Liputan6.com, Jakarta ADHD adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan sering berlanjut hingga dewasa. Kondisi medis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) mengakibatkan seorang anak memiliki perbedaan dalam perkembangan otak dan aktivitas otak yang mempengaruhi perhatian, kemampuan duduk diam, dan pengendalian diri.
Menurut psychiatry.org, ADHD dianggap sebagai gangguan kronis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak, termasuk di sekolah, di rumah, dan dalam hubungan pertemanan. ADHD dapat menyebabkan rendahnya harga diri dan fungsi sosial pada anak jika tidak ditangani dengan tepat.
Baca Juga
Beberapa komplikasi juga bisa terjadi pada penderita ADHD. Berikut penjelasan selengkapnya tentang penyebab, gejala, dan diagnosa ADHD, sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Rabu (23/10/2024):
Advertisement
1. Penyebab ADHD
Hingga saat ini, penyebab dan faktor risiko pasti ADHD belum diketahui, namun penelitian menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting dalam kondisi ini. Selain genetika, terdapat beberapa kemungkinan penyebab dan faktor risiko ADHD, di antaranya:
- Kerusakan otak
- Paparan terhadap racun lingkungan (misalnya timbal) selama kehamilan atau pada usia muda
- Penggunaan alkohol dan tembakau selama kehamilan
- Persalinan prematur
- Berat badan lahir rendah
Berbeda dengan pandangan yang berkembang di masyarakat, ADHD tidak disebabkan oleh terlalu banyak waktu menatap layar, pola asuh yang buruk, atau konsumsi gula yang berlebihan. Bukti kuat menunjukkan bahwa ADHD sebagian besar diwariskan dalam keluarga.
Advertisement
2. Tanda dan Gejala ADHD
Kesulitan dalam menjaga fokus selama masa kanak-kanak adalah hal yang umum. Namun, pada anak-anak dengan ADHD, gejala ini dapat berlanjut dan memburuk, menyebabkan masalah di sekolah, di rumah, atau saat berinteraksi dengan teman. Menurut kidshealth.org, anak dengan ADHD mungkin menunjukkan tanda-tanda berikut:
1. Kurangnya Perhatian
Salah satu ciri ADHD adalah rendahnya tingkat konsentrasi pada anak. Mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan menyelesaikan tugas. Anak-anak ini mungkin tidak mendengarkan instruksi dengan baik, melewatkan detail penting, dan sering kali tidak menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.
2. Hiperaktivitas
Anak-anak yang hiperaktif cenderung mudah gelisah dan cepat bosan. Mereka kesulitan duduk diam atau tetap tenang saat diperlukan. Anak-anak ini mungkin tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu dan sering kali ceroboh. Mereka suka memanjat, melompat, atau melakukan tindakan yang tidak pantas di tempat yang tidak seharusnya, dan tanpa sengaja dapat mengganggu orang lain.
3. Impulsif
Anak-anak yang impulsif cenderung bertindak terlalu cepat tanpa berpikir. Mereka sering menyela, mendorong atau meraih, dan sulit menunggu giliran. Mereka mungkin melakukan sesuatu tanpa meminta izin, mengambil barang yang bukan miliknya, atau bertindak dengan cara yang berisiko.
Beberapa gejala pada anak dengan ADHD meliputi:
- Sering melamun
- Sering lupa atau kehilangan banyak barang
- Mudah gelisah
- Berbicara berlebihan
- Ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu
- Sulit menahan godaan
- Kesulitan menunggu giliran
- Mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain
3. Diagnosis ADHD
Setiap anak terkadang mengalami kesulitan dalam memperhatikan, mendengarkan, mengikuti arahan, duduk diam, atau menunggu giliran. Hal ini tidak selalu menandakan bahwa anak tersebut memiliki ADHD. Namun, gejala ini seharusnya berkembang secara perlahan seiring pertumbuhan anak. Jika masalah ini terus berlanjut dan mulai mengganggu di sekolah, rumah, atau dalam hubungan dengan teman, bisa jadi itu adalah ADHD.
Menurut cdc.gov, anak dengan ADHD lebih sulit diatur dan gejalanya muncul lebih sering. Jika ada dugaan bahwa anak menderita ADHD, orangtua sebaiknya segera membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Hingga kini, tidak ada tes tunggal yang bisa digunakan untuk mendiagnosis ADHD.
Secara umum, untuk mendiagnosis ADHD, seseorang harus menunjukkan gejala selama lebih dari 6 bulan, dan gejala tersebut harus muncul dalam berbagai situasi. Salah satu langkah dalam proses ini adalah menjalani pemeriksaan medis, termasuk tes pendengaran dan penglihatan, untuk memastikan tidak ada faktor lain yang menyebabkan gejala tersebut
Â
Advertisement