Liputan6.com, Jakarta - Sunan Kudus merupakan salah satu dari sembilan wali atau walisongo. Sunan Kudus kondang karena kedalaman ilmu agama sekaligus strategi perang.
Salah satu misi yang membuat nama Sunan Kudus semakin tersohor adalah penaklukkan terhadap Raja Pengging. Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Ceritaislami836, Raja Pengging yang sebelumnya menjadi ancaman bagi Kerajaan Demak akhirnya mengakui kekuasaan Demak berkat kecerdasan dan ketegasan Sunan Kudus.
Penaklukkan ini bukan sekadar soal kekuatan fisik, tetapi juga strategi dan karomah Sunan Kudus.
Advertisement
Raja Pengging, yang kala itu menganut ajaran Syekh Siti Jenar, akhirnya meninggalkan ajaran tersebut dan tunduk pada kekuasaan Demak. Hal ini menunjukkan pengaruh luar biasa yang dimiliki Sunan Kudus, baik di bidang militer maupun spiritual. Kemenangan itu menjadi salah satu momen yang memperkuat posisi Kerajaan Demak di wilayah sekitarnya dan membuktikan bahwa strategi perang yang diterapkan bukan sekadar taktik biasa.
Keberhasilan Sunan Kudus dalam berbagai pertempuran membuat Sultan Trenggana, penguasa Demak saat itu, terkesan dan semakin mempercayainya. Sunan Kudus mendapat perintah untuk memperluas wilayah Demak ke arah timur, termasuk menaklukkan Madura, serta ke barat seperti Cirebon. Perintah ini menjadi tugas yang diemban Sunan Kudus dengan penuh tanggung jawab, mengingat pentingnya memperluas pengaruh Islam di Nusantara.
Tidak hanya mengandalkan kemampuan berperang, Sunan Kudus juga memiliki karomah yang membuatnya semakin disegani. Salah satu karomahnya yang paling legendaris adalah badong atau rompi ajaib yang dimilikinya.
Rompi ini konon dapat mengeluarkan jutaan tikus, yang digunakan untuk melawan musuh-musuh Demak. Kisah ini menjadi salah satu bukti bahwa Sunan Kudus memiliki keistimewaan yang sulit dijelaskan oleh logika.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Jutaan Tikus dari Rompi Serang Pasukan Musuh
Ketika rompi tersebut digunakan, jutaan tikus muncul dan menyerang pasukan Majapahit. Tikus-tikus itu begitu sulit ditaklukkan hingga membuat pasukan Majapahit kocar-kacir, melarikan diri dari pertempuran tanpa mampu melawan. Pasukan Demak yang dipimpin Sunan Kudus pun berhasil memenangkan pertempuran dengan keajaiban ini. Kisah rompi ajaib ini menjadi legenda yang diceritakan turun-temurun.
Pasukan Majapahit yang tangguh akhirnya harus tunduk pada kehebatan Sunan Kudus. Tikus-tikus yang menyerang mereka tidak hanya merusak persenjataan, tetapi juga menimbulkan kepanikan yang luar biasa. Kemenangan ini memperkuat posisi Demak sebagai kerajaan Islam yang besar dan berpengaruh, sementara karomah Sunan Kudus terus menjadi buah bibir di kalangan masyarakat.
Setelah menaklukkan berbagai wilayah dan memperkuat Kerajaan Demak, Sunan Kudus memutuskan untuk menetap di daerah yang kemudian dikenal sebagai Kudus. Di sana, ia melanjutkan misinya, tetapi kali ini bukan dengan perang melainkan dengan dakwah. Sunan Kudus menggunakan pendekatan yang mirip dengan Sunan Kalijaga, yakni berdakwah dengan cara yang penuh hikmah dan mudah diterima masyarakat.
Sunan Kudus memahami bahwa menyebarkan Islam di tengah masyarakat Jawa memerlukan pendekatan yang bijak. Ia menggunakan budaya lokal untuk memperkenalkan ajaran Islam, seperti tradisi menghormati sapi, yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Cara ini membuat ajaran Islam lebih diterima tanpa menimbulkan konflik budaya yang berarti. Pendekatan ini memperlihatkan kebijaksanaan yang tak kalah penting dibandingkan kehebatannya di medan perang.
Keberadaan Sunan Kudus di wilayah yang sekarang menjadi kota Kudus membawa perubahan besar. Masjid Menara Kudus, yang ia bangun, menjadi simbol dakwahnya yang penuh toleransi. Masjid ini didesain dengan gaya arsitektur yang memadukan budaya Islam dan Hindu-Buddha, mencerminkan kearifan lokal yang diusung Sunan Kudus. Pendekatan ini membuktikan bahwa dakwah bisa berjalan beriringan dengan budaya setempat.
Karomah yang dimiliki Sunan Kudus, termasuk kemampuan menggunakan rompi ajaib yang mengeluarkan jutaan tikus, adalah cerminan dari keimanan yang kuat. Para ulama di masa itu memahami bahwa keajaiban tidak terjadi begitu saja, melainkan karena ridha Allah. Kisah ini memberikan inspirasi bahwa setiap perjuangan yang dilakukan dengan niat suci akan selalu mendapat pertolongan yang tak terduga.
Advertisement
Sunan Kudus Salah Satu Inspirasi di Indonesia
Masyarakat Kudus hingga kini masih menjaga warisan yang ditinggalkan Sunan Kudus. Tradisi-tradisi yang ada tetap dilestarikan, menjadi bukti bahwa nilai-nilai dakwah yang diterapkan masih relevan hingga hari ini. Masjid Menara Kudus tetap berdiri kokoh, mengingatkan generasi sekarang akan jasa besar seorang ulama yang pernah menjadi panglima perang Kerajaan Demak.
Keberhasilan Sunan Kudus dalam memperluas kekuasaan Demak ke berbagai wilayah tidak hanya memperkuat posisi politik kerajaan, tetapi juga memperluas ajaran Islam di Nusantara. Dengan kecerdasannya, Sunan Kudus mampu memadukan dakwah dan militer, menciptakan pengaruh yang sangat luas. Keajaiban yang ia tunjukkan menjadi bukti bahwa kekuatan spiritual bisa berjalan seiring dengan kehebatan fisik.
Hingga saat ini, kisah Sunan Kudus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Karomah yang dimilikinya tidak hanya membuktikan keistimewaan seorang wali, tetapi juga menunjukkan bahwa kekuatan sejati berasal dari ketulusan dan keikhlasan dalam berjuang. Dengan segala keistimewaannya, Sunan Kudus telah menjadi simbol pemersatu dan penjaga tradisi Islam di tanah Jawa.
Masyarakat yang mendengar kisah ini diharapkan dapat mengambil hikmah, bahwa kehebatan seseorang bukan hanya diukur dari kecerdasan atau kekuatan fisik, tetapi juga dari ketulusan hati dan keimanan. Sunan Kudus telah menunjukkan bahwa berjuang untuk kebaikan, baik di medan perang maupun di jalan dakwah, selalu mendapat bimbingan dari Sang Pencipta.
Perjalanan Sunan Kudus dari panglima perang menjadi pendakwah yang arif mencerminkan perjalanan hidup yang penuh makna. Kisahnya tetap abadi, menginspirasi generasi demi generasi untuk memahami Islam dengan cara yang damai dan penuh kebijaksanaan. Warisan ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai yang diperjuangkan para wali masih hidup di tengah masyarakat hingga kini.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul