Ketika Para Guru Belajar Cara Memahami Gen Z

Berbagai keunikan dan karakteristik Gen Z membuat mereka menarik perhatian dalam dunia pendidikan, pekerjaan, hingga sosial masyarakat.

oleh Novia Harlina diperbarui 29 Okt 2024, 12:38 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2024, 00:28 WIB
Teaching in the 21st Century. (Liputan6.com/ ist)
Teaching in the 21st Century. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Generasi Z, atau sering disebut Gen Z, adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah generasi yang tumbuh bersama teknologi digital sejak usia dini, berbeda dari generasi sebelumnya.

Berbagai keunikan dan karakteristik Gen Z membuat mereka menarik perhatian dalam dunia pendidikan, pekerjaan, hingga sosial masyarakat.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Universitas Paramadina menggelar kegiatan Workshop Nasional selama 32 jam bertajuk Teaching in the 21st Century pada Jumat (25/10/2024). Workshop yang berlangsung selama lima hari (21-25 Oktober 2024) ini memberikan pelatihan kepada 100 guru SMA dan sederajat dari berbagai wilayah di Indonesia.

Melalui workshop ini, Universitas Paramadina berupaya meningkatkan soft skill para guru SMA di Indonesia dengan pelatihan yang mencakup beberapa bidang keilmuan guna mendukung program pengajaran di kelas. Pelatihan kali ini difokuskan pada empat bidang utama, yakni Komunikasi, Manajemen, Psikologi, dan Desain Komunikasi Visual (DKV).

Dalam bidang Komunikasi, materi disampaikan oleh Rahardian Shandy Ekohandito, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, yang berfokus pada peningkatan pemahaman komunikasi efektif dan inklusif dalam pengajaran. Salah satu topik penting yang dibahas adalah gaya komunikasi Gen Z.

"Saat ini, siswa SMA kita merupakan bagian dari Gen Z, sehingga sangat penting bagi guru untuk memahami bagaimana berkomunikasi efektif dengan mereka," jelas Shandy.

Di bidang Manajemen, Kenita Putri menyampaikan materi yang berfokus pada nilai-nilai kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja guru.

Kemudian di bidang Psikologi, Citrawanti Oktavia, menjelaskan strategi pengajaran berdasarkan cara belajar siswa. Sementara itu, Muhammad Rizky Kadafi, M.Sn., mengajarkan cara membuat media pembelajaran kreatif dan interaktif menggunakan platform gratis Canva.

Selain sesi pemaparan materi, para guru diwajibkan menyelesaikan serangkaian tugas secara berkelompok, bertujuan agar mereka dapat langsung mengimplementasikan materi yang diberikan.

Dr. Euis Nurhidayati, Ketua Panitia Workshop 32 Jam untuk Guru sekaligus Direktur Universitas Paramadina Kampus Cikarang, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Universitas Paramadina untuk membantu guru SMA menghadapi tantangan baru dalam proses belajar mengajar di era modern dengan meningkatkan soft skill mereka.

"Kami sangat mengapresiasi usaha yang telah dilakukan bapak dan ibu guru selama mengikuti Workshop ‘Teaching in the 21st Century’. Ini menunjukkan dedikasi tinggi dari para guru kita, tidak hanya dalam mengajar tetapi juga dalam mencari ilmu yang bermanfaat untuk mendidik generasi masa depan bangsa kita," ungkap Euis.

Lily Priyani, seorang guru dari SMAN 2 Cikarang yang menjadi peserta workshop, sangat mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan ini oleh Universitas Paramadina.

"Kami dapat memahami cara berkomunikasi efektif dengan siswa Gen Z, merancang strategi pembelajaran berpusat pada siswa, menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dalam mengajar, serta memanfaatkan platform Canva untuk membuat pengajaran lebih menarik," ucap Lily.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya