Mongoloto Malu'o, Tradisi Sahur Perdana dengan Menu Ayam Kampung di Gorontalo

Rahman menyebutkan orang Gorontalo masih menganggap makan ayam kampung adalah makanan istimewa.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mei 2019, 22:40 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2019, 22:40 WIB
Mongoloto Malu'o, Tradisi Menyajikan Menu Ayam Untuk Sahur Perdana di Gorontalo
Mongoloto Malu'o, tradisi menyajikan menu ayam untuk sahur perdana di Gorontalo. (Liputan6.com/Andri Arnold)

Liputan6.com, Gorontalo - Pada hari pertama sahur, menu favorit biasanya menjadi hal yang tidak boleh terlewatkan tersaji di atas meja makan. Apalagi jika menu itu telah menjadi tradisi dalam masyarakat. Di Gorontalo, menu dengan bahan baku ayam kampung menjadi santapan sahur yang sering dijumpai pada awal Ramadan.

Entah sejak kapan tradisi ini berlaku, tetapi setiap menjelang bulan Ramadan, pasar-pasar tradisional akan ramai dengan pembeli maupun penjual ayam kampung.

Rahman Dako, salah seorang warga kota Gorontalo bercerita tradisi ini dikenal dengan Mongoloto Malu'o. Dalam bahasa Gorontalo, Mongoloto diartikan menyembelih, sedangkan Malu’o berarti ayam.

Ia pun menjelaskan bahwa Mongoloto Malu'o bisa dipahami sebagai tradisi masyarakat Gorontalo menyembelih dan menyajikan lauk ayam kampung untuk makan sahur pada awal Ramadan.

"Menunya beragam, ada pilitode (kari Gorontalo), bakar iloni (bakar santan), sup ayam, ayam goreng," ucapnya.

Rahman menyebutkan orang Gorontalo masih menganggap makan ayam kampung adalah makanan istimewa. Ia mengenang saat masih kecil, menu ayam jarang menjadi santapan di rumah. Hanya ada saat hajatan atau pesta dan hari istimewa seperti awal Ramadan dan Idulfitri.

"Ayam kampung butuh waktu lama untuk memelihara. Oleh karena itu, makan ayam kampung merupakan peristiwa menggembirakan," dia mengatakan.

Selain itu, Rahman menyebut jika memberi ayam kampung kepada saudara atau keluarga menjadi sebuah simbol untuk menjaga silaturahmi bila keluarga punya hajatan. Oleh karena itu, setiap menjelang awal Ramadan, setiap orang mencari ayam untuk menjadi menu sahur pada hari pertama bulan Ramadan.

"Hidangan ayam kampung menjadi bentuk memuliakan anggota keluarga yang akan berpuasa," dia menambahkan.

Tingginya permintaan ayam kampung menjelang Ramadan membuat harganya juga mengalami kenaikan. Harga yang biasanya Rp60 ribu per ekor bisa naik hingga Rp120 ribu.

Warga Kabila Kabupaten Bone Bolango Fendryanto Wolango mengaku kesulitan mencari ayam kampung karena ayam yang tersisa hanya yang seharga Rp100 ribu per ekor. Setelah berkeliling akhirnya ia mengaku berhasil mendapatkan harga yang jauh lebih murah. "Beli dua, dapat 70 (ribu) per ekor. Dijual oleh teman," ujarnya.

Bagi Fendryanto, tidak masalah harus bersusah payah mencari ayam kampung karena menu tersebut memang telah menjadi hidangan favorit keluarga besarnya terutama pada awal Ramadan. "Menunya ayam iloni dan ayam goreng," jawabnya seraya tertawa.

 

Laporan Kontributor Gorontalo Andri Arnold

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya