Mengenal Pahangga, Gula Merah Khas Gorontalo yang Diburu UMKM Lokal

Proses produksi Pahangga memerlukan ketelatenan tinggi dari para perajin. Air nira yang telah dikumpulkan dimasak dalam kuali besar dengan api sedang sambil terus diaduk agar matang merata dan tidak gosong.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 09 Feb 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2025, 14:00 WIB
Gula Merah pahangga
Pahangga, gula merah khas Gorontalo, menjadi salah satu produk tradisional yang masih bertahan (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Pahangga, gula merah khas Gorontalo, menjadi salah satu produk tradisional yang masih mempertahankan metode pembuatan alami dan unik.

Gula ini dibuat dari air nira atau air aren yang difermentasi dan dimasak secara tradisional selama enam jam hingga mengeras, sebelum akhirnya dibungkus menggunakan daun ombulo atau daun woka.

Proses produksi Pahangga memerlukan ketelatenan tinggi. Setelah air nira dikumpulkan, cairan tersebut dimasak dalam kuali besar dengan api sedang menggunakan kayu bakar.

"Selama proses pemasakan, adonan harus terus diaduk agar matang merata dan tidak gosong," kara Merjiu, petani gula aren asal Kecamatan Suwawa, Bone Bolango.

Menurut pria yang akrab disapa Ane itu, penggunaan daun ombulo atau Woka sebagai pembungkus tidak hanya berfungsi sebagai pelindung alami tetapi juga memberikan aroma khas yang menambah cita rasa gula tersebut.

"Ini yang membuat Pahangga berbeda dengan gula merah biasa," tambahnya.

Meski memiliki potensi besar, pemasaran Pahangga masih menghadapi tantangan. Produk ini sebagian besar hanya dibeki pelaku UMKM lokal yang menggunakannya sebagai bahan baku untuk makanan tradisional seperti kue cucur dan dodol khas Gorontalo.

“Permintaan ada, tapi akses pasar masih terbatas. Kami berharap bagaimana produk ini bisa dikenal lebih luas,” kata Ane.

Di sisi lain, konsumen mengakui kualitas dan keunikan Pahangga yang sulit ditemukan di produk gula merah lainnya.

“Rasanya lebih alami dan aromanya khas. Cocok sekali untuk membuat kue tradisional,” ujar Siti, warga Kota Gorontalo.

Upaya promosi secara digital menjadi salah satu harapan para perajin untuk memperluas pasar. Beberapa kelompok usaha mulai memanfaatkan platform media sosial untuk mengenalkan Pahangga kepada khalayak yang lebih luas.

“Dengan bantuan teknologi, kami ingin menjangkau pembeli di luar Gorontalo,” ujarnya.

Sebagai warisan budaya kuliner yang kaya akan nilai tradisional, Pahangga tidak hanya menawarkan cita rasa tetapi juga cerita sejarah panjang masyarakat Gorontalo.

Dengan dukungan yang tepat, gula merah khas ini berpotensi menjadi salah satu komoditas unggulan daerah yang dikenal hingga ke tingkat nasional.

Saat ini, gula merah Gorontalo di tingkat petani hanaya dihargai sebesar Rp20 ribu per kilogram. Sementara, jika dijual kembali di pasar tradisional, bisa termbus Rp 30 hingga 35 ribu per kilogram.

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya