Tangan Kanan Memberi Tangan Kiri Bikin Konten, Apa Termasuk Riya? Jawaban Buya Yahya Mengejutkan

"Kadang kita harus sedekah terang-terangan untuk ditiru orang, kadang sembunyi," kata Buya Yahya. Ini menunjukkan bahwa ada kalanya kita perlu berbagi amal untuk menjadi contoh bagi orang lain

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Feb 2025, 09:30 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2025, 09:30 WIB
KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya)
Ulama kharismatik sekaligus Pengasuh LPD Al Bahjah, Buya Yahya. (YouTube Al Bahjah TV)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan modern yang serba digital ini, banyak orang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengalaman. Salah satu fenomena yang sering muncul adalah seseorang yang melakukan perbuatan baik, seperti sedekah atau amal lainnya, namun juga membagikan momen tersebut secara terbuka di media sosial dalam bentuk konten.

Hal ini memunculkan pertanyaan, Sah atau tidak jika seseorang memberikan sedekah atau melakukan amal hanya demi mendapatkan perhatian publik?

KH Yahya Zainul Ma'arif, yang lebih dikenal dengan nama Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon, memberikan penjelasan terkait dengan pertanyaan ini.

Dalam sebuah ceramah yang dirangkum melalui tayangan video di kanal YouTube @rumahbintangindonesia4014, Buya Yahya memberikan pandangannya mengenai hukum tangan kanan memberi tangan kiri buat konten.

"Jangan katakan itu riya, karena itu bukan urusan kita," ujar Buya Yahya tegas dalam video tersebut. Pernyataan ini menyiratkan bahwa penilaian terhadap niat seseorang harus dilakukan dengan hati-hati, tidak bisa semata-mata didasarkan pada apa yang terlihat di luar.

Buya Yahya menjelaskan bahwa jika seseorang ingin menunjukan keikhlasannya, hal itu seharusnya ditunjukkan dengan niat yang ada di hati, bukan dengan tindakan yang dipamerkan kepada orang lain.

Menurut Buya Yahya, riya adalah perbuatan yang hanya bertujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Oleh karena itu, jika seseorang menunjukkan amalnya di media sosial untuk tujuan tersebut, maka tindakan itu bisa dikategorikan sebagai riya.

"Kalau anda pengen nunjuk riya, tunjuk dalam diri sendiri, jangan tunjuk orang lain," jelasnya lebih lanjut.

Namun, Buya Yahya juga menekankan bahwa tidak semua perbuatan baik yang dibagikan di media sosial selalu bernilai riya. Kadang-kadang, ada kebutuhan untuk menunjukkan amal tersebut agar bisa ditiru oleh orang lain.

"Kadang kita harus sedekah terang-terangan untuk ditiru orang, kadang sembunyi," kata Buya Yahya. Ini menunjukkan bahwa ada kalanya kita perlu berbagi amal untuk menjadi contoh bagi orang lain.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pandangan tentang Sedekah Sembunyi-sembunyi

Ilustrasi sedekah.
Ilustrasi sedekah. Photo Copyright by Freepik... Selengkapnya

Dalam pembahasan mengenai sedekah, Buya Yahya mengutip sebuah hadis yang sangat penting. Hadis ini mengajarkan bahwa sedekah yang terbaik adalah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi.

"Sedekah itu sembunyi-sembunyi, tangan kanan bersedekah, tangan kiri tidak tahu," ujarnya, merujuk pada prinsip yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam banyak riwayat.

Hadis ini, menurut Buya Yahya, sering kali disukai oleh orang-orang yang tidak ingin terlihat dermawan, terutama mereka yang cenderung pelit. "Ini adalah hadis yang paling disenangi oleh orang pelit," kata Buya Yahya dengan nada yang mengkritik orang yang terlalu menjaga privasi mereka dalam beramal.

Tindakan seperti ini bisa jadi merupakan bentuk dari keikhlasan yang murni, di mana seseorang tidak mengharapkan pujian dari orang lain.

Namun, Buya Yahya menambahkan bahwa tidak semua perbuatan baik perlu disembunyikan. Ada saat-saat tertentu ketika seseorang harus memperlihatkan amalnya secara terbuka agar dapat menginspirasi orang lain untuk berbuat baik juga. Dalam hal ini, Buya Yahya mengingatkan agar kita tidak mudah menilai seseorang hanya berdasarkan apa yang tampak di luar.

“Kadang kita harus sedekah terang-terangan untuk ditiru orang,” ujarnya.

Buya Yahya juga menyentuh tentang fenomena konten sosial media yang mengarah pada pencitraan. Menurutnya, kadang-kadang orang memposting amal mereka hanya untuk tujuan tertentu, seperti mendapatkan pengakuan atau pujian.

"Sekarang Rp10 jutanya adalah bohongan, dikembalikan lagi hanya sekedar posting balik lagi," katanya, mengkritik fenomena di mana sedekah atau amal yang dilakukan hanya sekadar untuk diposting dan kemudian dipertanyakan keasliannya.

Buya Yahya menegaskan bahwa tindakan seperti ini sangat berbahaya. "Itu hanya sekedar pura-pura saja," katanya. Bagi Buya Yahya, amal yang disertai dengan niat yang salah bisa berakibat fatal.

"Wah ini adalah bencana alam dunia akhirat itu," ujarnya dengan nada yang serius.

Pernyataan ini memberikan peringatan bagi umat Islam untuk berhati-hati dalam beramal dan memastikan bahwa niat mereka tulus tanpa ada kepentingan pribadi.

Hukum Beramal di Media Sosial

Viral Video Dugaan Pungli, Taman Literasi Blok M Dijaga Satpol PP
ilustrasi bikin konten. (Magang/Liputan6.com/Muhammad Rizal)... Selengkapnya

Mengenai hukum berbagi amal melalui media sosial, Buya Yahya menjelaskan bahwa niat adalah segalanya. Jika seseorang memposting amalnya dengan niat yang benar, yakni untuk menginspirasi orang lain dan bukan untuk mencari pujian, maka perbuatan tersebut tidak termasuk dalam kategori riya.

Namun, jika amal tersebut hanya dilakukan demi mendapatkan pengakuan atau popularitas, maka itu bisa menjadi masalah.

"Jika niatnya untuk berbagi dan menginspirasi orang lain, maka tidak masalah," jelas Buya Yahya. Akan tetapi, jika niatnya hanya untuk memperoleh pujian, maka amal tersebut bisa dianggap tidak sah.

Hal ini berkaitan erat dengan konsep ikhlas dalam Islam, di mana segala amal perbuatan harus dilakukan semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dilihat atau dipuji oleh orang lain.

Pencitraan di media sosial sering kali menjadi hal yang sulit dihindari. Banyak orang yang melakukan perbuatan baik hanya untuk mendapat perhatian publik, namun Buya Yahya mengingatkan bahwa yang terpenting adalah niat yang terkandung dalam hati.

"Jika niatnya baik, insya Allah amalnya juga akan diterima oleh Allah," katanya. Namun, ia juga menegaskan bahwa tidak ada yang bisa menilai niat seseorang selain Allah SWT.

Buya Yahya menutup pembicaraannya dengan menekankan pentingnya beramal dengan niat yang ikhlas. Ia mengingatkan umat Muslim untuk selalu menjaga hati dan memastikan bahwa segala amal yang dilakukan hanya karena Allah.

Dalam hal ini, media sosial bisa menjadi sarana yang baik untuk berbagi, selama niat kita benar dan tidak hanya untuk mencari perhatian atau pujian.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya