang rendah hati atau sifat iblis yang sombong?"
Jawaban dari pertanyaan ini akan menentukan bagaimana seseorang menjalani kehidupan dan seperti apa akhirnya di hadapan Allah nanti.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)