Ketika Catatan Kecil Selamatkan Ahli Maksiat di Hari Kiamat, Apa Amalannya?

Rasulullah SAW mengisahkan seorang laki-laki yang ahli maksiat tapi dia selamat di hari kiamat karena satu catatan kecil. Catatan amal baik yang tak sebanding dengan perbuatan maksiatnya itu ternyata berdampak besar baginya di hari kiamat.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 08 Apr 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2024, 09:30 WIB
Ilustrasi hari akhir, kiamat
Ilustrasi hari akhir, kiamat. (Image by kjpargeter on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai muslim kita meyakini akan adanya hari kiamat. Bahkan, percaya kepada hari akhir termasuk salah satu rukun yang harus diimani.

Pada hari kiamat seluruh alam semesta beserta isinya hancur. Khusus orang beriman, mereka tidak akan merasakan dahsyatnya peristiwa hari kiamat, karena lebih dulu akan menghirup angin lembut yang membuatnya meninggal dunia.

Setelah alam semesta beserta isinya hancur, Allah SWT akan membangkitkan lagi seluruh manusia sejak zaman Nabi Adam As hingga yang paling terakhir. Kemudian Allah SWT kumpulkan di Padang Mahsyar dan manusia menerima catatan amalnya.

Selanjutnya manusia akan menghadapi beberapa fase pascakiamat. Inilah waktu pertanggungjawaban segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.

Seluruh catatan amal manusia yang telah diterima akan dihitung dan diperlihatkan. Amalan yang pertama kali dihisab adalah sholat. Kemudian catatan amal itu akan ditimbang. Setelahnya manusia akan menerima pembalasan dari apa yang telah diperbuatnya selama di dunia.

Menilik ke belakang, 14 abad lalu, Rasulullah SAW mengisahkan seorang laki-laki yang ahli maksiat tapi dia selamat di hari kiamat karena satu catatan kecil. Catatan amal baik yang tak sebanding dengan perbuatan maksiatnya itu ternyata berdampak besar baginya di hari kiamat. 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kisah Ahli Maksiat Selamat di Hari Kiamat

[Bintang] Fenomena Terompet Sangkakala & Ramalan-Ramalan Gagal Soal Kiamat
Ilustrasi kiamat | via: theengsi.blogspot.com

Dikisahkan ada seorang laki-laki ahli maksiat. Ia memiliki 99 catatan dosa yang tercatat oleh para malaikat. Setiap catatannya sejauh mata memandang. Pada hari kiamat catatan tersebut diperlihatkan kepada ahli maksiat itu.

Pada saat itu Allah bertanya, “Apakah engkau mengingkari ini? Apakah para malaikat-Ku  telah menzalimimu?”

“Tidak Tuhanku,” jawab laki-laki itu.

Kemudian Allah meminta agar lelaki itu mendatangkan sesuatu yang akan membuka pintu ampunan. Namun, lelaki itu tidak mendapatkannya dan hanya pasrah dengan keadaan.

Allah memberi tahu bahwa laki-laki itu memiliki satu kebaikan dan pada hari itu tidak ada kezaliman untuknya.

Kemudian satu catatan kecil dikeluarkan di hadapannya. Catatan tersebut berupa kesaksian atas keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, yakni kalimat Asyhadu alla ilaaha Illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluh.

Selanjutnya Allah meminta agar timbangan 99 catatan dosanya didatangkan. Kemudian 99 catatan itu ditimbang dengan catatan kecil tadi. Hamba itu merasa pesimis karena apa artinya catatan kecil itu di hadapan catatan besar dari dosa-dosanya.

‘Sesungguhnya, engkau tidak akan dizalimi,’ Allah meyakinkan. 

Hasil timbangan itu sungguh mengejutkan. Catatan kecil tadi mengalahkan catatan besar yang meliputi dosa-dosanya. Benar apa yang disampaikan Rasulullah SAW bahwa tidak ada yang mengalahkan beratnya asma Allah.

Redaksi Hadis tentang Ahli Maksiat Selamat di Hari Kiamat

Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-liburan-agama-membaca-7957079/)

Kisah ahli maksiat selamat di hari kiamat termaktub dalam hadis nabi melalui sahabat ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash sebagaimana yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah berikut ini sebagaimana dinukil dari NU Online. 

  إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الخَلاَئِقِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ البَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الحَافِظُونَ؟ فَيَقُولُ: لاَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَفَلَكَ عُذْرٌ؟  فَيَقُولُ: لاَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً، فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ اليَوْمَ، فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ: احْضُرْ وَزْنَكَ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ البِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ، فَقَالَ: إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ، قَالَ: فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ البِطَاقَةُ، فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ  

Artinya: “Sesungguhnya Allah akan membebaskan seorang laki-laki dari umatku atas para pembesar makhluk pada hari Kiamat. Padahal, kepada laki-laki itu akan ditunjukkan sembilan puluh sembilan catatan amal (buruk). Setiap catatannya sepanjang mata memandang. 

Saat itu, Allah akan bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau mengingkari ini? Apakah para malaikat-Ku  telah menzalimimu?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak, Tuhanku.’ Allah kembali bertanya, ‘Apakah memiliki alasan?’ Dia menjawab, ‘Tidak, Tuhanku.’ Allah melanjutkan, ‘Benar, engkau memiliki sebuah kebaikan di sisi Kami. Dan pada hari ini, tidak ada kezaliman apa pun kepadamu.’ 

Tak lama berselang, muncullah sebuah catatan kecil yang berisi kalimat: Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah berfirman, ‘Maka datangkanlah timbanganmu.’ Laki-laki itu bertanya, ‘Ya Tuhanku, apa artinya catatan kecil ini di hadapan catatan besar.’ Namun, Allah meyakinkan, ‘Sesungguhnya, engkau tidak akan dizalimi.’ 

Terakhir, Nabi SAW menambahkan, ‘Setelah itu, sembilan puluh catatan diletakkan pada satu ujung timbangan, sedangkan catatan kecil diletakkan di ujung satunya. Anehnya, catatan yang banyak justru mengambang, sedangkan catatan kecil justru memberat. Memang tidak ada yang mengalahkan beratnya asma Allah.’”

Perihal penimbangan amal, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, yang artinya:

Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri. Mereka juga kekal dalam neraka Jahannam.” (Q.S. al-Mukimûn [23]: 102-103)

Kemudian, perihal keutamaan kalimat tauhid ini, Rasulullah SAW bersabda,

فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ، وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ، لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ، وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فِي كِفَّةٍ، رَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ،  

Artinya: “Sesungguhnya jika tujuh lapis dan langit diletakkan pada satu sisi timbangan dan kalimat La ilaha illallah diletakkan pada satu sisi timbangan yang lain, maka kalimat  Lailahaillallah akan mengalahkannya.” (HR. Ahmad).

Hikmah Kisah

Ilustrasi doa, harapan, Islami
Ilustrasi doa, harapan, Islami. (Image by jcomp on Freepik)

Mengutip NU Online, dari kisah tersebut dapat kita petik hikmah dan pelajarannya. Berikut di antara hikmah dan pelajaran dari kisah ahli maksiat selamat di hari kiamat.

  1. Betapa utamanya kalimat tauhid hingga mampu menebus dan menghapus dosa-dosa hamba yang mengucapkannya;
  2. Para malaikat pencatat amal senantiasa mencatat setiap amal hamba, baik maupun buruknya;
  3. Pada hari Kiamat, seluruh catatan itu ditunjukkan Allah kepada pemiliknya;
  4. Tidak ada dosa besar dan dosa kecil kecuali akan diperhitungkan seluruhnya; 
  5. Proses penimbangan amal tiap hamba pada hari Kiamat akan digelar secara terbuka di hadapan khalayak; 
  6. Siapa pun yang berat timbangan kebaikannya akan selamat dan terbebas dari kehinaan, kesengsaraan, dan kebinasaan; 
  7. Betapa pentingnya keimanan seorang hamba;
  8. Keimanan menjadi kunci keselamatan di akhirat. Jika keimanan terbawa saat sakaratul maut, maka ada harapan selamat di akhirat meski harus menebus dosa-dosa terlebih dahulu; dan
  9. Jangan pernah menyepelekan kalimat tauhid, karena besar keutamaannya. Perbanyaklah mengucapkan kalimat thayyibah, dengan harapan menjadi kalimat terakhir yang terucap dan menjadi sebab keselamatan kita di akhirat berkat rida dan karunia Allah. (Lihat: Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan Darun-Nafais, Tahun 1997, halaman 35). Wallahu a’lam.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya