BMKG Wanti-Wanti Kepala Daerah untuk Tampung Air sebelum Puncak Kemarau 2022

Puncak kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung pada bulan Agustus mendatang.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mar 2022, 22:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2022, 22:00 WIB
[Fimela] Ilustrasi Kemarau dan Kekeringan
Ilustrasi kemarau dan kekeringan | unsplash.com/@danielcgold dan unsplash.com/@redcharlie

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau pemerintah daerah untuk lebih mengoptimalkan penyimpanan air jelang musim kemarau di tahun 2022. Puncak musim kemarau itu diprediksi berlangsung di bulan Agustus mendatang. 

"Pemerintah daerah mohon dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air sebelum memasuki puncak musim kemarau, yang diprediksi di bulan Agustus di sebagian besar wilayah Indonesia," ujar Dwikorita dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Jumat (18/3/2022). 

 

Dwikorita meminta seluruh pihak untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang akan memasuki musim kemarau lebih awal dibandingkan normalnya yaitu kurang lebih sebanyak 26 persen zona musim (ZOM) di sebagian Sumatera sebagian Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Bali, sebagian besar Nusa Tenggara, di Maluku dan Papua bagian timur.

Terutama adanya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya sebanyak 12 persen ZOM yaitu di Sumatera Utara bagian utara sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, sebagian Jawa timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, dan Maluku.

"Kementerian, lembaga, pemerintah daerah, serta institusi terkait dan seluruh masyarakat, dimohon untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan, dan lahan dan ketersediaan air bersih," ujar dia. 

Penyimpanan air diharapkan dapat ditampung untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan. Dwikorita juga memperingatkan akan potensi bencana hidrometeorologi akibat adanya peralihan musim hujan ke musim kemarau, atau pancaroba.

"Satu hal lagi saat ini kita memasuki musim pancaroba, sebagian ada yang sudah kemarau, tapi juga masih ada yang mundur. Ini merupakan transisi dari musim hujan ke kemarau, sering diwarnai kejadian angin kencang dan masih ada hujan lebat dalam durasi singkat, dapat disertai kilat petir," kata dia.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya