Liputan6.com, Jakarta - Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, fenomena banyaknya orang fasik atau lalai dari ajaran agama sering menjadi perhatian. KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, menuturkan betapa pentingnya sikap muhasabah atau introspeksi diri bagi umat Islam dalam menyikapi situasi ini.
Menurut Gus Baha, fenomena kefasikan ini seringkali bersifat sementara.
Advertisement
Dalam tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @hendriher506, Gus Baha menjelaskan bahwa di Indonesia, banyak orang yang mungkin saat ini lalai atau nakal, tetapi masih menyimpan potensi kebaikan di dalam hatinya. Meski saat ini ada yang belum melaksanakan sholat atau tidak dermawan, bukan berarti mereka tidak memiliki harapan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Advertisement
Gus Baha melanjutkan, kebaikan yang terkandung dalam doa-doa para ulama dan para habaib adalah bahwa mereka selalu mengharapkan agar setiap orang mendapatkan akhir yang baik, atau husnul khotimah. Harapan ini merupakan bentuk kasih sayang yang mendalam dari para kiai, habaib, dan guru-guru agama, yang meyakini bahwa setiap manusia selalu memiliki peluang untuk memperbaiki diri.
Menurut Gus Baha, sikap berharap akan husnul khotimah ini membawa dampak positif bagi pola sosial di masyarakat. Orang yang sedang fasik atau lalai dari ajaran agama tidak serta-merta dihakimi atau diadili, melainkan didoakan agar dapat menemukan jalan menuju kebaikan. Harapan ini mencerminkan keinginan untuk memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk berubah.
Fenomena kefasikan, bagi Gus Baha, tidak seharusnya menjadi alasan bagi masyarakat untuk mengucilkan atau menghukum seseorang. Justru, sikap terbaik adalah dengan tetap mengharapkan mereka kembali ke jalan yang benar, karena banyak orang yang akhirnya menemukan hidayah di kemudian hari. Gus Baha meyakini bahwa kefasikan sering kali hanya bersifat sementara, dan setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Pentingnya Berprasangka Baik
Gus Baha juga menekankan pentingnya berprasangka baik dan tidak terburu-buru dalam menilai orang lain. Menurutnya, sikap yang terlalu keras dalam mengadili seseorang justru dapat menghalangi proses perubahan diri yang mungkin sedang berlangsung di dalam diri orang tersebut. Manusia tidak selalu bisa melihat kebaikan yang tersembunyi di balik kelemahan yang tampak di luar.
Bagi Gus Baha, sikap muhasabah atau introspeksi diri menjadi kunci dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup, termasuk ketika melihat orang-orang yang tampak jauh dari ajaran agama. Melalui muhasabah, seseorang dapat menilai dirinya sendiri sebelum menilai orang lain, dan menyadari bahwa manusia juga memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki.
Gus Baha mengingatkan bahwa doa husnul khatimah tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri. Harapan agar setiap orang mendapatkan akhir yang baik ini merupakan bentuk doa yang mendatangkan berkah dan menjadi ladang amal bagi siapa saja yang mengamalkannya. Doa ini adalah cerminan rasa kasih sayang yang luas terhadap sesama manusia.
Fenomena banyaknya orang fasik, bagi Gus Baha, adalah ujian bagi masyarakat untuk bersikap bijak dan berprasangka baik. Setiap orang mungkin sedang menjalani prosesnya masing-masing untuk kembali kepada kebenaran, dan doa husnul khatimah menjadi pengingat bahwa selalu ada harapan di setiap perjalanan hidup.
Advertisement
Hargai Proses Perjuangan Seseorang Menuju Kebaikan
Selain itu, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tetap menghargai proses setiap orang dalam berjuang menuju kebaikan. Menurutnya, seseorang yang sedang dalam fase kefasikan tetap memiliki potensi kebaikan yang bisa berkembang seiring waktu, jika mendapatkan dukungan dan doa yang tulus dari orang-orang di sekitarnya.
Dalam menyikapi fenomena ini, Gus Baha juga mengingatkan bahwa menghakimi orang lain dengan sikap yang keras tidak akan mendatangkan manfaat bagi siapapun. Sebaliknya, dengan memberikan doa dan harapan yang baik, seseorang bisa menjadi perantara hidayah bagi orang lain yang sedang mencari jalan untuk memperbaiki diri.
Harapan akan husnul khatimah juga membantu menciptakan lingkungan sosial yang lebih ramah dan toleran. Ketika masyarakat memiliki sikap yang tidak mudah menghakimi dan selalu mengharapkan yang terbaik untuk orang lain, maka suasana yang penuh kedamaian dan kasih sayang akan tercipta.
Menurut Gus Baha, setiap manusia memiliki peluang untuk berubah dan memperbaiki diri. Oleh karena itu, alih-alih menghakimi, masyarakat sebaiknya berfokus pada doa dan harapan baik bagi sesama. Doa husnul khatimah menjadi pengingat bahwa setiap orang bisa memiliki akhir yang baik jika diberi kesempatan.
Gus Baha menutup muhasabah ini dengan pesan agar umat Islam senantiasa menjaga hati dalam berprasangka, dan selalu mengingat bahwa perjalanan hidup setiap orang berbeda-beda. Dengan tetap memberikan harapan husnul khatimah, umat Islam diharapkan dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam, sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul