Debat Agama Kok Pakai 'Menurut Saya', Gus Baha Tertawa Ngakak

Kata Gus Baha, seharusnya ketika berdiskusi tentang agama, seseorang harus mengacu pada kitab yang jelas dan memiliki referensi yang kuat agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami ajaran Islam

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 10:30 WIB
KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, santri Mbah Moen pakar tafsir Al-Qur'an dan ahli Fiqih. (Foto: YT Najdwa Shihab)
KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, santri Mbah Moen pakar tafsir Al-Qur'an dan ahli Fiqih. (Foto: YT Najdwa Shihab)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan pandangannya terkait cara sebagian orang berdebat dalam urusan agama. Menurutnya, banyak perdebatan agama yang justru tidak berdasar pada kitab atau referensi yang jelas.

"Kulo ndelok debate wong-wong malah kudu guyu, malah melok-melok goblok. Mendengarkan saja bisa ikut-ikutan goblok," ujar Gus Baha.

Ia mengkritik cara sebagian orang berdebat agama yang hanya berdasarkan opini pribadi tanpa landasan yang kuat. Menurutnya, perdebatan semacam ini hanya akan menimbulkan kesalahan pemahaman.

"Wong debat agomo kok gak ono referensine, kitabe? Ngomong di debat kok 'menurut saya'. Memangnya Anda penting? Wali ora, ulama ora, kok debat pakai kalimat menurut saya," ungkap Gus Baha dalam tayangan video di kanal YouTube @ghazalianschool.

Menurutnya, seharusnya ketika berdiskusi tentang agama, seseorang harus mengacu pada kitab yang jelas dan memiliki referensi yang kuat agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami ajaran Islam.

"Kudune menurut kitab yang saya baca, dalam Mazhab Syafi'i kitabnya ini begini. Yang bantah juga jawab begini misalnya, dalam mazhab Maliki kitabnya ini. Itu keren, aku tek melu majelise," katanya.

Gus Baha menilai bahwa pendapat pribadi tanpa dasar yang jelas dalam perdebatan agama tidak bisa dijadikan pegangan. Agama bukan sesuatu yang bisa ditafsirkan sembarangan tanpa ilmu yang mendalam.

"Kok menurut saya. Emangnya Anda siapa? Nabi ndak, wali ndak, ulama ndak, kok mau agama menurut Anda? Kuwi suargone ora mesti kok," tegasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pentingnya Gunakan Refrensi Kitab dan Sanad

Tujuan Debat
Ilustrasi Debat Credit: unsplash.com/Miguel... Selengkapnya

Menurutnya, kebiasaan menggunakan referensi dari kitab dan sanad yang jelas sangat penting dalam memahami ajaran Islam agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru di masyarakat.

"Makanya dibiasakan pakai referensi, pakai sanad. Agama ini butuh sanad," tambahnya.

Dalam Islam, sanad atau rantai periwayatan sangat penting untuk memastikan keabsahan suatu ajaran. Sanad memastikan bahwa ilmu yang diterima berasal dari sumber yang terpercaya.

Gus Baha menukil hadis yang diriwayatkan oleh Muslim al-Hajjaj dalam karyanya, Shahih Muslim, yang berbunyi, "Inna hadzal ilma dinun fanzhuru amman ta’khudzuna dinakum," yang artinya, "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari mana kalian mengambil agama kalian."

Menurutnya, hadis ini menunjukkan betapa pentingnya memastikan sumber ilmu agama agar tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru.

"Lihat di mukadimah Sahih Muslim. Agama ini ilmu, ilmu ini agama, maka lihatlah ilmu itu kamu ambil dari mana," tegasnya.

Ia menekankan bahwa kesalahan dalam mengambil ilmu agama bisa berdampak buruk, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam mencari ilmu.

Menurut Gus Baha, jika seseorang tidak memiliki dasar keilmuan yang kuat, lebih baik mendengarkan dan belajar daripada berdebat tanpa referensi yang jelas.

Kalau Gak Punya Ilmu, Belajar Dulu Jangan Berdebat

Ilustrasi kitab suci, Islam, Al-Qur'an
Ilustrasi kitab suci, Islam, Al-Qur'an. (Photo Copyright by Freepik)... Selengkapnya

"Kalau nggak punya ilmunya, ya belajar dulu. Jangan malah berdebat tanpa dasar yang jelas," katanya.

Ia juga menyoroti bahwa banyak orang lebih suka berdebat tanpa memperdalam ilmu agama terlebih dahulu, sehingga justru menimbulkan kekacauan dalam pemahaman ajaran Islam.

"Orang sekarang banyak yang suka debat, tapi nggak mau belajar dulu. Padahal, memahami agama itu perlu ilmu dan guru yang jelas sanadnya," jelasnya.

Menurutnya, Islam adalah agama yang memiliki sistem keilmuan yang jelas dan terstruktur. Ilmu agama tidak bisa dipelajari sembarangan tanpa bimbingan dari ulama yang memiliki keilmuan yang kuat.

"Islam itu agama yang rapi ilmunya. Ada sanadnya, ada kitabnya. Bukan cuma asal berpendapat tanpa dasar yang jelas," ujarnya.

Ia berharap umat Islam bisa lebih bijak dalam memahami agama dan tidak mudah terjebak dalam perdebatan yang tidak memiliki dasar keilmuan yang kuat.

"Kalau mau bicara agama, pastikan ada referensi yang jelas. Jangan hanya sekadar menurut saya," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya